Oleh: Ibu Nyai Hj. Dra. Ida Fatimah ZA. M.Si.
Seiring dengan semakin bertambahnya pemahaman masyarakat tentang peran serta pesantren dalam dunia pendidikan, maka pesantren bukan hanya sekedar lembaga keagamaan yang hanya membidangi dan menangani tradisi serta acara ritual saja, tetapi perannya harus terus ditingkatkan terutama dalam bidang markazu ulum atau lembaga mutafaqih fi ad-din dan center of social development. maka saatnya pesantren berbenah diri, baik secara internal maupun hubungan eksternal. Disadari atau tidak, sebetulnya sejak Islam masuk ke Indonesia, lembaga pesantren sudah berkiprah lewat pendiri, tokoh-tokohnya (kyai). Hal ini terbukti peran mereka dalam perebutan dan perjuangan melawan penjajah.
Tidak sedikit tokoh-tokoh pesantren yang tampil dengan segenap kekuatan yang dimiliki dan gugur dalam perhelatan itu. Meskipun setelah bumi pertiwi ini terlepas dan terbebas dari cengkraman kolonial, artinya merdeka, mereka tidak menuntut diakui sebagai tokoh pejuang, karena teori perjuangannya harus ikhlas demi Allah untuk membebaskan umat dari kedholiman dan penindasan penjajah. Walaupun pasca kolinialisme, banyak orang yang mengatasnamakan pelaku sejarah sebagai pejuang, tetapi pesantren tidak tergoda untuk menampilkan diri dan menampakkan apa yang telah meraka korbankan baik harta, benda, tenaga dan pikiran demi perjuangan. Sekali lagi mereka ikhlas lillah.
Pesantren bukan suatu kerajaan/pemerintahan kecil yang sudah pasti butuh ajudan, tetapi pesantren butuh panutan dan butuh sarana pendukung untuk mewujudkan suatu bentuk yang ideal menurut idelaitas nilai-nilai pesantren itu sendiri. Nah, disanalah desain tokoh/kyai yang diandalkan harus ada yang berfungsi sebagai pembimbing, pengarah, dan pengasuh. Disamping itu juga ada pembuat dan pelaku aturan. Dialah adalah kepengurusan atau suatu organisasi pesantren, yang didalamnya ada tatanan yang sudah disepakati dan perlu mengangkat pimpinan pengurus, sehingga weton organisasi itu harus lewat mekanisme yang sehat, katakan itu lewat pemilihan.
Mengapa harus diorganisasikan dan ada sosok pimpinan dalam kepengurusan?. Jawabanya, karena pimpinan pengurus adalah pangkal utama dan yang pertama penyebab dari suatu kegiatan, proses atau kesediaan untuk merubah pandangan atau sikap ( mental, fisik) pada anggota, baik dalam hal yang formal atau non-formal.
Apalagi menghadapi AFTA mendatang, tidak menutup kemungkinan pesantren akan terkena dampaknya. Maka, sudah saatnya pesantren menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang tangguh menerima dan mambaca perubahan-perubahan ada, bahkan dapat menjawab segala permasalahan yang berkembang baik ditingkat internal santri maupun diluar pesantren.
Sekedar urun rembug dalam suksesi mendatang perlu menjadi pertimbangan antara lain:
Pemimpin yang Ideal:
1. Kuat dalam Aqidah
2. Memahami akan amanat yang diemban
عن إ بن عمر رضي الله عنهما قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: كلكم راع و كل راع مسئول عن رعيته, الامام راع مسئول عن رعيته والرجل مسئول في أهله ومسئول عن رعيته , ومرأة راعيته في بيت زوجها, والخادم راع في مال سيده ومسئول عن رعيته وكلكم راع ومسئول عن رعيته (متفق عليه)
3. Berpandangan luas serta tidak fanatik terhadap golongan/kelompok
4. Mampu menumbuhkembangkan kerjasama dan solidaritas bersama.
5. Jujur, Adil, Disiplin dan dapat memberikan solusi yang terbaik.
تصرّف الامام على الر عيّة منوط بالمصلحة
6. Bersikap terbuka, mau menerima kritikan dan masukan serta bermusyawarah dalam memutuskan segala hal .
7. Taat, Arif bijaksana, ikhlas menjalankan tugas dan berwibawa.
Tugas Pemimpin:
1. Selalu memberi contoh yang baik:
Pimpinan selalu menjadi pusat pandangan mata orang banyak, baik anggota sendiri maupun lawan. Bagi anggota, contoh yang baik akan diikuti dan ditiru, karena nantinya banyak manfaat dan menguntungkan organisasinya. Bagi lawan, contoh yang baik atau teladan yang dimiliki oleh pimpinan tersebut, akan diincar sebagai bahan persaingan. Sebaiknya bila pimpinan memberikan contoh yang jelek, akan jadi titik pertimbangan, apakah tetap konsisiten sebagai anggota organasasi tersebut ataukah mencari alternatif lain. Begitu juga lawan akan senang, sebab dengan mudah menyaingi bahkan mengalahkan. Di antara contoh yang baik adalah :
a. Bila janji selalu tepat
b. Bila diminta sambutan, dipersiapkan dengan baik, tidak asal bunyi.
c. Tetapi waktu/ disiplin
d. Menganggap penting hal-hal memang urgen
2. Menjaga diri dari dan menjauhi perbuatan-perbuatan aib. Sebetulnya dapat dibedakan antara diri sebagai pribadi dengan diri sebagai Top Leader , tetapi hal itu sulit untuk dipisahkan. Contoh : Si A melakukan kesalahan dan perbuatan itu tidak ada kaitannya dengan kepemimpinannya, si A tidak merasa terbebani. Hal ini menyulitkan, karena diri si A yang pemimpin sangat erat hubungannya dengan fungsi kepemimpinannya. Makanya, harus selalu dijaga jangan sampai melakukan berbuat aib, yang dapat mengurangi kewibawaan dan kredibilitasnya.
3. Dapat mengontrol
Sudah tentu harus lebih baik dari yang dikontrol, juga secara tegas bertindak bila ternyata ada anggota atau program yang melenceng dari prosedur yang ada.
4. Mampu menjadi ketua atau yang dituakan
خير شبابكم من تشبه بشيوخكم وشر شيوخكم من تشبه بشبابكم
Tua bukan usianya, akan tetapi sikapnya, misalnya, bijaksana, sabar, santun, tidak mudah menjatuhkan pilihan tetapi dengan pertimbangan yang matang, tidak mengklaim seseorang tanpa lebih dahulu tahu peran atau lakonnya. Menjadi dirinya sepuh maksudnya berfungsi pengayoman, pelindung, penasehat dan pemerhati terhadap apa saja yang membutuhkan dan yang jadi tanggungannya
5. sanggup mempelopori bila diperlukan terutama dalam hal kebaikan dan ibadah. Juga dalam hal yang mengandung resiko besar, sehingga anggota akan dengan mudah mengikuti langkahnya, tanpa harus dipraktekkan
6. Dapat mendidik.
Pimpinan harus bersifat mendidik. Terhadap anggota/bawahan tidak memperlakukan seperti bos dan karyawan atau majikan dan buruh. Mendidik juga berfungsi mengajari, jadi bila ada anggota yang belum mampu mengerjakan sesuatu atau belum mengetahui apa yang harus dikerjakan, maka pemimpin harus memberikan contoh, memberi arahan bahkan mengajarinya. Sebaliknya bila ada anggota yang berbuat cacat atau salah dalam mengerjakan sesuatu tidak mudah dimarahi atau disalahkan. Beri dia waktu untuk memperbaiki kesalahannya.
7. Dapat memberi bimbingan.
Membimbing hampir identik dengan mendidik, tetapi membimbing lebih banyak memberi contoh dan mengarahkan. Ini sekedar teori saja, untuk menambah referensi panitia dan anggota dalam menguatkan alternatif pilihan calon pemimpinnya.
Tidak ada satupun di dunia ini orang yang sempurna, tetapi semua orang yakin akan tampil prima. Asalkan ada niat dan kiat untuk maju, hanyalah ada jalan dalam menuju kesempurnaan.
Semoga pelaksanaan suksesi mendatang, berjalan dengan baik dan sukses. Amin.
*Disampaikan dalam penyusunan panitia suksesi kepengurusan Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak 200
4