Almunawwir.com – Pada acara talkshow inspiratif yang digelar Pondok Pesantren Al Munawwir Krapyak Komplek Nurussalam pada Jumat (16/9/2022).
Dalam rangka memperingati Haflah Khotmil Qur’an dan Haul Ny. Hj. Salimah Munawwir ke-55, KH. Dalhar Munawwir ke-14 dan Ny. Hj. Siti Makmunah ke-44. Ning Imaz Fatimatuz Zahra memberikan pemaparan mengenai ilmu parenting untuk perkembangan anak.
Berdasarkan pemaparan Ning Imaz, dalam pembentukan karakter ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
Pengenalan terhadap tauhid
Saat seorang anak lahir, maka sang ayah lazimnya mengumandangkan adzan, sehingga kelak pertama kali yang tertanam dalam hatinya adalah kalimat tauhid.
“Selain itu, ada beberapa anjuran demi terbentuknya pribadi yang bermoral, beretika dan memberi tahu bahwa kita ini adalah seorang hamba yang memiliki tugas-tugas yang perlu ditunaikan dalam hidup, termasuk beribadah,” terangnya.
Baca juga: Komplek Nurussalam: Gelar Talkshow Inspiratif
Dalam hal ini, kita sama-sama mengetahui bahwa setiap ciptaan pasti memiliki tangggung jawab baik yang bersifat wajib maupun sunnah. Seperti seseorang wajib mengerjakan sholat (beribadah), maka dari itu seorang anak sangat perlu pemahaman tentang hal ini agar dirinya memiliki kesadaran akan kewajibannya sebagai seorang hamba.
Memperhatikan usia emas (Golden Age)
Pada usia ini anak perlu mengetahui dan menyadari seperti apa cara beretika dan bersikap sesuai dengan budaya setempat.
“Kita ini ada di Jawa budayanya tentu berbeda dengan Timur Tengah. Di Timur Tengah orang tua terbiasa mencium anak kecil sebab merasa bertabaruk kepada seseorang” terangnya.
Sebab kita hidup di negara yang memiliki begitu banyak perbedaan, perlu adanya perhatian khusus terhadap pemupukan moral dan pemberian edukasi mengenai cara bersikap dan beretika pada seorang anak.
Ini tentu penting, guna melestarikan setiap hal yang sudah diajarkan secara turun temurun. Selain itu pada fase ini mengajarkan mengenai akhlak Islam tentu juga tidak kalah penting.
Baca juga: Gus Baha: Orang itu Harus Senang dengan Taat
Seperti kejujuran, kesabaran, kemampuan menghormati sesama dan yang lain. Walau terkesan simpel tetapi menurut saya hal ini perlu proses dan pembiasaan, dengan melakukan edukasi sejak anak usia dini saat anak belum mengetahui sehingga nantinya terbawa sampai tahap dewasa.
Seperti Ning Imaz sampaikan, “ini penting sekali karena pada akhirnya nanti perjalanan hidupnya sampai akhir itu tergantung bagaimana pendidikannya di usia-usia emas ini”.

Memastikan lingkungan anak agar tetap bersifat positif
Walaupun sebagai orang tua tentu tidak bisa memberikan batasan pada anak, karena adanya ketakutan yang dapat mengekang anak tersebut.
Dengan demikian, orang tua mungkin bisa mengusahakan lingkungan positif yang sekiranya bisa dapat memberikan dampak-dampak positif pada anak itu sendiri.
“Jadi lingkungan pesantren ini sebetulnya lingkungan yang paling baik untuk pendidikan karakter utamanya, meski bukan hanya karakter yang dididik, kita juga ada tarbiyah, ada ta’lim, ada ta’dib, lengkap sebetulnya di pesantren ini” terangnya.
Baca juga: Sejarah Metode Halaqah dalam Pengajaran Al-Qur’an
Menurut saya, asumsi masyarakat bahwa pondok pesantren adalah tempat yang kuno dan membuat seseorang kurang update tentu terpatahkan.
Sebab, berdasarkan pemaparan Ning Imaz pondok pesantren adalah salah satu tempat recommend bagi seorang anak yang masih dalam tahap pembentukan karakter karena mampu menyajikan lingkungan yang positif.
Memupuk rasa cinta pada bangsa dan agama
Dengan melakukan pengenalan mengenai kisah pejuang kemerdekaan Indonesia maupun kisah salafussalih, guna memperkenalkan jati diri dan menumbuhkan rasa cinta dalam diri anak tersebut.
Hal ini, perumpamaannya seperti biji yang sudah bersatu dengan tanah maka tentunya perlu perawatan khusus dan perhatian lebih sehingga menghasilkan tanaman dengan kesuburan penuh.
Dari beberapa point pemaparan Ning Imaz, juga dapat menjadi sebuah pengingat mengenai pentingnya wawasan dan pengetahuan bagi kaum perempuan. Sebagaimana semestinya perempuan kelak akan menjadi ibu tanpa terkecuali.
Seperti yang sering kita dengar bahwa “seorang ibu adalah madrasah pertama bagi anaknya”.
Seorang ibu di sini ibarat pondasi, jika tidak kokoh ke depannya bangunan itu tidak akan awet. Maka, seorang perempuan perlu mengerti mengenai ilmu parenting maupun hal-hal lain yang dapat menjadi penunjang keberhasilan.