Cerpen: Balik Pondok

Cerpen: Balik Pondok

Almunawwir.com – Gus Mohtar merupakan putra satu-satunya Yai Toha. Ia sekarang mondok di salah satu pesantren di Jogja. Menjelang lebaran seperti saat ini, Gus Mohtar pulang ke rumahnya. Sebagai putra dari seorang yai kepulangannya sudah tentu sangat ditunggu-tunggu keluarga maupun para santri yang mondok di pesantren milik Yai Toha.

Maklum, selain ganteng Gus Mohtar juga dikenal sebagai sosok yang cerdas. Kecerdasan Gus Mohtar ini sudah tervalidasi oleh banyak pihak. Selain kecerdasannya, kepopuleran Gus Mohtar juga sudah terverifikasi, terbukti dari nama akun instagramnya yang sudah bergaris centang warna biru.

Balik Pondok
Ilustrasi: Dokumen Pribadi

Ngomong-ngomong tentang kepulangan Gus Mohtar, tampaknya ia sangat menikmati masa liburan pascalebaran untuk sedikit mendinginkan mesin panas otaknya yang selama ini ia ajak ‘geber-geberan’ ngaji di pesantren.

Hari-hari ia habiskan untuk mentadarusi DM yang sekian lama ia gatal untuk membalasnya. Sebab terlalu asik memijat layar gawainya, ia berniat tak ingin lagi balik ke pesantren. Bagi dirinya ilmu yang kini ia miliki sudah sangat cukup.

Mengetahui hal ini, Yai Toha menjadi bimbang antara khawatir ataukah memang ini akhir dari jawaban. Yai Toha sebenarnya sudah lama ingin sedikit mengendurkan kegiatan mengajar santrinya dan berharap putra satu-satunya inilah yang akan meneruskan perjuangan ngopeni pesantren miliknya. Untuk itu, Yai Toha hendak mengetes putranya.

Baca juga:

“Nang, Abah arep ngisi pengajian ning Semarang sekalian dolan ning simbah. Tolong ngaji bada isya sampean isi ya!”
(Nang, Abah mau mengisi pengajian di Semarang sekalian main ke simbah. Tolong ngaji bada isya kamu isi ya!)

“Ah, Mohtar dereng saget, Bah. Lagian Mohtar nggih dereng nate.”
(Ah, Mohtar belum bisa, Bah. Lagian Mohtar juga belum pernah.)

Namun, sebagai seorang anak yang dididik di lingkungan pesantren, pantang baginya mengelak perintah abah. Gus Mohtar pun akhirnya mengamini permohonan abah untuk mengisi ngaji setelah isya nanti.

Selepas salat Isya, seperti janjinya kepada abah, Gus Mohtar pun benar-benar mengisi ngaji. Para santri sangat terkagum dengan ketampanan dan kecerdasan Gus Mohtar. Tak hanya santri yang duduk di hadapannya namun juga santri-santri online yang juga ikut ngaji via live Instagram Gus Mohtar.

Setelah mengiyakan perintah abahnya siang tadi Gus Mohtar memang langsung saja menyebar pengumuman di story instagram-nya bahwa ia akan melakukan live sambil ngajar santri-santri abahnya. Berkat kepopulerannya di media sosial, live Instagram Gus Mohtar tak hanya diikuti oleh orang-orang yang telah lama (mengaku) beriman pada Tuhan yang juga diimani oleh Gus Mohtar.

Baca juga:

Lebih luas daripada itu, ternyata ada beberapa member muslim baru yang juga ikut menimba ilmu dari Gus Mohtar. Karena terkesima dengan bagaimana Gus Mohtar membawakan materinya ketika live Instagram, member muslim baru yang diketahui punya akun istagram @yusupucup_mualaf ini segera mencari tahu di mana tempat tinggal Gus Mohtar.

Ia berniat untuk sowan dan berharap Gus Mohtar menerima dirinya bukan hanya sebagai follower di media sosial tapi juga follower di dunia nyata sekalipun fana ini. Setelah cukup lama Yusup mencari informasi akhirnya didapatilah olehnya alamat kediaman Gus Mohtar.

Tanpa berpikir panjang, Yusup segera bersiap diri agar esok sehabis Shubuh ia dapat langsung menuju kediaman Gus Mohtar dan mengutarakan maksudnya itu.

Sekitar pukul 9, waktu di mana Gus Mohtar sedang melakukan rutinitas membalasi DM yang masuk, tiba-tiba terdengar suara ketokan pintu yang datang darii ketukan Yusup, si member baru muslim tadi.

Setelah disilakan masuk dan Mbak Indah menyuguhkan teh serta stoples khong guan sisa hari raya, Yusup mengutarakan maksudnya untuk menjadi murid sekaligus follower Gus Mohtar di dunia nyata nan fana ini.

Namun, sebelum Yusup benar-benar menjadi follower Gus Mohtar, ada pertanyaan-pertanyaan yang hendak ia temukan jawabannya dari sosok tampan nan cerdas di hadapannya.

“Gus, kalau Tuhan menuntut saya atas dosa yang telah saya perbuat. Maka sebenarnya saya juga boleh kan menuntut Tuhan atas sifatnya yang Maha Pengampun?”

“Maksud kamu gimana?” tanya Gus Mohtar ingin pertanyaan tadi lebih diperjelas.

“Jadi begini, Gus. Saya adalah seorang pendosa besar. Tapi, apakah besarnya dosa saya ini juga dianggap besar di mata Tuhanmu yang katanya ampunan-Nya Maha Akbar?”

Baca juga:

Gus Mohtar seketika terdiam, ia sedang mencoba mencari jawaban di laci-laci ingatan otaknya yang telah cukup usang sebab kini lebih sering terisi sanjungan-sanjungan DM yang masuk ke akun centang birunya.

“Untuk saat ini saya belum bisa menjawab, datanglah seminggu lagi kemari pasti akan ku jawab pertanyaanmu.”

Dengan sedikit kecewa, Yusup terpaksa pulang tanpa mengantongi jawaban dari orang yang sangat ia kagumi di media sosial itu.

Keesokan harinya, Gus Mohtar seperti tak pernah kesepian tamu yang datang untuk menanyakan tentang suatu persoalan. Hari ini seorang berjas dengan mobil hitam mengkilap datang dan hendak bertemu Gus Mohtar.

Setelah disilakan masuk dan mbak Indah menyuguhkan teh serta stoples khong guan sisa hari raya dan tentunya sisa si Yusup kemarin, pria berjas ini juga hendak mengajukan pertanyaan pada Gus Mohtar.

“Gus, kalau Tuhan menuntut saya atas sifat pelit yang saya miliki. Maka sebenarnya saya juga boleh kan nuntut Tuhan atas sifat-Nya Yang Maha Kaya? Kenapa Tuhan tak beri saja orang-orang susah itu. Toh dengan seperti itu kekayaan Tuhan tetap tak mungkin tersaingi siapapun bukan?”

Gus Mohtar kembali gagal menjawab pertanyaan yang kini datang dari pria berjas. Gus Mohtar memintanya untuk datang di minggu depan, ia akan menjawabnya saat itu juga bersama pertanyaan dari Yusup. Hari-hari berikutnya, kehidupan Gus Mohtar mulai beralih dari menjawab pesan di DM menuju terdiam atas pertanyaan dari para tamu yang menemuinya.

Tepat di hari minggu, hari dimana Gus Mohtar menjanjikan hendak menjawab pertanyaan-pertanyaan dari para tamu datanglah Yusup, Pria berjas dan beberapa tamu yang sempat juga dijanjikan hal yang sama. Namun, alangkah terkejutnya mereka ketika tak mendapati Gus Mohtar di kediamannya

“Gus Mohtar, sudah balik ke pondok.” Jawab singkat Mbak Indah.

* Penulis bernama Yazid Kamal, Santri Komplek Arafah (K3) Al-Munawwir Krapyak. Minat kajian di Seni dan Budaya

Baca juga:

Redaksi

Redaksi

admin

535

Artikel