Pelajaran di Balik Kisah Wafatnya Nabi Adam ‘Alaihi aS-Salam

Pelajaran di Balik Kisah Wafatnya Nabi Adam ‘Alaihi aS-Salam
Gus Yunan. ilustrasi by Najilul Barokah/Q
Gus Yunan. ilustrasi by Najilul Barokah/Q

Almunawwir.com – Cerita ini mendeskripsikan saat-saat terakhir kehidupan ayah seluruh umat manusia, Nabiyullah Adam ‘alaihi as salam dan peristiwa yang terjadi setelah beliau wafat.

Setelah Nabiyullah Adam ‘alaihi as salam meninggal, para malaikat memandikannya, memberinya wewangian, mengkafaninya, menggali kuburannya, mensholatinya, menguburnya dan menimbunnya dengan tanah. Para Malaikat melakukan hal itu semua untuk mengajari umat manusia tentang cara merawat janazah (tajhizul mayyit)

Cerita ini berawal dari hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Imam Ahmad:

حدثنا عبد الله حدثنا هدبة بن خالد حدثنا حماد بن سلمة عن حميد عن الحسن عن عتي قال : رأيت شيخا بالمدينة يتكلم فسألت عنه فقالوا هذا أبي بن كعب فقال إن آدم عليه السلام لما حضره الموت قال لبنيه أي بني إني أشتهي من ثمار الجنة فذهبوا يطلبون له فاستقبلتهم الملائكة ومعهم أكفانه وحنوطه ومعهم الفؤوس والمساحي والمكاتل

فقالوا لهم يا بني آدم ما تريدون وما تطلبون أو ما تريدون وأين تذهبون قالوا أبونا مريض فاشتهى من ثمار الجنة قالوا لهم ارجعوا فقد قضي قضاء أبيكم فجاءوا فلما رأتهم حواء عرفتهم فلاذت بآدم فقال إليك إليك عني فإني إنما أوتيت من قبلك خلي بيني وبين ملائكة ربي تبارك وتعالى فقبضوه وغسلوه وكفنوه وحنطوه وحفروا له وألحدوا له وصلوا عليه ثم دخلوا قبره فوضعوه في قبره ووضعوا عليه اللبن ثم خرجوا من القبر ثم حثوا عليه التراب ثم قالوا يا بني آدم هذه سنتكم

Dari Uttiy bin Dhamurah As-Sa’di berkata, “Aku melihat seorang Syaikh di Madinah sedang berbicara. Lalu aku bertanya tentangnya.” Mereka menjawab, “Itu adalah Ubay bin Ka’ab.” Ubay berkata, “Ketika maut datang menjemput Adam, dia berkata kepada anak-anaknya, ‘Wahai anak-anakku, aku ingin makan buah Surga.” Lalu anak-anaknya pergi mencari untuknya. Mereka disambut oleh para Malaikat yang telah membawa kafan Adam dan wewangiannya. Mereka juga membawa kapak, sekop, dan cangkul.

Baca Juga: Mampukah Kita Membaca Ayat ini dengan Sepenuh Hati?

Para Malaikat bertanya, “Wahai anak-anak Adam, apa yang kalian cari? Atau apa yang kalian mau? Dan ke mana kalian pergi?” Mereka menjawab, “Bapak kami sakit, dia ingin makan buah dari Surga.” Para Malaikat menjawab, “Pulanglah, karena ketetapan untuk bapak kalian telah tiba.” Lalu para Malaikat datang. Hawa melihat dan mengenali mereka, maka dia berlindung kepada Adam. Adam berkata kepada Hawa, “Menjauhlah dariku. Aku pernah melakukan kesalahan karenamu. Biarkan aku dengan Malaikat Tuhanku Tabaraka wa Ta’ala.”

Lalu para Malaikat mencabut nyawanya, memandikannya, mengkafaninya, memberinya wewangian, menyiapkan kuburnya dengan membuat liang lahat di kuburnya, menshalatinya.

Mereka masuk ke kuburnya dan meletakkan Adam di dalamnya, lalu mereka meletakkan bata di atasnya. Kemudian mereka keluar dari kubur, mereka menimbunnya dengan batu. Lalu mereka berkata, “Wahai Bani Adam, ini adalah sunah kalian.”

Beberapa pelajaran yang bisa diambil dari hadis tersebut di atas:

  1. Hadis ini berkategori hadis mauquf (sahabat Ubay bin Ka’ab), dan dapat masuk pula dalam kategori hadis marfu’ (marfu’ hukmiy)
  2. Nabiyullah Adam ‘alaihi as salam selalu rindu kepada surga yang pernah ditinggalinya dan selalu ingin kembali kepadanya. Bagaimana dengan kita?
  3. Kerinduan Nabiyullah Adam ‘alaihi as salam pada buah surga dan ingin segera memakannya merupakan tanda dekatnya ajal. Bagaimana dengan tanda kematian orang-orang di sekitar kita?
  4. Diperbolehkannya para Malaikat untuk menjelma menjadi manusia dan melakukan sesuatu yang bisa dilakukan oleh manusia (memandikan, memberi wewangian, mengkafani, menggali kuburan, mensholati, mengubur dan menimbun tanah). FYI: Malaikat hanya tidak bisa bermaksiat kepada sang Rabbul ‘Izzah.
  5. Manusia sudah mengenal beberapa material dan peralatan sejak zaman Nabiyullah Adam ‘alaihi as salam, seperti kain kafan, wewangian, kapak, cangkul dan sekop. Berarti sudah ada peradaban manusia sejak dahulu kala.
  6. Kewajiban seorang anak untuk berbakti dan menyenangkan hati orang tuanya, seperti ditunjukkan oleh anak Nabiyullah Adam ‘alaihi as salam yang mencarikan buah surga untuk ayahandanya. Bagaimana dengan kita?
  7. Ibunda umat manusia Sayyidatuna Hawwa bisa mengenal para Malaikat yang menjelma sebagai manusia. Hal itu juga bisa terjadi pada manusia lainnya.
  8. Sayyidatuna Hawwa membujuk Adam agar memilih hidup di dunia, karena para Rasul tidak diambil nyawanya sebelum mereka diberi pilihan (antara kehidupan dunia dan Akhirat). Bagaimana kalau kita diberi hak untuk memilih? Alhamdulillah, untungnya kita tidak diberi hak untuk memilih.
  9. Nabiyullah Adam ‘alaihi as salam merasa sangat berdosa karena mengabulkan permintaan Sayyidatuna Hawwa untuk memakan buah K Diperlukan sikap waspada terhadap segala godaan (fitnah) yang muncul dari kaum hawa, anak, dan pihak eksternal. Bagaiamana dengan kita?
  10. Salah satu keutamaan Nabiyullah Adam ‘alaihi as salam adalah Malaikat sendiri yang memandikannya, mengkafaninya, memberinya wangi-wangian, menggali kuburnya, membuat liang lahat, menshalatinya, masuk ke kuburnya, meletakkannya di dalamnya, lalu mereka menutupnya dengan batu bata. Masih banyak keutamaan lain yang dimiliki oleh Nabiyullah Adam ‘alaihi as salam.
  11. Metode pengajaran kepada manusia dapat berupa ucapan (qouliy) dan perbuatan (fi’liy), sebagaimana ditunjukkan oleh para Malaikat. Metode tersebut sudah dikembangkan sejak dahulu dan tentunya diperlukan inovasi kedepan.
  12. Perawatan janazah merupakan syariat (ajaran) sejak zaman Nabiyullah Adam ‘alaihi as salam, berlangsung terus di era nabi-nabi setelahnya hingga hari akhir nanti. Bagaimana dengan perawatan janazah selain hal tersebut diatas, seperti dibakar, didandani, diletakkan dalam peti, mengubur janazah dengan meletakkan makanan, minuman, mutiara dan perhiasan bersamanya?

 

Ust. Muhammad Yunan Roniardian, M.Sc

Ust. Muhammad Yunan Roniardian, M.Sc

Ust.M.Sc

23

Artikel