Burung Sang Fotografer

Burung Sang Fotografer

ilustration (mikul)

Burung-burung sangat riang pada hari ini. Mereka bersiul  berirama senada dengan variasi yang berbeda. Mendayu-dayu terbawa hempasan angin yang datang  dari pohon ke pohon. Tubuhnya mengikuti getaran nada yang muncul dari paruh kecil dengan suara melengking seperti peluit juru parkir . burung yang ku maksud bukan burung yang kau pikirkan. Meraka berpakaian kain seperti mahluk yang punya akal. Paruhnya pun berwarna-warni karena lipstik yang mereka pakai. Ada yang hijau, violet, merah, dan juga ping. Paras mukanya  ditaburi bedak yang harganya puluhan ribu. Mereka berlomba-lomba menghias diri karena sekarang bukan hari biasa.

Mereka senang,  di tempatnya sudah ada jasa fotografi yang selalu dinanti.  Zaman sekarang, siapa yang tak tahu dunia maya. Burung yang dulunya berpikir sebatas bertahan hidup. tapi sekarang, mereka lebih memilih tersenyun di depan lensanya kamera. Hanya dimata lensalah mereka hidup, tanpa itu jiwanya terasa mati sedangkan jasad hidup tanpa ada rasa. Burung-burung itu terus menantikan waktunya tiba. Tataan bulu terus mereka sisiri dengan paruh yang mereka punya, sambil mengepakan  sayap diantara dua sisinya. Bukan hanya itu, yang menjadi fotografernya teman mereka sendiri dengan harga yang sebanding dengan kualitasnya.

Semua burung sudah tahu studio sang fotografer  berada. Di samping  jalan, tumbuh satu pohon sukun dengan daun rindang meneduhi jalan sekitarnya, buahnya lebat bulat sebesar bola takrau. Setiap hari ramai oleh burung  yang ingin menggunakan jasanya. Siulan kegembiraan terus menghiasi nada di jalanan itu sambil mengepak-ngepakan sayap tanda girang tak tertahan. “aduhay.  sangat indah fotoku. Aku akan sering-sering kesini. Biar jumlah like ku banyak”.  satu burung berucap merdu.

Julukannya terkenal dengan nama pasukan witsukun, munkin karena studio yang mereka miliki bertempat di pohon sukun itu. hari ini mereka datang untuk menggembirakan pelanggan yang sudah membookingnya. Bertempat disebuah komplek pepohonan yang ramai dan sejuk. Spesialnya di komplek itu dikhususkan untuk burung berkelamin betina. suasana berubah ketika mereka datang untuk mengabadikan moment  yang sudah mereka pesan. Siulannya semakin ruah dengan kaki berjingkrak-jingkrak, dahan sampai ranting dipenuhi oleh burung bertata busana indah dengan baju serempak yang mereka pakai.

“woooy. Fotografer datang. Siap-siap untuk bergaya”.

Satu burung berteriak  kencang mengomando satu rukun. semuanya serempak menepuk-nepukkan sayap sambil bernyanyi.

Tepuk fotografer

Pok.  Pok. pok

Aku

Pok. Pok. pok

Burung cantik

Pok.pok.pok

Tiap hari

Pok.pok.pok

Upload foto

Pok. Pok. Pok

Laa illa ha illalloh muhamammadur rosululloh. Cantik. Cantik. Asik.

Mereka terus berjingkrak dengan kedua sayap setengah dikepakkan. Tak lama mereka terbang seperti putaran barisan tertata rapih lalu berbaris di halaman komplek seluas 10×4 meter. menunggu sampai giliran demi giliran selesai.

Di ufuk barat cahaya kemuning mulai memancar. Ufuk terus menuntut agar semua terselesaikan. Ufuk mengatur rutinitas burung sang fotografer. Mebuat semua gagu tak berdaya. Lemas gemulai tubuh yang merona. Menyinari pohon yang tak lama akan jadi persinggahan. Persinggahan bagi para burung  yang tak henti berkreasi. Berjuang tanpa henti yang tak pernah kotori hati. (lukim)

 crew witsukun creative picture

 

 

 

 

 

 

Redaksi

Redaksi

admin

522

Artikel