Tiga Dasar Utama Agama Islam

Tiga Dasar Utama Agama Islam
Sumber Foto: www.understandingislam.org
Sumber Foto: www.understandingislam.org

Sudah tak terhitung berapa lama dan berapa banyak pelajaran agama Islam yang kita dapat sampai saat ini. Pada dasarnya semua pelajaran tersebut hanya membahas tiga hal pokok berupa Islam, iman, dan ihsan.

Jika diibaratkan analogi dalam bidang pendidikan (kurikulum) iman adalah standar isi, Islam adalah standar proses (kompetensi) dan ihsan adalah standar hasil. Di mana keislaman dan keimanan seseorang akan saling berpengaruh terhadap kualitas akan integritas seorang insan, sedangkan ihsan adalah hasil yang tampak ke permukaan sebagai sifat kita sehari-hari. Almarhum Gus Dur pernah berkata “semakin tinggi Ilmu seseorang, maka semakin besar rasa toleransinya”. Dan toleransi itu merupakan sifat ihsan seseorang.

Kunci Ajaran Islam

Ketiga pokok agama dalam kepentingannya dibagi dua yaitu (1) pokok agama antara Tuhan dan hambanya dalam sudut pandang Tuhan yang dilihat (dinilai) adalah hasil. Pokok agama antara hamba dan Tuhan menurut hamba adalah bagaimana proses untuk menuju kepadaNya. Pokok agama yang sampai kepada kita saat ini telah diturunkan oleh Tuhan kepada Rosulullah Muhammad saw. berupa Alquran dan Hadis. Sepeti yang terkandung dalam ayat berikut.

[su_heading size=”20″]… إنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَر … .[/su_heading]

“… sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji … (sesungguhnya keislaman seseorang mampu mencegahnya berbuat yang tidak baik/ihsan)…”

Dari penggalan ayat tersebut jika dijabarkan menjadi الصَّلاةَ, salat merupakan keterangan khusus untuk Islam, karena salat merupakan rukun Islam yang kedua. الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَر mencegah (manusia) berbuat yang tidak baik adalah maksud atas didirikannya salat.

baca juga : Ngaji Jalalain : Ketidakmampuan Suami Berlaku Adil dalam Poligami”

Jika ada seseorang yang sudah melakukan rukun Islam (salat) namun tetap berbuat yang tidak ihsan (baik) maka hal tersebut merupakan hal implisit dari pokok keimanan seseorang. Karena keimanan dan keislaman harus seimbang untuk memunculkan sifat baik ke kehidupan. Maka dari penggalan ayat tersebut kita dapat merenungkan kembali bagaimana perbuatan kita sehari – hari. Seberapa besar iman kita dapat dilihat dari bagaimana kita sholat.

[su_heading size=”20″]…إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ …[/su_heading]

“… sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama …”

Ayat ini menjelaskan bagaimana Tuhan mendefinisikan ulama yang merupakan pewaris para nabi. Penggalan pertama yang disebut adalah يخْشَى kata sifat yang berarti takut (segan). Sifat takut dari seorang hamba kepada penciptanya, dalam pendidikan pesantren yang menjunjung tinggi adab kepada guru seorang yang berilmu justru akan semakin merasa takut (segan) kepada gurunya yang memiliki ilmu lebih.

Begitupun para ulama yang akan merasa takut kepada Tuhan karena mengerti bahwa semua yang ada dalam dirinya adalah milik Tuhan dan Ia tidak memiliki hak untuk berlaku sombong karena ilmunya.

مِنْ عِبَادِه kata ulama berasal dari jamak kata عبد yang berarti hamba. Menghamba (menyembah) merupakan suatu proses (Islam) meng-iya-kan segala sesuatu yang dikatakan/diperintah oleh yang disembah (Tuhan). Dan kata الْعُلَمَاءُ yang merupakan jamak dari kata عالم berarti seorang yang berilmu (sangat) banyak terutama ilmu agama. Perkembangan zaman mampu menghasilkan banyak orang yang berilmu namun tidak semua bisa disebut ulama.

Sehingga bisa disimpulkan ulama adalah seseorang yang memiliki (sangat) berilmu juga selalu menyembah tuhan dengan memiliki rasa takut terhadapNya. (intan masruroh/nspi)

-dikutip dari mau’idhoh hasanah oleh Gus Zaki-
07 Ramadan 1439H

Redaksi

Redaksi

admin

522

Artikel