Yogyakarta – Lembaga dakwah PBNU bekerja sama dengan KOMINFO mengadakan sosialisai Literasi digital yang ke-6 dengan tema “Literasi Digital untuk Penguatan Kebangsaan Terhadap Generasi Muda” dengan melibatkan PP. Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta sebagai tuan rumah. Acara ini diadakan secara hybrid pada hari rabu (17/08/2022), peserta dapat mengikutinya secara langsung di aula G PP. Al-Munawwir ataupun daring melalui YouTube dan zoom.
KH. Yahya Cholil Staquf selaku ketua PBNU dalam sambutannya memberikan pesan bahwa dalam gerakan literasi digital ini perlu ditekankan bahwa agama bukan hanya sesuatu yang terkait dengan dimensi kognitif saja, melainkan menyangkut dimensi ruhaniyah berupa keberkahan ilmu yang didapat melalui guru-guru yang sanadnya bersambung sampai Rasulullah saw.
“Juga ditekankan pentingnya kita menghormati dan memegangi hubungan kita dengan guru-guru, ulama-ulama yang sungguh-sungguh mengemban sanad yang bersambung sampai Rasulullah” tegas KH. Yahya Cholil Staquf.
Sosialisasi ini mendatangkan tiga narasumber yang semuanya merupakan alumni Pondok Pesantren Krapyak. Tak tanggung-tanggung acara ini dimoderatori langsung oleh Agus H. Ahmad Shidqi, S.Psi. M.Eng selaku pengasuh PP. Al-Munawwir. Narasumber pertama dari Lembaga dakwah PBNU, yaitu Dr. KH. Khalilurrahman M.A., Beliau menyampaikan banyak sekali materi tentang literasi di era digital, salah satunya adalah peran pesantren dalam penguatan literasi digital, yang menurutnya hal ini sangat penting untuk diketahui para santri.
Terdapat lima peran pesantren dalam penguatan literasi digital yaitu; Pertama, pesantren sebagi agen perubahan sosial, Kedua, pesantren merupakan pemilik otoritas keilmuan islam, Ketiga, pesantren sebagai pelopor gerakan literasi, Keempat, pesantren merupakan laboratorium keilmuan islam, dan Kelima, santri pesantren menjadi pelopor dan aktivis penyebaran konten keagamaan yang inklusif.
Narasumber kedua adalah KH. Benny Susanto, MSI yang merupakan wakil katib syuria’ah PWNU DIY. Beliau memaparkan apa yang terjadi di dunia ini, khususnya perihal resesi (kondisi dimana perekonomian suatu negara sedang memburuk) yang sedang menimpa negara-negara islam sebab ekonominya bergantung pada minyak dan gas, sedangkan Indonesia sampai saat ini masih bisa bebertahan. Hal ini dikarenakan Indonesia adalah negara yang diberkahi oleh Allah SWT dengan kekayaan sumber daya alamnya. Beliau juga berpesan bahwa santri harus kritis dengan ideologi-ideologi yang bertentangan dengan ideologi bangsa kita.
Selanjutnya narasumber yang ketiga adalah Bu Nyai Muyassarotul Hafidzoh, M.Pd yang merupakan penulis dan pemred Duniaanakindonesia.com. dalam kesempata ini beliau memberikan pemahaman bahwa media sosial sangat berpengaruh terhadap cara pandang atau pemahaman masyarakat, karenanya santri harus bisa memanfaatan teknologi yang ada dengan berdakwah melalui media sosial. Tujuannya adalah, agar informasi-informasi tentang agama dalam media sosial terisi konten-konten beragama yang sesuai dengan apa yang dipelajari para santri, sehingga cara pandang atau pemahaman masyarakat tentang islam akan moderat, tidak mengarah pada liberalisme ataupun radikalisme.
Acara ini dipungkasi dengan sesi tanya jawab yang melibatkan empat santri putra. Semuanya dijawab secara gamblang oleh para narasumber. Narasumber ketiga, Bu Nyai Muyassarotul Hafidhoh tak lupa memberikan hadiah berupa novel karangan beliau kepada penanya terpilih. Acara ini berlangsung hingga larut malam. Tepat pukul 23.30 acara berakhir beriring doa penutup majlis oleh seluruh hadirin
Penulis: Nur Hanik (komplek R2)
Editor: Abdillah Amiril Adawy
