“Karena itu, sebelum tampil di atas podium di Arab Saudi kemarin, saya berulang kali mencoba meluruskan niat dan berdo’a; Ya Allah bersihkan dan bukakan hatiku dalam membaca firmanMu. Soalnya tidak jarang, terpikirkan sesuatu yang kurang baik tatkala sudah berada di posisi tersebut.” Terang anak ketiga dari enam bersaudara keluarga KH. Rifa’i.
baca juga : KH. R. Abdul Hafidh AQ Sebut Muhammad Abdullah Faqih “Santri Khos”
Almunawwir.com. [Krapyak] Lantunan salawat menyertai suara serak sandal yang dihunus aspal, tatkala bumi tempat berpijak masih terasa segar sehabis dihujam butiran hujan. Di langit sana, bintang gemerlapan, mendampingi sang juwita malam yang sendirian. Dan pendar cahayanya, sanggup melelapkan burung emprit yang hinggap di batang sawo depan ndalem KH. Najib Abdul Qodir.
Sementara Al-Wathony (Grup Hadrah Ribath & MH1) masih berusaha mengobati rindu akan junjunganNya. Aula G perlahan mulai nampak penuh. Dipenuhi santri-santri yang ingin melihat dan memendam rindu kepada Sang Juara MHQ Internasional, dia yang bernama lengkap Muhammad Abdullah Faqih.
Dalam kesempatan yang indah tersebut, di usianya yang masih 21 tahun itu, Abdullah Faqih sanggup mendapatkan anugerah Juara 3 MHQ Internasional di Arab Saudi pada bulan Oktober kemarin, mendapatkan sambutan yang meriah. Kemeriahan itu nampak ketika giliran dia maju untuk berbagi pengalaman, santri-santri serentak mengiringinya dengan lantunan shalawat “thala’al badru ‘alaina//min tsaniyatil wada’//wajaba syukru ‘alaina//maa da’a lillahi daa’//”.
Tentu, sesi berbagi pengalaman itu ia awali dengan salam, berlanjut menyebut sembari memuliakan para masyayikh yang hadir. Seperti KH.R.M. Najib AQ, KH.R. Abdul Hafidh AQ, KH. Fairuzi Afiq Dalhar, KH. Muhtarom Busyro, Dr. KH. Muhtarom Ahmad, KH. Ahmad Zaini dan KH. Faid Asnawi. Kemudian memberi salam kepada teman-teman santri yang hadir dalam acara tersebut.
Santri alumni pesantren Betengan, Demak dan Al Falah Ploso Kediri itu berbagi pengalaman sekaligus juga berbagi tips dalam menghafalkan Al-Qur’an.
Pertama, Benahi niat. Tentu pembenahan niat ini dilakukan di awal perbuatan. Sebelum kita benar-benar melangkah kepada tindakan. Niat bukan tidak bisa diperbarui, niat bisa kita perbarui dengan syarat dalam pembaruan yang lebih baik. “Karena itu, sebelum tampil di atas podium di Arab Saudi kemarin, saya berulang kali mencoba meluruskan niat dan berdo’a; Ya Allah bersihkan dan bukakan hatiku dalam membaca firmanMu. Soalnya tidak jarang, terpikirkan sesuatu yang kurang baik tatkala sudah berada di posisi tersebut.” Terang anak ketiga dari enam bersaudara keluarga KH. Rifa’i.
Kedua, Usaha, Do’a dan Yakin. Ini merupakan motto yang selalu dipegang oleh Abdullah Faqih. Dalam kondisi apapun, hasil tidak akan menghianati proses perjuangan. Seperti yang beliau ceritakan bahwa “Setiap kali usaha yang saya lakukan terasa tak ada hasilnya alias sia-sia. Saya selalu berdo’a setelah sholat. Pada waktu itu saya berdo’a masih berbahasa Jawa, maklum masih kecil. Do’a yang saya panjatkan demikian; Ya Allah berikan hambamu ini kemudahan dalam menghafal Al-Qur’an.”
Ketiga, dalam kondisi apapun, ketika dalam proses menghafal kalau bisa milikilah tiga macam waktu. 1) Waktu untuk menambah hafalan, 2) Waktu untuk muroja’ah hafalan yang sudah lancar, 3) Waktu untuk muroja’ah hafalan yang belum lancar
Keempat, Patuh kepada Kiai dan Ustadz. Artinya menaati segala yang diucapkan dan bersikap sopan, hati-hati kepada perkataan dan perbuatan beliau para Kiai dan Ustadz kita. Pengalaman menarik yang dialami Faqih seperti ketika di atas podium MHQ Internasional, tangannya gerak-gerak sendiri. Dalam hati, dia membayangkan berada di atas podium itu berasa setoran di samping Mbah Kiai Najib Abdul Qodir, yang setiap waktu setor para santri memijiti tangan dan kaki beliau. “Jadi, di atas podium saya nggak konsen apapun. Kecuali pada tangan yang gerak-gerak sendiri. Untung pada waktu itu tidak dikamera. Hehe.” Kelakar Mbah Faqih.
Kelima, Berdo’a meminta pertolongan dan petunjuk kepada Allah Swt dan mendo’akan para masyayikh dan leluhur kita. Sebab mereka adalah wasilah/penghubung kita kepada Allah Swt. Dengan begitu, para masyayikh kita tenang berada di sana dan berimbas baik kepada kita. (Redaksi)