Ngaji Ulumul Qur’an (2): Sejarah Awal Penulisan Alquran

Ngaji Ulumul Qur’an (2): Sejarah Awal Penulisan Alquran


Oleh: Ust. H. Abdul Jalil Muhammad, M.A

Dalam catatan sejarah, Alquran sudah dijaga dalam bentuk hapalan para sahabat maupun dalam bentuk tulisan sejak masa Nabi periode Mekah. Kuttab al-Wahy (Sahabat-sahabat pencatat/penulis wahyu), seperti Zaid bin Tsabit pada periode Madinah, bertugas menulis wahyu Alquran, di samping sahabat-sahabat lain yang menjadi sekretaris Nabi untuk keperluan lain, seperti menulis surat-surat kepada raja-raja.

Tidak ada riwayat-riwayat yang detail mengenai model dan cara penulisan kata-kata Alquran di lembaran-lembaran (shahifah) yang ditulis di masa Nabi, termasuk mushaf pertama yang ditulis di masa pemerintahan sahabat Abu Bakar.

Sahabat Zaid bin Tsabit mempunyai posisi penting dalam konteks ini, karena dia penulis utama Alquran di masa Nabi, mushaf di masa Abu Bakar dan Utsman bin ‘Affan. Latar belakang kodifikasi Alquran di masa Abu Bakar adalah gugurnya banyak sahabat penghapal Alquran pada perang Yamamah. Sedangkan perbedaan bacaan/qira’at yang disandarkan kepada para guru Alquran dari kalangan sahabat menjadi latar belakang kodifikasi di masa khalifah Utsman bin Affan.

Abu ‘Amr al-Dani mengatakan bahwa mayoritas ulama berpendapat ada empat mushaf yang ditulis dan dikirim ke berbagai wilayah di masa Utsman: Kufah, Bashrah, Syam, dan Madinah. Ada pula yang mengatakan tujuh mushaf dengan menambahkan Mekah, Yaman, dan Bahrain sebagai tiga wilayah tambahan yang dikirimkan mushaf.

Terdapat sekitar enam belas riwayat yang ditulis di bab pertama kitab al-Muqni’ yang membicarakan tentang: dari mana kaum muhajirin belajar ilmu kitabah/tulis, latar belakang kodifikasi di masa Abu Baka ra, di masa Utsman bin Affan, berapa kejadian dalam proses penulisan mushaf di masa Utsman, maupun pasca penulisan mushaf.

Isu bahwa Mushaf Utsmani ditulis hanya dengan satu lahjah/dialog yaitu bahasa Quraisy menjadi topik menarik dalam dialog antar ulama , ‘Abdullah Jabri dalam buku: Lahajat al-‘Arab fi al-Qur’an al-Karim cukup banyak membahas tema ini.

Jika kita kembali pada salah satu riwayat al-Dani, sahabat Utsman berkata pada tim penulisan mushaf (‘Abdullah bin al-Zubair, Sa’id bin al-‘Ash, ‘Abdurahman bin al-Harits dari suku Quraisy, dan Zaid bn Tsabit): “jika kalian berselisih bersama Zaid maka tulislah dengan lisan/bahasa Quraisy, karena Alquran turun dengan bahasa Quraisy”. Tim penulisan mushaf berselisih soal penulisan kata (al-tabuh/al-tabut) apakah ditulis dengan ha’ sebagaimana pendapat Zaid atau dengan huruf ta’ sebagaimana pendapat tiga anggota dari suku Quraisy, yang akhirnya Utsman memutuskan untuk ditulis dengan huruf ta’ (al-tabut).

Wallahu A’lam

Redaksi

Redaksi

admin

502

Artikel