Dinamika Pesantren Krapyak : “Mulai dari Pendidikan Al-Qur’an hingga Membangun Karakter Qur’ani”

Dinamika Pesantren Krapyak : “Mulai dari Pendidikan Al-Qur’an hingga Membangun Karakter Qur’ani”


Oleh : Nur Lailatil Mubarokah*


Fakta sejarah mengungkapkan bahwa lembaga pendidikan Islam merupakan faktor yang cukup berpengaruh dalam dinamika perkembangan Islam di Nusantara.

Salah satu lembaga pendidikan Islam tradisional yang sampai saat ini masih memberikan kontribusi positif bagi dinamika Islam di Nusantara adalah pondok pesantren.

Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang pertama kali berdiri di Indonesia. Sampai di era modern, pesantren tetap mampu menunjukkan vitalitasnya sebagai kekuatan sosial, kultural dan keagamaan yang, turut membentuk bangunan dari kebudayaan Indonesia modern.

Pesantren memberikan peluang dalam menghidupkan syiar Islam kepada masyarakat. Karena tidak jarang di lembaga-lembaga pendidikan formal, seperti universitas, diadakan kajian-kajian mengenai Islam, yang dibalut dengan nuansa akademis.

Melalui kajian-kajian tersebut, manfaat yang didapatkan tidak hanya pengetahuan mengenai agama Islam, melainkan budaya akademik yang juga dikembangkan. Karena pada dasarnya, agama dan budaya keilmuan bersifat saling melengkapi dan bukan bertentangan.

baca juga : Krapyak dan Sejuta Pesonanya

Pemandangan bersatunya kajian keagamaan dan budaya akademik itu menjadi pemandangan yang sangat indah yang, dihidupkan oleh sebagian besar lembaga-lembaga formal Indonesia. Hal tersebut dapat menjadi bekal bagi kaum muslim Indonesia untuk lebih memahami segala sesuatu dalam taraf yang lebih bijak.

Pondok Pesantren Al Munawwir dan Ali Maksum merupakan dua pesantren besar yang berada di daerah itu. Tapi di balik gandrung modernitas dewasa ini, siapa yang menyangka kalau daerah tersebut dulunya merupakan daerah rawan tindak kriminalitas dan dipenuhi semak belukar.

Secara geografis, Krapyak terletak di sebelah selatan Keraton Yogyakarta. Panggung Krapyak yang juga disebut Kandang Menjangan di Jalan KH. Ali Maksum berbaris satu garis dengan Gunung Merapi, Keraton serta laut selatan.

Dahulu daerah Krapyak masyarakatnya masih sedikit yang memeluk dan menjalankan syariat agama Islam, sebab kebanyakan dari mereka adalah kaum abangan.

Sebelum pada akhirnya mencuat sosok KH. Muhammad Munawwir bin Abdullah Rosyad yang menjadi perintis pendidikan pesantren di Krapyak.

Sedari itu pula, alunan ayat-ayat suci Al-Qur’an setiap hari terdengar. Seakan mengajak orang di sekitarnya untuk menuju ke jalan Islam. KH. Muhammad Munawwir pun dengan kegigihannya, terus berusaha mengembangkan lembaga pendidikan pesantren yang dirintisnya.

Pendidikan dan pengajaran pada masa KH. Muhammad Munawwir menekankan pengajaran pada bidang Al-Qur’an. Hal ini sesuai dengan keahlian beliau yang mumpuni dalam bidang ini. Meskipun demikian, pendidikan lainnya seperti kitab kuning tetap diadakan hanya saja sebagai unsur komplementer atau pelengkap.

Kita semua meyakini, apabila Al-Qur’an adalah kitab kemuliaan agama yang paling tinggi. Al-Qur’an adalah kalam Allah swt. Al-Qur’an adalah kitab yang diturunkan dengan penuh berkah, Al-Qur’an memberikan petunjuk manusia kepada jalan yang lurus. Sama sekali tidak ada keburukan di dalamnya.

Oleh karena itu, sebaik-baik manusia adalah mereka yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya. Rasulullah saw. bersabda, ”Sebaik-baik orang di antara kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari).

baca juga : Tawa itu Luka dan Betapa Khilafnya Kita

Orang-orang yang mempelajari Al-Qur’an, baik membaca dengan tartil maupun menghafal dengan baik adalah termasuk hamba-hamba Allah yang terpilih. Sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya:

[su_quote cite=”Q.S Fathir : 32″]Kemudian Kitab itu (Al-Qur’an) Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.[/su_quote]

Seseorang yang berpegang teguh pada Al Qur’an, sebagai modal kekuatan pegangan dan landasan filsafat hidup, maka orang itu akan mampu tegar, tidak gampang menyerah, sigap dalam menentukan sikap, dan tidak akan mudah diombang-ambingkan oleh ketidakpastian situasi, tidak mudah terpengaruh oleh prinsip hidup lain.

Hal itu karena prinsip dalam kepribadiannya sudah mantap dan semua itu akan tercermin dalam sikapnya dalam menyelesaikan persoalan hidup. Alangkah indahnya hidup kita, bila kita tidak hanya sekedar bisa membaca Al-Qur’an, tetapi juga menghafal dan mengamalkannya.

Seperti yang ada pada pesantren al munawir Krapyak, di mana bobot pendidikan Al Qur’an selalu diutamakan. Karena seperti yang kita tahu bahwa Al Qur’an merupakan pokok cahaya inti dalam kehidupan. Demikianlah wajah dinamika pendidikan Islam di Nusantara.

*juara pertama lomba esai acara Orientasi Santri Baru Komplek R2

Redaksi

Redaksi

admin

536

Artikel