
Almunawwir.com – Sudah sekian lamanya, kehadiran santri-santri baru di PP. Al-Munawwir Komplek L akhirnya tiba juga. Bila melihat sebagian besar di beberapa pesantren, mereka telah menyambut kedatangan santri baru sejak bulan Syawal lalu.
Bukan berarti belum siap menyambut kedatangan mereka, pasalnya di samping pandemi sedang berlangsung, di Komplek L juga sedang dalam tahap pembangunan gedung baru dan beberapa renovasi pada titik tertentu, sehingga hal ini sedikit menghambat terhadap kedatangan santri baru, menimbang fasilitas untuk mereka belum siap digunakan.
Akhirnya pemberangkatan santri baru Komplek L dilakukan pada bulan Desember 2020 lalu dengan menerapkan protokol kesehatan, pemberangkatan tersebut dilakukan secara bergelombang kemudian diikuti dengan karantina di ruangan khusus yang telah disediakan.
Usai acara haul virtual KH. M. Moenawwir ke-82 (23/01), Pondok Pesantren Al-Munawwir Komplek L baru bisa menggelar acara Pekan Ta’aruf pada tanggal 01-04 Februari 2021. Pekan Ta’aruf merupakan ajang orientasi studi dan pengenalan santri baru terhadap lingkungan ke-Al-Munawwir-an Komplek L.
Acara Pekan Ta’aruf ini dilaksanakan selama 4 hari berturut-turut. Pada hari pertama, santri-santri baru berkumpul di Mushola Al-Mubarok untuk memulai pembukaan acara secara resmi oleh panitia Pekan Ta’aruf yang turut dihadiri Ketua RT setempat. Selanjutnya disambung dengan sesi materi I tentang “Kepesantrenan dan Kebangsaan” yang dibawakan oleh Bapak Achmad Zainal Arifin, M.A., Ph.D.
Pada hari kedua, santri-santri baru mengikuti acara demi acara dengan penuh khidmat dan semangat. Pada pertemuan ini, acara dibawakan oleh dua pemateri yang luar biasa, sesi materi II tentang “Ke-Aswaja-an dan Ke-NU-an” oleh Bapak Beni Susanto, M.A. Sementara sesi materi III tentang “Ke-Al-Munawwir-an” oleh Ustadz Abdus Salam, M.A.
Pada hari selanjutnya, tidak kalah dengan hari sebelumnya, santri-santri baru tetap semangat mengikuti kegiatan acara Pekan Ta’aruf. Pada perjumpaan kali ini, ada dua sesi terakhir yang dibawakan oleh dua pemateri, yaitu Ustadz Yunan Roni, M. Sc. dengan tema “Living Al-Qur’an”. Kemudian disambung pemateri berikutnya, yaitu Bapak Dr. Yaltafit Abror Jeem, M.Sc dengan tema “Pesantren dan Adaptasi Kebiasaan Baru” yang dilakukan secara virtual.
Tidak hanya mengundang 5 pemateri yang luar biasa, acara Pekan Ta’aruf ini juga dimeriahkan dengan berbagai kegiatan lain di setiap pertemuannya, seperti diselenggarakan lomba yang mengasah kemampuan santri baru, Bakti Sosial kepada masyarakat yang kurang mampu bersama Pak RT guna menanamkan jiwa sosial yang tinggi, dan lain sebagainya.
Baca Juga: Cara Agama Islam Dikawal dengan Ukuran Minimal Menurut Gus Baha
Kemudian pada hari keempat, malam puncak acara Pekan Ta’aruf yang bertepatan pada hari Kamis malam Jum’at (04/02). Seluruh santri PP. Al-Munawwir Komplek L berkumpul di Mushola untuk mengikuti rangkaian acara yang dilaksanakan ba’da Maghrib, dimulai dari pembukaan, pembacaan Maulid, sambutan-sambutan, penampilan santri, dan mauidzoh hasanah sekaligus do’a yang dibawakan oleh Ustadz Dr. Abdul Jalil, S.Th.I, M.S.I.
Dalam kesempatan ini, Ustadz Abdul Jalil menyampaikan materi yang mampu menggugah hati para hadirin. Beliau mengatakan bahwa seorang santri yang menimba ilmu di usia muda merupakan momentum yang pas, dimana jiwa semangat mengaji mereka masih bergejolak dalam raganya. Sebagaimana beliau mengutip pendapat yang mengatakan:
تَعَلَّمُوْا قَبْلَ اَنْ تُسَوَّدُوْا
“Belajarlah sebelum kalian dituankan”.
Artinya belajarah sebelum kalian menjadi orang yang mengajarkan ilmu (baik guru, kiai, atau ustadz). Sebab lanjut beliau, ketika seseorang sudah dianggap dan dipercaya oleh masyarakat, sementara ia belum cukup ilmunya, maka ia tidak memiliki waktu lagi untuk mengulang dan belajar kembali. Oleh sebabnya, marilah belajar dengan sungguh-sungguh sejak dini, kelak apapun yang terjadi di masa depan, kita sudah siap menghadapinya.
Berkenaan dengan pendapat ini, Romo KH. M. Munawwar Ahmad selaku pengasuh Komplek L, menyampaikan sambutannya seusai Ustadz Abdul Jalil meninggalkan tempat acara. Beliau mengatakan bahwa pendapat ini ada dua versi, pertama bahwa orang yang mengatakan pendapat ini adalah Sayyidina Umar bin Khathab, dengan redaksi:
تَفَقَّهُوْا قَبْلَ اَنْ تُسَوَّدُوْا
“Belajarlah sebelum kalian dituankan”.
Versi kedua yaitu dengan redaksi sebelumnya, yakni ta’allamu. Lanjut beliau, dalam kitab Al-Bukhari kitab al-iman bab al-ightibath fil-ilm wal-hikmah, setelah Sayyidina Umar berkata demikian, Imam Bukhari melanjutkan perkataannya: “وَبَعْدَ اَنْ تُسَوَّدُوْا” (bahkan setelah kalian dituankan), “وَقَدْ تَعَلَّمَ اَصْحَابُ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فِي كِبَرِ سِنِّهِمْ” (sebab para Sahabat Nabi belajar di saat mereka sudah besar/berumur). Ibnu Hajar dalam Fathul Bari, menjelaskan bahwa atsar Sahabat Umar yang diriwayatkan oleh Abi Syaibah dan lainnya dari jalur Muhammad bin Sirin dari Al-Ahnaf bin Qais adalah sanadnya sahih (kredibel).
Baca Juga: Gus Baha: Pentingnya Menjaga Sanad Keilmuan
Maksud dari pengasuh Komplek L adalah beliau hendak menyampaikan bahwa meskipun seseorang sudah dituankan (dijadikan tokoh) oleh masyarakat, mungkin karena suatu sebab seperti, adanya tuntutan, belum sempat mengaji, atau selainnya, ia masih memiliki kesempatan untuk tidak berhenti belajar menuntut ilmu. Mengingat dulu para Sahabat juga belajar di saat mereka sudah besar, mereka tidak malu dan tidak gengsi untuk belajar kepada Nabi dan Sahabat lainnya meskipun jarak saling berjauhan.
Hal terpenting yang sebelumnya disampaikan oleh Ustadz Abdul Jalil yaitu tentang seseorang yang belajar mengaji, namun ia sama sekali tidak paham atas apa yang disampaikan gurunya. Tenang saja, sebab meskipun ia tidak memahami ilmu yang disampaikan guru, ia tetap akan mendapatkan tujuh keutamaan, beliau melanjutkan:
Pertama, ينال فضل المتعلمين (mendapatkan fadilah sebagai orang yang belajar ilmu); Kedua, ما دام عنده جالسا كان محبوسا عن الذنوب والخطايا (selama ia duduk di majelis ilmu, ia akan senantiasa terhindar dari dosa dan kesalahan); Ketiga, اذا خرج من منزله نزلت عليه الرحمة (di saat ia keluar dari rumahnya, rahmat turun kepadanya); Keempat, اذا جلس عنده نزلت الرحمة على العالم فتصيبه ببركته (di saat ia duduk, rahmat turun kepada gurunya, lalu ia akan memperoleh keberkahannya).
Kelima, تكتب له الحسنات ما دام مستمعا (ditulis baginya kebaikan-kebaikan selama ia masih mendengarkan gurunya); Keenam, تحفهم الملائكة بأجنحتهم وهو فيهم (Malaikat akan menaunginya dengan sayap-sayapnya, sementara ia berada di dalamnya); Ketujuh, كل قدم يرفعها ويضعها تكون كفارة للذنوب ورفعا للدرجات وزيادة في الحسنات (setiap langkah-langkahnya, akan menghapus dosa-dosa, mengangkat derajat, dan menambah kebaikan).
Ketujuh, keutamaan ini diperuntukkan bagi seseorang yang benar-benar tidak memahami pelajaran yang disampaikan guru. Adapun orang-orang yang memahaminya, mereka akan mendapatkan keutamaan yang bekali-kali lipat. Hal ini juga dijelaskan dalam kitab I’anah ath-Thalibin dalam pembahasan awal tentang faidah imtitsalu awamirillah wajtinabu nawahihi.
Acara selanjutnya adalah penutupan, lalu disambung dengan makan-makan bersama sebagai akhir dari puncak acara Pekan Ta’aruf. Semoga dengan diselenggerakan acara ini, seluruh santri PP. Al-Munawwir Komplek L mampu mengambil ibrah dan manfaat. Amiin.