Dalam rangkaian acara inti peringatan Haul KH. Ali Maksum yang ke 33, salah satu momen yang ditunggu-tunggu para jamaah dan para muhibbin ialah tausyiah dari KH. Bahaudin Nursalim dari Rembang. Ulama muda yang yang akrab disapa Gus Baha ini bisa dikatakan beberapa tahun terakhir ini menjadi pembicara tetap dalam setiap gelaran peringatan haul KH. Ali Maksum.
Dengan gayanya yang humoris, sering kali ungkapan-ungkapan yang beliau sampaikan menghibur para jamaah yang hadir, kendati demikian ilmu yang disampaikan selau fresh dan open minded bagi siapapun yang mendengarnya. Salah satu cirikhas beliau ketika mengisi ceramah agama dalam peringatan haul masyayikh adalah beliau selalu mengulas karya-karya monumental shohibul haul. Kitab Hujjah Ahlu Sunnah Wal Jamaah yang berisi terkait seluk beluk amaliyah amaliyah warga nahdhiyyin merupakan karya Kiai Ali dalam rangka merespon dan menjawab kritik kritik kelompok non aswaja terhadap amalan-amalah warga nahdhiyyin.
Kutipan redaksi yang dibacakan Gus Baha kali ini ialah terkait polemik ziaroh kubur Rosulillah shalla allahu alaihi wasallam dan khilafiyah hukum ziaroh bagi perempuan.
Terkait suara sumbang yang melabeli haramnya ziaroh qubur nabi, Kiai Ali dalam kitabnya mengatakan apakah saya sudah gila melarang umat untuk berziarah ke makam nabi. Ungkapan seperti ini sama seperti upaya menghalangi umat islam untuk bertemu Nabi.
Analogi serupa juga disampaikan Gus Baha. Beliau mengambil cuplikan redaksi Sayyid Muhammad dalam kitabnya “Haula Ihtifal bi Dzikri Maulidi Nabi As Syarif” yang berisi jawaban muallif kepada orang yang melarang peringatan maulid nabi. Bahwa ketika seseorang meragukan kebolehan melakukan maulid, maka sama saja dia mempertanyakan limadza tafrohu bi nabi “kenapa kamu gembira dengan wujudnya nabi?”.
Sambung Gus Baha dengan istilah cangkem elek nya. “Njenengan saja kalau punya anak, baru lahir itu gendut, kriting, gendut, ireng. itu lho seneng banget, padahal belum jelas prospeknya. Lha ini kelahiran seseorang yang jelas-jelas bi nashi llah akan menyelamatkan kita. Kok masih mempertanyakan dalil maulidan”
Lalu terkait polemik hukum ziaroh bagi perempuan. Gus Baha membacakan hadis dalam kitab Kiai Ali yang menyatakan bahwa Allah akan melaknat para zawwarotil qubur (perempuan yang sering ziaroh kubur). Hadis ini dipahami oleh Kiai Ali bahwa dalil larangan ziaroh kubur bagi perempuan berlaku ketika sebab ziaroh kubur akan menimbulkan fitnah dan perempuan tersebut melupakan kewajiban-kewajiban dirinya kepada suaminya. Namun ketika illah tersebut hilang, maka boleh-boleh saja bagi perempuan untuk berziaroh kubur. Bahkan sangat dianjurkan apabila dengan ziaroh akan mengingatkannya dengan kematian.
Dalam sebuah riwayat Siti Aisyah (istri Nabi) pernah bertanya kepada nabi “Wahai Rasulullah, apa yang harus aku ucapkan ketika berziaroh kubur?” Rasullullah menjawab “katakanlah as Asalamu alaikum ya ahla ad diyaaril mukminin…..”. dalam riwayat lain, nabi pernah berjalan-jalan melewati seseorang perempuan yang menangis dimakam anaknya. Lalu nabi berkata dan menyuruhnya untuk bertakwa kepada Allah dan bersabar atas cobaan yang ia terima.
Hanya dengan dua riwayat di atas runtuhlah logika yang mengharamkan ziaroh kubur bagi wanita. Jika memang benar nabi melarangnya maka nabi akan jelas melarang perbuatan Aisyah dan perempuan tersebut. Justru lewat riwayat ini, nabi malah memberikan tuntunan dan adab seseorang ketika akan berziaroh kubur.
Krapyak, 17 Desember 2021
Sumber : Ceramah Gus Baha
Kitab Hujjah Ahlu Sunnah Wal Jamaah karya KH. Ali Maksum
Penulis: Abdillah Amiril Adawy ( Santri Komplek Madrasah Huffadz 1)