Dua Dimensi Al Quran ; Antara Syafaat dan Laknat

Dua Dimensi Al Quran ; Antara Syafaat dan Laknat

Al-Qur’an merupakan kitab Allah subhanahu wata’ala yang sangat istimewa. Salah satu keistimewaannya adalah ia mampu memberikan syafaat kepada pembacanya. Oleh sebab itu, Nabi menganjurkan kepada umatnya untuk memperbanyak membaca Al-Qur’an agar kelak mendapatkan syafaat Al-Qur’an, sebagaimana Nabi bersabda:

اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ  

“Bacalah Al-Qur’an, sesungguhnya ia akan datang di hari kiamat memberi syafaat kepada pembacanya” (Imam Muslim, Shahih Muslim, Beirut: Dar Ihya’ Ihya’ al-Turats al-Arabi, tt, juz 1, hal. 553).

Syekh Abdul Aziz Al-Shahawi memberi irsyad (pesan) terkait pentingnya kita memiliki interaksi yang intens dengan Al-Qur’an. Beliau menyitir salah satu hadis nabi yang mengatakan bahwa nanti di akhirat Al-Qur’an akan datang kepada shohibnya menyerupai seorang laki-laki yang wajahnya pucat tampak seperti kelelahan. Dia berkata: “Apakah kamu mengenal saya?” Al-Qur’an menjawab: “Saya tidak mengenal Anda,” dia berkata: “Apakah Anda mengenal saya?” Pemilik Al-Qur’an menjawab: “Saya tidak mengenal Anda.”

Dia mengatakan: saya adalah teman Anda, Al-Qur’an yang membuat Anda haus di siang hari dan menjaga Anda terjaga di malam hari, setiap pedagang berada di belakang perdagangannya dan Anda berada di belakang perdagangan Anda.

Kemudian dia diberi kerajaan di tangan kanannya dan keabadian di tangan kirinya, di kepalanya dikenakan mutiara kemuliaan dan kedua orang tuanya diberi pakaian dan perhiasan kehormatan yang sangat mewah. Keduanya berkata: Mengapa saya memakai perhiasan ini? Dikatakan kepada mereka berdua karena kedua anakmu sedang belajar Al-Qur’an.

Dua hadits di atas dapat dipahami bahwa kebenaran syafaat Al-Qur’an kelak di hari kiamat memang nyata adanya dan tidak terbantahkan. Meskipun demikian, untuk mendapatkan syafaat Al-Qur’an, seseorang harus memiliki hati yang terikat kuat dengan Al-Qur’an, menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk, pemimpin dan pedoman dalam hidupnya.

Namun, jika seseorang abai dengan Al-Qur’an, tidak pernah mengamalkan ajaran-ajarannya. Padahal setiap hari ia membaca dan menghafalkannya maka Al-Qur’an akan menjadi “penggugat” yang menyebabkan dia diadzab oleh Allah.

Sebab Al-Qur’an memiliki dua dimensi dan karakter yang berbeda dalam waktu yang sama; memberi syafaat atau melaknat.

القرآن مشفع وماحل مُصَدَّقٌ مَنْ جَعَلَهُ إِمَامَهُ قَادَهُ إِلَى الْجَنَّةِ ومن جعله خلف ظَهْرِهِ سَاقَهُ إِلَى النَّارِ

“Al-Qur’an memberi syafaat dan dimintai syafaat, dan menjadi saksi yang diyakini (kebenarannya), barangsiapa yang menjadikannya sebagai imam, panutan, pedoman (dengan mengamalkan isi kandungannya) maka ia akan ditarik ke surga, dan barangsiapa yang menjadikannya di belakang punggungnya (meninggalkan isi kandungannya) maka ia akan ditarik ke neraka” (Ibnu Hibban, Shahih Ibnu Hibban, Beirut: Muassasat al-Risalah, 1988, hal. 332).

Nabi juga bersabda:

وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ  

“Al-Qur’an dapat memberi manfaat kepadamu dan mencelakaimu” (Imam Muslim, Shahih Muslim, Beirut: Dar Ihya’ al-Turats al-Arabi, tt, hal. 203).

Syekh Ibrahim Al-Dasuqi mengatakan:

ياحافظ القرأن يا حامل القران لا تفرح بحمله حتى تنظر هل عملت به أم لا

“Wahai para penghafal Al Qur’an. Jangan kau bangga dengan hafalanmu sehingga kau mengetahui apakah kau sudah mengamalkannya atau belum”

Di akhir muhadharahnya, Syekh Abdul Aziz berwasiat kepada seluruh hadirin untuk selalu meningkatkan level ketaqwaan dan intensitas hubungannya dengan Al Qur’an. Barang siapa yang sekuat tenaga bersungguh-sungguh menjaga Al Qur’an, maka kelak Al-Qur’an akan berjuang (bersusah payah) untuk memberi imbalan yang luar biasa kepada shohibnya. Beliau mengutip dawuh Sayyidina Utsman bin ‘Affan :

قال عثمان: لو طهرت قلوبكم ما شبعتم من كلام ربكم

Utsman bin ‘Affan ra berkata, “Jika hatimu suci bersih, maka hatimu tidak akan pernah puas dengan kata-kata Tuhanmu (Al-Qur’an).”

Sebagaimana beliau, sayyidina Utsman yang mampu mengkhatamkan Al-Quran dalam satu rakaat qiyamul lail sebab kecintaannya terhadap Al-Qur’an.

Setiap orang butuh cahaya Al-Qur’an yang dapat menyinari jalannya dalam mengarungi kehidupan. Syafaatnya bagaikan air segar, yang didambakan oleh setiap jiwa. Siapapun yang meneguk air cawan Al-Qur’an, maka ia layak mendapatkan kemuliaan dari-Nya. Semoga kita semua mampu mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an dan mendapatkan syafaat darinya. Amin. Wallahu A’lam.

Abdillah Amiril Adawy

Abdillah Amiril Adawy

AbdillahAdawy

Santri Komplek Madrasah Huffadz 1

20

Artikel