Dr. TGH. Zainul Majdi M.A Al Hafidh ; “Mu’amalatul Qur’an Adalah Berinteraksi Secara Intens DenganNya Melalui Al Qur’an, Bukan Hanya Membaca dan Menghafal”
Krapyak, Ba’da sholat Dhuhur, Sabtu (13/05/2017) ada yang lain. Sebab halaman Masjid Krapyak dipenuhi oleh mobil rombongan dari Nusa Tenggara Barat dalam rangka kunjungan Tuan Guru Bajang KH. Zainul Majdi M.A Al Hafidh ke Pondok Pesantren Krapyak.
Dan di luar Aula G, telah tertata rapi beberapa kursi untuk para tamu. Sedang para Masyayikh dan santri mempersiapkan diri untuk menyambut Gubernur NTB tersebut yang tengah melaksanakan sholat di Masjid Krapyak.
Setelah melaksanakan sholat berjamaah dengan rombongannya, Tuan Guru Bajang melanjutkan berama-tamah di kediaman KH. R. M. Najib Abdul Qodir Munawwir selama setengah jam, ditemani pula oleh KH. R. Abdul Hafid AQ, KH. Fairuzi Afiq Dalhar, Gus Hilmi, Gus Asid dan masih banyak lagi.
Dalam rihlah kali ini, Panitia menyediakan Aula G untuk tempat mendengarkan beberapa petuah dari Gubernur yang juga Hafal Al Qur’an tersebut. Acara dimulai tepat pukul 13.30 dengan dibuka oleh KH. R. Abdul Hafidh Abdul Qodir Munawwir.
Dalam petuahnya Alumni Al Azhar tersebut menjabarkan beberapa hikmah yang ada dalam Al Qur’an. Salah satunya mengenai Mu’assis Pesantren Al Munawwir, beliau menyitir sebuah maqolah,
ما كان لله فهو متصل، وما كان لغير الله فهو منفصل
“Bahwasannya segala sesuatu yang murni disandarkan kepada Allah maka akan membuahkan hasil. Sebaliknya, segala sesuatu yang disandarkan selain kepada Allah maka akan terputus”. Hal ini disangkut-pautkan dengan dinamika perjalanan Pesantren Krapyak sejak didirikan oleh KH. Munawwir pada tahun 1911 M.
“Jikalau Mbah Munawwir, dengan sungguh, lillah mendirikan Pondok Pesantren Krapyak ini. Alhasil mutiara yang ditancapkan oleh beliau, masih terjaga hingga kini. Terbukti dengan masih banyaknya santri yang ingin menimba ilmu di sini”. Tukas beliau.
Tidak hanya itu, Gubernur NTB tersebut juga menasehati mengenai, “ikhtiar mu’amalatul Qur’an bukan hanya tentang membaca dan menghafalkannya, melainkan bagaimana kita berinteraksi secara intim dan intens denganNya melalui Al Qur’an”.
Dengan cara ta’addub kita terhadap Al Qur’an. Dengan menjelaskan hikmah yang ada dalam kitab At Thibbyan Fi Adabi Hamalatil Qur’an karangan Imam Abi Zakariya Yahya Ibnu Syarof.
“Jika kita menghormati, konsekuensi logis dari hal tersebut adalah kita akan dihormati pula. Demikian halnya sikap hormat, adab, kita terhadap Al Qur’an dan apa yang diajarkan di dalam Al-Qur’an”.
Juga ihwal menjaga jarak dengan orang-orang mulia untuk menjaga kehormatan orang yang dimuliakan tersebut. “Ta’addub itu dengan siapa? Yang jelas adalah dengan shohibul ilm. Artinya kita harus sungguh-sungguh menghormati guru-guru kita”. Imbuh beliau.
Selain itu, dalam usaha untuk menjaga hafalan, adalah dengan menanggapi isu-isu yang sedang kita hadapi dalam kehidupan ini. Bagaimana kita menggambarkan isu-isu tersebut dengan ayat-ayat yang terkandung di dalam al-qur’an.
Setelah memberi ceramah, Tuan Guru dimintai untuk mensyahadati teman muallaf kita yang dulunya pernah kuliah di Sanata Dharma. Lantas, pembacaan do’a oleh Tuan Guru sendiri dan pemberian cinderamata dari Pihak Pesantren.
Setelah acara dinyatakan benar2 selesai, Alumni Al Azhar itu juga menyempatkan diri berziarah ke Makam Dongkelan (Maqbaroh Keluarga Besar Mbah Munawwir). (Pemimpin Redaksi)
Tonton video selengkapnya di Youtube Almunawwir TV : Dr. TGH. Zainul Majdi M.A Al Hafidh di PP. Al Munawwir Krapyak