Krapyak Bersholawat : Meneguhkan Bhinneka Tunggal Ika dengan Mengedepankan Islam Rahmatan Lil ‘alamin

Krapyak, Tepatnya 11 Februari 2017, bertempat di Halaman PP Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta. Telah terselenggara Sholawat dan Do’a untuk Indonesia. Tema yang diusung “Silaturahmi ‘Ulama, Umara’, dan Masyarakat, Meneguhkan Bhinneka Tunggal Ika dengan Mengedepankan Islam Rahmatan Lil ‘alamin.”
Acara dibuka dengan hidiyah fatihah oleh KH. R. Chaidar MA yang di tujukan untuk para masyayikh. Dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al-qur’an yang dibacakan oleh AKBP. Ahmad Fuadi, SH.
Kemudian di sambung dengan menyanyikan Lagu Indonesia Raya dan pembacaan Pancasila guna menumbuhkan rasa nasionalisme masyarakat.
Sambutan yang pertama yaitu sambutan ‘Ulama, Umara’, dan tokoh masyarakat yang disampaikan oleh Kapolda DIY Brigjen (Pol) Drs. Ahmad Dhofiri, M.Si.
Beliau menyampaikan masalah PILKADA. Beliau berharap kepada masyarakat khususnya warga Yogyakarta agar tidak ada yang terprovokasi serta senantiasa menjaga perdamaian dalam memilih Calon Walikota, dan Bupati sesuai hati nuraninya.
Selain Kapolda DIY Brigjen (Pol) Drs. Ahmad Dhofiri, M.Si, hadir pula Fajar Setiawan, SIP dari Danrem 072 Pamungkas Brigjen (TNI) yang memberikan sambutan kedua.
Beliau mengatakan bahwa dengan berkumpulnya kita semua disini diharapkan dapat mempersatukan dan saling menghargai antar Ras, Suku dan Agama.
Beliau juga mengingatkan agar masyarakat tidak mudah terpengaruh dengan adanya berita hoax di media sosial.
Panitia Pelaksana Syaikhul Fatah menambahkan, “Tujuan acara keagamaan yang disepakati dalam rapat gabungan oleh JTMJP Padang Jagad, Polda DIY dan Korem 072 Pamungkas, adalah untuk mempererat persatuan dan kesatuan NKRI. Dalam pelaksanaannya tercermin pada kemitraan berbagai elemen yakni Ulama’, Umara’, TNI, Polri dan masyarakat.”
KH. Asyhari Abta selaku Musytasyar PWNU DIY, membawakan Mauidzoh hasanah yang berisi tentang keharusan mengingat 5 perkara sebelum 5 perkara lain datang, yakni :
Yang pertama, Al Hayat (hidup). Tidak ada yang mengerti nikmatnya hidup kecuali orang yang sudah meninggal dunia. Selagi masih hidup, gunakanlah untuk berbuat baik. Semua manusia akan merugi kecuali orang yang beriman, beramal sholih, dan saling memberikan wasiat kebaikan, kesabaran, dan kebenaran.
Kedua, As Syabab (Muda). Nikmatnya masa muda tidak akan terasa sebelum datangnya masa tua. Masa muda dilakukan untuk mencapai kebaikan, kesuksesan, dan keberhasilan.
Karena ambisi untuk mencapai kesuksesan lebih besar ketika masih muda dibandingkan ketika tua. Lakukanlah segala hal baik yang diinginkan ketika masih muda, sebelum menyesal di hari tua.
Ketiga, Al Ghoniyyu (Kaya). Tidak ada yang tahu nikmatnya kaya, kecuali orang miskin. Maka ketika dalam kondisi kaya, gunakanlah harta kita untuk kemaslahatan umat. Jangan sampai menghambur-hamburkannya untuk hal yang tidak bermanfaat.
Keempat, As Shihah (Sehat). Sehat adalah sebuah anugerah yang diberikan oleh Allah SWT. Anugerah tersebut baru kita sadari ketika sedang sakit.
Maka ketika kita masih diberi kesehatan jasmani dan rohani, gunakanlah untuk hal-hal yang bermanfaat tanpa mengulu-ulur waktu.
Yang terakhir, Al Faragha (Sempat/Luang). Manfaatkalah semua kesempatan yang ada sebelum kita sibuk. Hendaklah kita segera menyelesaikan pekerjaan sekarang, sebelum datang pekerjaan yang lain.
Sebelum acara penutup, Habib Syekh bin Abdul Qadir Assegaf kembali menyampaikan bahwa sholawat mampu menyejukkan hati dan membuat kita menjadi semakin mengingat Allah SWT dan Rasulullah SAW. Hanya dengan mengingat Allah maka hidup menjadi tentram.
Beliau juga menegaskan agar kita menjadi pribadi yang tidak pandai menyalahkan orang lain, tetapi menjadi pribadi yang pandai mengoreksi diri sendiri. Diri kita belum tentu lebih baik dari orang lain. Bisa jadi kejelekan kita jauh lebih banyak dari kejelekan orang lain.
Ketika kita melihat kejelekan dari orang lain, saat itulah kita melihat kejelekan diri kita sendiri yang masih ditutupi oleh Allah, karenanya jangan sekali-kali kita menyombongkan diri.
Acara ditutup pembacaan do’a yang dipimpin oleh Rois Syuriah NU KH. Mas’ud Masduqi, kemudian dilanjutkan dengan menyanyikan Lagu Padamu Negeri dan Garuda Pancasila. [Tim Media/Sa’adah]
