Teori Stephen R. Covey; “Menjadi Manusia Efektif dan Produktif”

Teori Stephen R. Covey; “Menjadi Manusia Efektif dan Produktif”

Menuliskan tujuan dalam hidup sudah banyak dipahami sebagai salah satu upaya penting dan serius dalam menggapai impian. Namun sebenarnya semua pencapaian manusia memiliki dua fase penciptaan, yaitu ketika diciptakan di dalam mental serta ketika diciptakan secara nyata. Seperti sebuah blueprint, bentuk nyata dari sebuah pencapaian akan mengikuti bagaimana ia diciptakan dalam mental.


Belajar-mengajar dari Teori Stephen R. Covey untuk Menjadi Manusia Efektif dan Produktif

Oleh: Sa’adah*

Beberapa hari lalu, saya mengikuti pelatihan kader muda ekonomi yang bertema “Santri Mandiri Prestasi Negeri” yang diselenggarakan oleh Pengurus Departemen Pemberdayaan Ekonomi Pondok Pesantren Al-Munawwir.

Dalam pelatihan ini, materi disampaikan oleh saudara Ahsan yang mencoba membahas pembahasan “The 7 Habits of Highly Effective People” menurut Stephen R. Covey.

Menurut Stephen R. Covey terdapat tujuh kebiasaan unggul untuk menjadi manusia efektif. Pertama, jadilah manusia proaktif (be proactive).

Ciri menjadi manusia proaktif yaitu mengambil tanggung jawab tentang kehidupan kita sendiri, tidak menyalahkan situasi maupun keadaan, serta lebih memusatkan perhatian pada hal-hal yang bisa kita perbaiki. Di sinilah seharusnya dipersepsikan bahwa proaktif adalah sikap reaktif yang produktif, fokus pada lingkaran kendali untuk mengubah hal-hal yang ingin kita ubah, bukan sekadar mengubah hal-hal yang bisa kita ubah.

Orang-orang proaktif adalah pelaku-pelaku perubahan dan memilih untuk tidak menjadi korban, untuk tidak bersikap reaktif, untuk tidak menyalahkan orang lain. Mereka melakukan ini dengan mengembangkan serta menggunakan keempat karunia manusia yang unik (kesadaran diri, hati nurani, daya imajinasi, dan kehendak bebas). Menggunakan pendekatan dari dalam ke luar–bila meminjam istilah Peter L. Berger disebut sebagai “eksternalisasi”–untuk menciptakan perubahan. Salah satu kuncinya adalah bertekad kuat menjadi daya pendorong kreatif dalam hidup mereka sendiri, yang adalah keputusan paling mendasar yang bisa diambil setiap orang.

Kedua, mulailah sesuatu dengan gambaran akhirnya (begin with the end in mind). Mampu menggambarkan hasil akhir yang ingin dicapai secara jelas yang ditandai dengan menuliskan mimpi dan pernyataan misi.

Menuliskan tujuan dalam hidup sudah banyak dipahami sebagai salah satu upaya penting dan serius dalam menggapai impian. Namun sebenarnya semua pencapaian manusia memiliki dua fase penciptaan, yaitu ketika diciptakan di dalam mental serta ketika diciptakan secara nyata. Seperti sebuah blueprint, bentuk nyata dari sebuah pencapaian akan mengikuti bagaimana ia diciptakan dalam mental.

Ketiga, selalu dahulukan yang lebih utama (first things first). Artinya, fokus pada prioritas. Karena kita tidak akan bisa menyelesaikan semua hal yang hinggap di tangan kita secara bersamaan serta harus memastikan diutamakannya hal yang utama.

Ketiga kebiasaan efektif pertama berbicara tentang sukses pribadi, sementara ketiga kebiasaan efektif berikutnya fokus pada inderpendensi dengan orang lain. Kebiasaan efektif.

Keempat, berpikir menang – menang, bukan menang – kalah (think win – win). Berfikir menang – menang berarti selalu mengutamakan kerja sama, sifat kooperatif, dan menguntungkan kedua belah pihak. Faktanya, kita tidak bisa memuaskan semua orang, selalu ada pihak yang merasa tidak menang atau tidak diuntungkan. Sehingga jika win-win solution tidak mungkin dihasilkan, paradigma yang bisa dimunculkan adalah tidak boleh menzhalimi, tidak merugikan dan meminimalisir kemudhorotan. Akhirnya, tidak mendapat apa-apa atau bahkan menerima kekalahan dengan sikap positif bisa jadi merupakan sebuah kemenangan.

Kelima, Pahami orang lain terlebih dulu, baru mereka memahami Anda (seek first to understand, then to be understood). Jangan selalu ingin dimengerti berusahalah melihat dari sudut pandang dan pemahaman orang lain. Demikian dengan kebiasaan efektif.

Keenam yaitu sinergi (synergize). Selalu melakukan sinergi artinya, menggabungkan kekuatan kita dengan kekuatan orang lain untuk berkarya, bukan untuk bersaing atau menjatuhkan. Sinergi tidak melulu berbicara tentang perbedaan, tetapi justru kuat dengan berbagai kesamaan, sinergi juga tidak semata ada dalam ranah komunikasi namun banyak bermain dalam ranah aksi.

Adapun kebiasaan efektif Ketujuh adalah mengasah gergaji (sharpen the saw) yang bertujuan agar senantiasa tajam dan berfungsi. Selalu memelihara dan memperbaharui aset terbesar yang kita miliki: Diri kita sendiri.
Kesuksesan bersumber dari rangkaian kebiasaan yang efektif sebenarnya mudah dipahami, banyak kisah yang dapat menjadi contoh. Akan lebih baik lagi jika kesuksesan tersebut dihubungkan dengan visi jangka panjang dalam bingkai keimanan dan ketakwaan. Jika sukses pribadi adalah menjadi hamba Allah yang beribadah dan sukses bersama adalah menjadi khalifah yang memakmurkan bumi, maka mengasah gergaji adalah keistiqomahan dalam menjalankannya. Semoga kita bisa menjadi pribadi efektif yang sukses pribadi dan sukses bersama, yang sukses dunia dan akhirat. Aamiiin…

*) Siti Sa’adah – Santri Komplek R2, Pondok Pesantren Al Munawwir Krapyak

baca juga : Aku Terbangun di Sepertiga Malam

Redaksi

Redaksi

admin

535

Artikel