“Bingung, stress, suntuk, nyesell” begitulah perasaan Kang Jono saat ini. Tiga bulan mendatang prosesi wisuda khotmil al Quran bil hifdzi akan segera dilaksanakan bertepatan dengan peringatan haul masyayikh pondok pesantren. Sedari pagi dia tampak mondar-mandir di gotakan kamarnya. Entah bingung atau gimana yang jelas mukanya tampak lesu dan kurang semangat.
“Mau gimana lagi ya kang, apalanku kurang 6 juz jee” sambat Kang Jono.
“Lha iya, makanya sekarang segera dikebut. Sampeyan ini sudah hampir 8 tahun disini belum khatam-khatam. Apa ngga ditanyain terus sama orang tua” sahut teman karibnya.
“Ahhhrggg, mumet aku kang. Kalau masalah itu sudah jadi beban pikiranku akhir-akhir ini. Ini tadi baru saja ditelfon bapak, kapan mau boyong pulang ke rumah. Memang penyesalan datang di akhir ya kang. Andaikan waktu bisa ku putar kembali, pasti sejak dulu lebih giat lagi ngajinya.”
“Ya wes mau gimana lagi, lha wong juga sudah kelakon. Sekarang sudah waktunya sampeyan fokus dan benar-benar berjuang untuk merampungkan hafalan, sudah ngga usah mikir macem-macem. Urusan nanti selesai atau ndak yang penting usaha dulu”
“Tapi lho kang, jika melihat waktunya yang kurang tiga bulan kok kayaknya sulit. Paling-paling tiga juz itu sudah mentok. Itu juga belum ditambah kesibukan latihan dan lain-lain lain. Tapi di sisi lain aku juga harus ikut wisuda tahun ini. Kalau ngga, otomatis ya harus nunggu dua tahun lagi. Aku ngga sanggup kang”
“Begini aja kang, sampeyan coba sowan Romo Yai minta izin agar diperbolehkan ikut wisuda tahun ini. Nanti selepas wisuda sampeyan bisa qodho kekurangan hafalannya. Insyaalloh bisa kok. Dulu aku pernah dengar cerita ada santri yang kurang lebih hampir sama dengan kasus sampeyan, dan Romo Yai mengizinkannya” sahut Kang Amir dengan ekspresi yang begitu meyakinkan.
Tampak raut muka Kang Jono lebih ceria ketimbang sebelumnya. Kang Amir benar-benar telah meyakinkan dirinya. Saran yang ia berikan cukup menumbuhkan semangat baru di tengah gersangnya pikiran dan hati kang Jono. Memang sedari dulu hubungan Kang Jono dan Kang Amir begitu erat. Mereka berdua datang dari satu daerah yang sama. Namun nasib keduanya berbeda. Kang Amir berhasil mengkhatamkan hafalannya dengan cepat, dan mendapat rezeki dijodohkan Romo Yai dengan salah satu putrinya. Sedangkan Kang Jono sejak awal masuk pondok, tenaga dan pikirannya terforsir dengan urusan di luar pondok. Sehingga ngajinya terbengkalai.
Di kantor, lurah pondok Kang Adi sedang ngobrol santai dengan Cak Arif. Mulai masalah santri-santri baru, perencanaan acara haul, rencana rihlah pondok hingga masalah jodohpun tak ketinggalan. Kopi hitam pekat dengan sebungkus rokok djisamsoe premium cukup membuat mereka nyaman berdiskusi dan bertukar pikiran selama berjam-jam. Saat itu, ada diskusi menarik dimana Cak Arif mempertanyakan hukum santri yang belum khatam namun tatap ikut wisuda. Ide itu muncul setelah dia teringat kejadian dua tahun silam dimana ada dua santri yang ikut wisuda namun hafalannya belum selesai. Beberapa detik terlewat tampak dua orang ini sedang termenung dan berpikir keras.
Kang Amir yang kebetulan sedang sambang kantor menemukan mereka berdua tampak kebingungan. Kedatangan Kang Amir spontan membuat keduanya menyodorkan persoalan tersebut kepadanya. Kang Amir yang sedikit banyak pernah ngaji kitab di pondok salaf mencoba mengecek beberapa file di smartphone miliknya. Tidak berselang lama dia mulai menjelaskan permasalahan tersebut.
“Kebetulan ini tadi ada rumusan hasil bahsul masail yang mirip dengan soal sampeyan Cak. Jika melihat kondisi riil di lapangan. Maka ada tiga sub soal yang muncul dari masalah tersebut. Pertama, Bagaimana hukum praktik wisuda khatmil al Quran (bil hifdzi) seperti itu. Kedua, Apakah kekurangan hafalan yang dialami santri itu wajib di qodho. Ketiga, jika hafalan itu belum selesai, apakah seorang santri telah mendapat legalitas mengajar al Quran baik bi nadzri, bil hifdzi ,dan memberikan sanad.”
Pertama, Dalam haflah khatmil quran, penyerahan lembar syahadah adalah suatu bentuk persaksian dari syaikh kepada murid bahwa murid tersebut memiliki keahlian dalam hal bacaan (qira’ah) al-Quran sebagaimana yang telah diajarkan kepadanya. Penyerahan syahadah dalam haflah khatmil quran kepada santri yang belum menyelesaikan setoran hafalan hukumnya boleh, jika telah mendapatkan izin langsung dari syaikh, serta dalam syahadahnya tidak menyertakan keterangan “telah menyelesaikan hafalan al-Quran di hadapan syaikh secara lengkap 30 juz”.
Kedua, Pada dasarnya kekurangan hafalan seseorang tidak wajib di-qodlo. Namun, kekurangan hafalan tersebut bisa menjadi wajib di-qodlo jika ada hal lain yang mewajibkannya. Misalnya di wilayah santri tinggal tidak ada orang yang hafal al-Quran, sedangkan hukum menghafalkan al-Quran adalah fardlu kifayah. Karena santri tersebut telah syuru’ (mulai melaksanakan)fardlu kifayah, maka hukum menyempurnakannya menjadi wajib bagi dia.
Ketiga, terkait legalitas mengajar, maka selama dia telah memiliki kemampuan membaca Al Quran dengan baik maka boleh boleh saja. Bahkan jika seumpama kita menyimak hafalan seseorang dengan melihat mushaf maka juga diperbolehkan.
Referensi :
الإتقان في علوم القرآن–السيوطي (ج 1 ص 264 –
1288 –
ومما يدل للقراءة على الشيخ عرض النبي القرآن على جبريل في رمضان كل عام ويحكى أن الشيخ شمس الدين بن الجزري لما قدم القاهرة وازدحمت عليه الخلق لم يتسع وقته لقراءة الجميع فكان يقرأ عليهم الآية ثم يعيدونها عليه دفعة واحدة فلم يكتف بقراءته.
1312 –
الإجازة من الشيخ غير شرط جواز التصدي للإقراء والإفادة فمن علم من نفسه الأهلية جاز له ذلك وإن لم يجزه أحد وعلى ذلك السلف الأولون والصدر الصالح وكذلك في كل علم وفي الإقراء والإفتاء خلافا لما يتوهمه الأغبياء من اعتقاد كونها شرطا وإنما إصطلح الناس على الإجازة لأن أهلية الشخص لا يعلمها غالبا من يريد الأخذ عنه من المبتدئين ونحوهم لقصور مقامهم عن ذلك والبحث عن الأهلية قبل الأخذ شرط فجعلت الإجازة كالشهادة من الشيخ للمجاز بالأهلية
فائدةثالثة : مااعتاده كثيرمن مشايخ القراء – من امتناعهم من الإجازة إلابأخذمال في مقابلها -لايجوزإجماعا،بل إن علم أهليته وجب عليه الإجازة، أوعدمها حرم عليه،وليست الإجازة ممايقابل بالمال،فلايجوزأخذه عنها،ولاالأجرةعليها.
الإتقان في علوم القرآن – (ج 1 – ص 264) –
اعلم أن حفظ القرآن فرض كفاية على الأمة صرح به الجرجاني في الشافي والعبادي وغيرهما قال الجويني والمعنى فيه ألا ينقطع عدد التواتر فيه فلا يتطرق إليه التبديل والتحريف فإن قام بذلك قوم يبلغون هذا العدد سقط عن الباقين وإلا أثم الكل وتعليمه أيضا فرض كفاية وهو من أفضل القرب ففي الصحيح خيركم من تعلم القرآن وعلمه
