Almunawwir.com– Senin, 11 Safar 1445H Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak kerawuhan Hubabah Ummu Salim binti Habib Muhammad Al Haddar. Hubabah Ummu Salim merupakan istri dari Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz.
Putra-putri beliau berjumlah sembilan anak, 3 laki-laki dan 6 perempuan. Salah satu putri beliau meninggal dunia saat usianya masih 12 tahun, jadi hingga sekarang jumlah putra putri beliau tinggal 8 anak.
Beliau memiliki nama asli Hubabah Nur Al Haddar, namun beliau lebih memilih dipanggil Ummu Salim yang memiliki arti ibunya salim. Adapun dakwah beliau kali ini didampingi oleh Ustadzah Fathimah Bin Jindan sebagai penerjemah. Bertempat di Aula Asrama Aliyah Selatan Pondok Pesantren Ali Maksum Krapyak, lokasi acara dipadati oleh ribuan santri putri Krapyak dan sekitarnya.

Antusias para santri sangatlah membludak hingga memadati halaman asrama, bahkan tidak semua santri bisa mendengarkan dengan jelas dakwah yang beliau sampaikan. Dalam acara ini para santri dilarang keras untuk menggunakan ataupun membawa HP/ kamera/ perekam suara (media apapun yang bisa memotret, merekam dan sebagainya).
Dakwah beliau dipenuhi dengan kalam-kalam hikmah yang sangat lembut dan penuh kasih sayang. Akhlak beliau yang sangat tinggi dan mengagumkan hingga memancarkan cahaya dakwah yang indah dan penuh kedamaian. Ketika baru saja rawuh lamat-lamat penulis melihat keluhuran akhlak dari Hubabah.
Ketika melihat para santri mengenakan pakaian berwarna putih, Hubabah yang rawuh dengan mengenakan jubah dan niqab berwarna hitam langsung menambahkan hijabnya dengan sorban berwarna putih. Beliau juga menyimak lantunan ayat suci Al Qur’an yang dibacakan oleh petugas dengan begitu tawadhu dan penuh kekhusyuan. Selain itu beliau sangat ramah baik kepada ahlein maupun para santri.
Baca Juga:
Sangat sulit mencari sosok seperti beliau di zaman sekarang ini, penulis sangat terkesan dengan nasihat-nasihat yang beliau berikan namun hanya sedikit nasihat dan ijazah dari beliau yang dapat penulis catat. Hal tersebut dikarenakan beliau sangat terjaga bahkan tidak ada satupun foto, video bahkan di halaman asrama tidak terdapat sound system sehingga santri yang tidak bisa memasuki gedung hanya dapat melihat beliau dari kejauhan dengan suara yang samar.
Diantara banyaknya nasihat dan ijazah yang beliau berikan, hanya dua kalam ijazah yang dapat penulis catat yaitu,
- Pertama, Hubabah memberi dawuh untuk memperbanyak dzikir:
لَاإلهَ إلّا اللّهُ الْمَلِكُ الحقُّ الْمبينُ
“Tiada Tuhan selain Allah, Tuhan Yang Maha Benar dan Nyata”
Dzikir ini minimal dibaca 100 kali dalam sehari, terutama ba’da sholat fardu, maka insyaAllah akan dijauhkan dari azab kubur dan kefakiran.
- Kedua, Hubabah memberikan ijazah bacaan sebelum doa atau ketika sedang memiliki hajat yaitu dengan membaca:
اَللّهمَّ يَا أوَّلَ الأوّلِيْن
ويا أخِر الأخِريْن
ويا ذالْقَوّتَ المتينَ
ويا راحم المسَاكينَ
وياارحم الراحِمينَ
Kemudian dilanjutkan dengan bersholawat kepada Nabi dan berdoa (hajat). Ijazah tersebut merupakan pemberikan Rasulullah SAW kepada putrinya Fatimah Az-Zahra.
Pada penghujung ceramahnya, beliau mendoakan Ibu Nyai Hj Durroh Nafisah Ali, Ibu Nyai Hj. Ida Rufaida Ali, para Ibu Nyai, musyrifin, musyrifat, serta para santri Pondok Pesantren Krapyak. Kami juga mendoakan supaya hubabah selalu diberikan kesehatan, kekuatan, perlindungan dan panjang umur supaya bisa terus berdakwah dan memberikan tauladan terbaik terutama bagi kami para santri putri. Wallahua’lam.
Editor: Redaksi
Baca Juga:
