Antusiasme Bahtsul Masa’il Qur’aniyyah se-Jateng & DIY dalam Rangka Memperingati Haul KH. Muhammad Munawwir ke-86

Antusiasme Bahtsul Masa’il Qur’aniyyah se-Jateng & DIY dalam Rangka Memperingati Haul KH. Muhammad Munawwir ke-86

Haul KH. Muhammad Munawwir ke-86 tahun ini menghadirkan sesuatu yang berbeda dari sebelumnya, bahkan dapat dikatakan sebagai sebuah gebrakan baru. Sejak tahun 2021, rangkaian acara haul ini selalu diisi dengan Bahtsul Masail Qur’aniyyah (BMQ) yang diikuti oleh peserta dari pondok pesantren se-Daerah Istimewa Yogyakarta.

Namun, pada rangkaian Haul KH. Muhammad Munawwir tahun 2024 Lajnah Bahtsul Masail (LBM) Al Munawwir tidak hanya mengundang delegasi dari Yogyakarta, melainkan juga memperluas jangkauan undangan hingga ke pondok pesantren di Jawa Tengah. Perluasan ini menjadi hal yang istimewa karena berdasarkan arisp yang ada, sejak Bahtsul Masail Waqi’iyyah tahun 2001, Al Munawwir belum pernah menyelenggarakan acara dengan peserta dari berbagai pondok pesantren se-Jawa.

Yang istimewanya, diskusi para musyawirin ini dilaksanakan di Masjid Jami’ Al Munawwir yang merupakan cikal-bakal pendirian Pesantren Al Munawwir oleh sang muassis. KH Fairuzi Afiq Dalhar selaku pengasuh memberikan sambutan hangat kepada para delegasi dalam pembukaan BMQ yang dilanjutkan jalsah ula (sesi pertama), sekaligus menegaskan BMQ sebagai ciri khas Pesantren Al-Munawwir.

Hal ini tentu tidak mengherankan, mengingat Al-Munawwir merupakan salah satu pesantren tertua yang menjadi muara sanad keilmuan Al Qur’an di Indonesia, sekaligus mempertegas urgensi tema Qur’aniyyah dalam tradisi Bahtsul Masail di Nusantara. Beliau menyampaikan bahwa Al-Qur’an sejatinya juga merupakan pokok dari jawaban yang dibutuhkan umat manusia.

Meskipun dari 6 soal yang diajukan tidak sampai setengahnya dapat dibahas karena keterbatasan waktu, namun 2 soal yang didiskusikan dalam 2 jalsah cukup memuaskan dan menambah insight para musyawirin dalam merumuskan permasalahan yang terkait dengan Al-Qur’an. Soal pertama yang diajukan oleh Al Munawwir Komplek L membahas tentang praktik Haflah Ikhtitam Al-Qur’an para khotimat (Perempuan) yang marak diselenggarakan berbagai pesantren. Soal ini mendapatkan sambutan yang riuh dari para musyawirin karena sangat relate dengan dinamika kehidupan pesantren. Terlebih lagi dewan perumus mengatakan soal ini bisa dibilang merupakan asprasi dari dalam pesantren untuk pesantren itu sendiri, sekaligus akan merekomendasikan prosesi Haflah Ihktitam yang sesuai panduan kitab-kitab fikih.

Soal kedua, yang diajukan oleh Mathali’ul Huda Kajen, dibahas pada sesi siang hingga sore hari. Soal ini membahas perbedaan qiraah antara Imam dan Makmum, seperti dalam pelafalan الصراط. Sesi ini tidak kalah ramainya dengan yang pertama, karena aspek yang dipertimbangkan ternyata begitu kompleks mulai dari aspek mufaraqah, qiroah masyhuroh dan memantik pembahasan-pembahasan lain seperti perbedaan pembacaan basmalah antara Imam dan Makmum. Tema ini memunculkan wawasan baru bagi para musyawirin khususnya terkait ilmu qiro’ah dalam Al-Qur’an.

Forum ini menuai antusiasme yang besar dari para musyawirin. Salah satu peserta dari Pesantren At Tauhidiyah Tegal mengatakan bahwa baru kali ini mereka menginjakkan kaki di Yogyakarta sebagai delegasi Bahtsul Masa’il.

Selama ini biasanya undangan Bahtsu biasanya datang dari daerah etan (Jawa Timur) atau lor (Pantura). Alhamdulillah bisa diberi kesempatan untuk ber-bahtsu di daerah kidul (Jawa Selatan) Kang, khususnya Jogja memang baru pertama kali ini”, ujarnya.

Meskipun sepanjang acara hujan deras terus mengguyur, namun malah semakin membuat suasana diskusi menjadi hangat. Beberapa peserta malah menganggapnya sebagai pengadem-adem.

“Biasanya kalau debat kan pusing, panas, nah karena hujan jadi adem kang”, kata delegasi dari Tegal.

Selain itu, moderator dan dewan mushohhih serta perumus juga membuka ruang diskusi dan isykal selebar-lebarnya bagi peserta, memastikan semua aspirasi jawaban masuk dan ditampung dengan baik. Dalam sambutannya mewakili peserta ia juga mengatakan “Ternyata Bahtsu di Munawwir vibes-nya seru, seperti di Jawa Timur saja, apalagi di sini saya banyak mendapat wawasan baru mengenai Al-Qur’an melalui kacamata fikih dan qiro’at”.

Ketua Panitia BMQ Haul 86, Muhammad Khoiru Ulil Abshor mengatakan bahwa BMQ tahun ini selain mengundang Pondok Pesantren se-Jateng dan DIY, juga memberikan forum untuk para musyawirin putri yang diselenggarakan sehari setelah BMQ, bekerjasama dengan HIPJAS. Berbeda dari tahun sebelumnya, di mana forum untuk musyawirin putra dan putri digabung menjadi satu, tahun ini keduanya dipisahkan untuk memberikan ruang diskusi yang lebih fokus. Selain itu, ia menegaskan urgensi dari pelaksanaan BMQ ini sebagai usaha untuk memahami kitab kuning dan fikih sebagai karakter keilmuan pesantren dan menyelaraskannya dengan Al-Qur’an.

Besar harapan dari semua pihak yang terlibat supaya acara semacam ini harus selalu di-istiqomah-kan. Apalagi BMQ dilaksanakan beriringan dengan Haul KH. Muhammad Munawwir, sang Begawan Qur’an Nusantara. Tentu kegiatan semacam ini akan terus memberikan insight baru dalam aspek-aspek Qur’aniyyah dan berdampak positif dalam perkembangan keilmuan serta regenerasi aktivis-aktivis pesantren.

Editor: Ahmada Wildan Afifi

Baca Juga

Al Mutashim Billah

Al Mutashim Billah

Al Mutashim Billah

3

Artikel