Cerita dari Pak Rahmatullah: Mengenang Kisah Keteladanan KH. R. Muhammad Najib AQM #2
Almunawwir.com-Diceritakan bahwa Pak Rahamatullah juga merupakan alumni santri Madrasah Huffadh. Beliau memulai ngaji pada tahun 1994 sebagai santri kalong/laju. Baru pada tahun 1997 beliau resmi menjadi santri di Madrasah Huffadh, pada saat awal-awal beliau mondok, beliau tidak langsung menghafalkan al Qur’an tetapi ngaji Bin-Nadzri terlebih dahulu kepada KH. R. Muhammad Najib AQM, tetapi seiring berjalannya waktu beliau memutuskan untuk memulai ngaji secara Bil-Ghoib.
Beliau adalah santri yang sangat rajin, prinsip beliau adalah “ketika Pak Yai ngaji, saya berusaha untuk ngaji”, terbukti dengan belum pernahnya beliau mendapatkan takzir (hukuman) selama di pondok. Pada Tahun 2000, beliau resmi menjadi santri ndalem bersama Pak Mahsun, dikarenakan salah satu santri ndalem pada saat itu yang bernama Pak Harowi sudah resmi boyong dari pondok. Pak Rahamatullah sendiri juga merupakan salah satu saksi akan keteladanan Sang Guru KH. R. Muhammad najib AQM.
Kedekatan KH. R. Muhammad Najib AQM dengan Santrinya
Menurut Pak Rahamatullah, KH. R. Muhammad Najib AQM adalah sosok yang sangat perhatian terhadap santrinya, seperti yang pernah dialami oleh Pak Rahmatullah sendiri.
Suatu ketika di tahun 1998, Pak Rahamatullah berencana untuk mendaftar kuliah di UGM dengan jurusan kedokteran. Walau sudah mengetahui dampak kedepannya yang mungkin akan mengganggu jam ngaji Pak Rahamtullah, beliau tetap berkeinginan untuk kuliah. Mengetahui hal tersebut, di hari pengumuman seleksi penerimaan, KH. R. Muhammad Najib AQM menghampiri Pak Rahmatullah dan berkata bahwa dalam seleksi tersebut Pak Rahamatullah tidak diterima, dan menyarankan Pak Rahmataullah untuk fokus mengaji saja. Dan benar saja, setelah pengumuman tersebut keluar, tidak ada nama Pak Rahmatullah disana.
Kisah Keistiqomahan KH. R. Muhammad Najib AQM
Selanjutnya, menurut Pak Rahmatullah, KH. R. Muhammad Najib AQM juga merupakan sosok yang istiqomah. Beliau tidak pernah melewatkan jadwal ngaji walaupun ketika beliau sedang bepergian ke luar kota. Dikisahkan bahwa ketika beliau sedang dalam perjalanan pulang dari tindhakan, beliau sudah menelfon pengurus untuk memberitahukan bahwa ngaji tetap dilaksanakan dan menghimbau santri agar tetap mengantri.
Ketika beliau benar-benar berhalangan, beliau pasti meminta jadwal lain sebagai ganti agar tetap bisa melaksanakan ngaji. Bahkan ketika belliau baru saja kundur ibadah umroh dan baru saja menemui tamu-tamu beliau yang mengharapkan doa, KH. R. Muhammad Najib AQM tetap membuka ngaji sampai larut malam. Pada saat itu ngaji selesai bersamaan dengan adzan subuh pertama yaitu sekitar pukul 03.30 dini hari.
Beliau selalu berpesan kepada santri bahwa “Ngaji harus istiqomah, walau tidak sempurna, walau cuma hadiah Fatihah”. Keistiqomahan beliau juga tergambar dari dawuh-dawuh kepada para santri yang menjelaskan bahwa seyogyanya seorang santri dapat menghatamkan al Quran setiap seminggu sekali, atau ketika dalam kondisi yang kurang memungkinkan setidaknya tetap bisa satu juz dalam satu hari.
Diceritakan juga bahwa KH. R. Muhammad Najib AQM juga seringkali memberikan ijazah/wirid kepada para santri, seperti membaca al Fatihah sebanyak 100 kali, membaca Ayat Lima atau membaca ayat Laqod jaa-akum sebanyak 7 kali di saat paagi dan sore.
Baca Juga: Cerita dari Pak Mahsun: Mengenang Kisah Keteladanan KH. R. Muhammad Najib AQM
Kesederhanaan Sang Ahlul Qur’an
Kisah keteladanan KH. R. Muhammad Najib yang lain, adalah beliau dikenal sebagai soso yang sangat sederhana, baik dari pakaian ataupun dalam hal makanan sehari-hari. Beliau masih sering memakai sarung yang terdapat tembelan-tembelannya. Dikisahkan juga, bahwa ketika Pak Rahamatullah sedang memasak di ndalem, ternyata masakan Pak Rahamatullah sedikit gosong, sontak hal tersebut membuat Pak Rahmatullah merasa bingung dan tidak enak kepada keluarga ndalem termasuk kepada Sang Guru KH. R. Muhammad Najib AQM. Tetapi tanpa disangka KH. R Muhammad Najib AQM tetap dahar masakan tersebut bahkan sampai duak kali sembari dawuh “Iki kok enak banget ya”.
Untaian Semangat dari Mbah Yai Najib
Pak Rahamatullah juga menyebutkan bahwa KH. R. Muhammad Najib AQM selalu memberikan semangat kepada para santri agar tidak menyerah dalam belajar dan mengaji. KH. R. Muhammad Najib AQM pernah mengisahkan bahwa dahulu beliau mengaji kepada Mbah Arwani dan Mbah Hisyam dengan keadaan sudah selesai 30 juz dari rumah, tapi masih membutuhkan 5 tahun lagi untuk belajar dan mengaji di Kudus, yang sama dengan cerita tentang Mbah Arwani yang 12 tahun lamanya mondok di Krapyak
Hal ini tentunya menjadikan motivasi kepada para santri bahwa tidak ada yang instan dalam belajar dan mengaji, perlu proses yang lama dengan usaha yang luar biasa. Agar ilmu seorang santri bisa lebih bermanfaat, KH. R. Muhammad Najib AQM juga menyarankan para santri untuk melakukan riyadhoh yaitu menghatamkan al Quran setiap satu hari selama 40 hari lamanya dengan berpuasa.
penulis: Irvan Muhammad Faza