“Ayahku Sayang”: Kisah Gadis Kecil yang Ditinggal Mati Ayahnya

“Ayahku Sayang”: Kisah Gadis Kecil yang Ditinggal Mati Ayahnya
Gus Yunan. ilustrasi by Najilul Barokah/Q
Gus Yunan. ilustrasi by Najilul Barokah/Q

Almunawwir.com – Cerita ini berkaitan dengan hadis yang diriwayatkan oleh Abu Sa’id al Khudriy, RA.

Suatu ketika, Rasulullah SAW masuk ke dalam tempat shalatnya. Kemudian beliau melihat orang-orang tengah banyak bicara (ngobrol). Beliau langsung berkata : “Ingatlah!! Seandainya kalian banyak mengingat kematian, niscaya kalian tidak akan banyak berbicara.

Oleh karena itu, perbanyaklah mengingat kematian, karena sesungguhnya tiada hari yang dilewati di dalam kuburan kecuali kuburan itu akan mengatakan 6 kalimat, yaitu (1) aku adalah tempat pengasingan, (2) aku adalah tempat kesendirian, (3) aku adalah tempat kegelisahan, (4) aku adalah tempat kegelapan, (5) aku adalah tempat dari tanah, dan (6) aku adalah tempat belatung.”

Ketika seorang hamba mukmin telah dikubur, maka kuburan itu akan berkata kepadanya, “semoga kelapangan untukmu! Aku menganggapmu sebagai keluargaku sendiri! Semoga kemudahan telah ditetapkan untukmu! Sesungguhnya engkau adalah orang yang paling aku cintai yang berjalan di atasku. Ketika aku berkuasa atasmu hari ini dan kamu berada di dalamku, maka kamu akan melihat perlakuanku terhadapmu.”

Kemudian kuburan itu meluas, seluas pandangan mata dan dibukakan baginya pintu surga, (sehingga dia bisa melihatnya).

Ketika hamba kafir telah dikubur, maka kuburan itu berkata kepadanya, “Semoga kelapangan tidak untukmu! Aku tidak menganggapmu sebagai keluargaku sendiri! Semoga kemudahan tidak ditetapkan untukmu! Sesungguhnya engkau adalah orang yang paling aku benci yang berjalan di atasku. Ketika aku berkuasa atasmu hari ini dan kamu berada di dalamku, maka kamu akan melihat perlakuanku terhadapmu.”

Kemudian kuburan itu menjepit hingga tulang-tulang rusuknya hancur (sambil Rasulullah SAW memberikan isyarat dengan memasukkan jari-jari tangan satunya ke jari-jari tangan lainnya).

Kemudian Allah mempersiapkan untuknya 70 ular besar, andai satu ular saja dari mereka menyembur di muka bumi, maka bumi tidak bisa menumbuhkan tanaman apapun selama dunia ada. Kemudian ular-ular itu menggigit, menyobek-nyobeknya sampai datangnya masa perhitungan amal.

Rasulullah SAW bersabda, “kuburan itu bisa jadi taman dari taman-taman surga atau sebuah lubang dari lubang-lubang neraka.”

 

عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه دخل رسول الله صلى الله عليه وسلم مصلاه فرأى أناسا يكثرون الكلام فقال أما انكم لو أكثرتم ذكرها ذم اللذات لشغلكم عما أرى فأكثر واذكرها ذم اللذات يعني الموت فإنه لم يأت على القبور يوم إلا وتتكلم بست كلمات فتقول أنا بيت الغربة وأنا بيت الوحدة وأنا بيت الوحشة وأنا بيت الظلمة وأنا بيت التراب وأنا بيت الدود فإذا دفن العبد المؤمن قال له القبر مرحبا وأهلا وسهلا أما إنك كنت لاحب من يمشي على ظهري إلي فإذا أوليتك اليوم وصرت إلي فستري صنعي بك فيوسع له القبر مد بصره ويفتح له باب الجنة وإذا دفن العبد الكافر قال له القبر لا مرحبا ولا أهلا ولاسهلا أما أنك كنت لا بغض من يمشي على ظهري إلي فإذا أوليتك اليوم وصرت إلي فستري صنعي بك فيلتئم القبر عليه حتى تختلف أضلاعه قال فأشار النبي عليه الصلاوة والسلام بأصابعه فادخل بعضها في بعض ثم قال فيقبض الله سبعين تنينا لو أن واحدا منها نفخ في الأرض ما أنبتت شيئا ما بقيت الدنيا فينهشه ويخدشه حتى يفضى به إلى الحساب قال رسول الله صلى الله تعالى عليه وسلم إنما القبر روضة من رياض الجنة أو حفرة من حفر النيران

 

Dikisahkan dari Imam Al-Hasan Al-Bashriy, bahwasanya beliau sedang duduk di depan pintu rumahnya, tiba-tiba lewatlah iringan jenazah seorang laki-laki dan di belakangnya para manusia ikut mengiring. Sementara di bawah jenazah itu terdapat seorang gadis kecil tengah berjalan cepat dengan membiarkan rambutnya terurai sambil menangis.

Baca Juga: Cerdasnya Sang Penipu Ketika Menghadapi Kematian: Pentingnya Memuji Kebaikan Orang Yang Sudah Meninggal

Kemudian Hasan Al-Bashriy berdiri dan mengikuti iringan jenazah.

Gadis kecil itu berkata: “Ayahku sayang, seumur hidupku, belum pernah menjumpaiku hari sebagaimana hariku ini.”

Kemudian Imam Hasan Al-Bashriy menimpali gadis itu: “Ayahmu Juga belum pernah menjumpai hari sebagaimana hari ini.”

Kemudian Hasan Al-Bashriy menshalati janazah lalu beranjak pulang.

Keesokan harinya, saat Hasan Al-Bashriy usai melaksanakan shalat di pagi hari dan matahari telah terbit, beliau duduk di depan pintu rumahnya. Tiba-tiba beliau melihat gadis kecil itu lagi. Ia sedang menangis pergi menuju makam ayahnya untuk menziarahinya.

Hasan Al-Bashriy berkata: “Gadis kecil ini sangat bijak. Aku akan mengikutinya. Barangkali nanti ia mengucapkan kalimat-kalimat yang bisa bermanfaat untukku”

Beliau akhirnya mengikutinya. Setelah gadis itu sampai di kuburan ayahnya, beliau bersembunyi di bawah rerimbunan dari pandangan sang gadis.

Gadis itu lalu memeluk kuburan ayahnya dan meletakkan pipinya di atas debu kuburan seraya berucap:

“Ayahku sayang, Bagaimana kau bermalam dalam gelapnya kubur seorang diri? Tanpa lampu penerang juga tanpa adanya orang yang menghiburmu.”

“Ayahku sayang, malam kemarin, aku masih menyalakan lampu untukmu, lalu siapa yang menyalakan lampu untukmu tadi malam?”

“Ayahku sayang, malam kemarin, aku masih menyiapkan permadani untukmu, lalu siapa yang menyiapkan permadani untukmu tadi malam?”

“Ayahku sayang, malam kemarin, aku masih memijit kedua tangan dan kakimu, lalu siapa yang memijitmu tadi malam?”

“Ayahku sayang, malam kemarin, aku masih mengambilkanmu minum, lalu siapa yang mengambilkanmu minum tadi malam?”

“Ayahku sayang, malam kemarin, aku masih membalikkan badanmu dari satu sisi ke sisi yang lain, lalu siapa yang membalikkan badanmu tadi malam?”

“Ayahku sayang, malam kemarin, aku masih menutupi anggota-anggota tubuhmu yang terbuka, lalu siapa yang menutupimu tadi malam?”

“Ayahku sayang, malam kemarin, aku masih memperhatikan wajahmu, lalu siapa yang memperhatikan wajahmu tadi malam?”

“Ayahku sayang, malam kemarin, kau masih memanggil kami, maka kami pun segera menjawabmu, lalu siapa yang kau panggil tadi malam? dan siapa yang menjawabmu.?”

“Ayahku sayang, malam kemarin, aku masih menyuapimu makan ketika kau ingin makan,

lalu apakah tadi malam kau ingin makan? dan siapa yang menyuapimu makan tadi malam?”

“Ayahku sayang, malam kemarin, aku masih memasak bermacam-macam hidangan untukmu, lalu siapa yang memasak untukmu tadi malam?”

Melihat kejadian itu, Hasan Al-Bashri pun menangis. Beliau lalu menampakkan dirinya dan perlahan mendekati gadis itu.

Baca Juga: Pelajaran di Balik Kisah Wafatnya Nabi Adam ‘Alaihi aS-Salam

Beliau berkata padanya: “Wahai gadis kecil, jangan ucapkan hal-hal seperti ini. Akan tetapi ucapkanlah:

“Ayahku sayang, kami telah menghadapkanmu ke arah kiblat, apakah kau masih dalam posisi seperti itu ataukah berpindah menghadap arah yang lain?

“Ayahku sayang, kami telah mengkafanimu dengan sebaik-baik kain kafan, apakah kau masih seperti itu atau kain itu telah tercopot darimu?

“Ayahku sayang, kami telah meletakkanmu dalam kubur dalam keadaan masih utuh jasadmu, apakah kau masih seperti itu ataukah ulat-ulat telah memakanmu?”

Ucapkanlah juga kepada ayahmu:

“Ayahku sayang, sesungguhnya para ulama mengatakan bahwa hamba-hamba akan ditanyai tentang keimanan. Sebagian dari mereka ada yang bisa menjawab, dan sebagian lagi tidak bisa menjawab. Apakah engkau bisa menjawab tentang keimanan ataukah tidak bisa menjawab?”

“Ayahku sayang, sesungguhnya para ulama mengatakan bahwa kubur akan dilapangkan bagi sebagian dari mereka, dan disempitkan bagi sebagian yang lain. Apakah kubur itu disempitkan bagimu ataukah dilapangkan?”

“Ayahku sayang, sesungguhnya para ulama mengatakan bahwa sebagian dari mereka ada yang diganti dengan kafan-kafan dari surga, dan sebagian yang lain dengan kafan-kafan dari neraka. Apakah untukmu digantikan dengan kafan dari neraka ataukah dari surga?”

“Ayahku sayang, sesungguhnya para ulama mengatakan; kubur adalah taman dari taman-taman surga atau jurang dari jurang-jurang neraka.”

“Ayahku sayang, sesungguhnya para ulama mengatakan bahwa kubur merangkul sebagian dari mereka sebagaimana seorang ibu yang penuh kasih sayang, atau murka dan menghimpit hingga tulang-tulang rusuk mereka hancur bercampur-baur. Apakah kubur merangkulmu dengan penuh kasih sayang ataukah memurkaimu?”

“Ayahku sayang, sesungguhnya para ulama mengatakan bahwa setiap orang yang diletakkan dalam kubur akan menyesal, ada yang menemukan bahwasanya belumlah banyak kebaikan-kebaikan yang ia perbuat, dan sang pendosa akan menyesal mengapa aku melakukan hal-hal buruk? Maka apakah kau menyesali keburukan-keburukanmu ataukah masih sedikitnya kebaikan-kebaikanmu?”

Baca Juga: 40 Hari Wafat KHR. M. Najib Abdul Qodir, KH Said Asrori: Lisanuhul Qur’an, wa Qalbuhul Qur’an

“Ayahku sayang, ketika kau memanggilku aku selalu menjawabmu, sedari tadi aku memanggil-manggilmu di atas kuburmu, mengapa aku tak mendengar suaramu?”

“Ayahku sayang, kini kau telah menghilang. Menghilang takkan menemuiku lagi sampai hari kiamat kelak.”

“Ya Allah, janganlah Engkau halangi kami untuk bertemu dengannya di hari kiamat kelak.”

Kemudian gadis kecil itu berkata:

“Wahai Imam Al Hasan Al-Bashriy, alangkah indahnya apa yang kau keluh-kesahkan pada ayahku, dan alangkah indahnya apa yang kau tuturkan padaku, dan kau bangunkan aku dari tidurnya orang-orang yang lalai.”

Kemudian gadis kecil itu beranjak pulang bersama Imam Al Hasan Al-Bashriy sambil menangis.

 

Ust. Muhammad Yunan Roniardian, M.Sc

Ust. Muhammad Yunan Roniardian, M.Sc

Ust.M.Sc

23

Artikel