Seringkali kita mendengar ceramah maupun tulisan yang menyatakan bahwa iblis dahulunya adalah malaikat. Biasanya pendapat ini diambil dengan merujuk kutipan ayat 34 surat Al-Baqarah. “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, ‘Sujudlah kamu kepada Adam!’ Maka mereka pun sujud kecuali Iblis. Ia menolak dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan yang kafir.”
Jika dilihat secara literal, ayat tersebut menceritakan kisah malaikat yang diperintah untuk sujud (bukan untuk disembah) kepada Nabi Adam yang baru saja selesai diciptakan oleh Allah. Adapun redaksi “Mereka (malaikat) pun sujud kecuali iblis” adalah kata yang perlu digarisbawahi, sebab ia menolak untuk sujud kepada Adam-lah yang menyebabkan ia disebut sebagai iblis. Demikian adalah penjelasan dari yang berpendapat bahwa iblis dahulunya merupakan malaikat.
Lantas bagaimana penjelasan mengenai iblis oleh Fakhruddin Al-Razi?
Dalam kitab tafsirnya Mafatihul Ghaib, ia menyebutkan bahwa dari kalangan ulama sendiri berbeda pendapat mengenai hal ini. Sebagian ulama mutakallimin, dan juga kaum Mu’tazilah berpendapat bahwa iblis bukan salah satu dari mereka (malaikat). Di sisi yang lain, sebagian ulama’ fuqoha’ berpendapat bahwa iblis adalah salah satu dari mereka (malaikat).
Setidaknya ada lima argumen yang dikemukakan oleh Imam Al-Razi yang menunjukkan bahwa sebenarnya iblis bukanlah bagian dari malaikat. Pertama, iblis berasal dari jin, bukan malaikat. Alasan ini diungkapkan sebagaimana yang disebutkan dalam penggalan QS. Al-Kahfi: 50:
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ….
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya….”
Kedua, iblis memiliki keturunan, sedangkan malaikat tidak. Di penggalan ayat yang sama (QS. Al-Kahfi: 50) menyebutkan:
….أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ ۚ بِئْسَ لِلظَّالِمِينَ بَدَلًا
Artinya “….Patutkah kamu mengambil dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim.”
Penggalan ayat ini menunjukkan secara jelas bahwa iblis memiliki keturunan.
Ketiga, bahwa para malaikat itu ma’shum, yakni bersih atau terbebas dari dosa karena ia diciptakan untuk selalu taat kepada Allah. Sedangkan iblis tidak diciptakan demikian.
Keempat, iblis diciptakan dari api, dan malaikat tidak demikian. Dalil yang menyatakan bahwa iblis diciptakan dari api dapat ditemukan pada penggalan QS. Al-A’raf: 12 “Engkau menciptakan aku dari api.” Sementara di ayat yang lain QS. Al-Hijr: 27 menyebutkan bahwa asal-muasal jin sama dengan iblis, yakni dari api. Adapun malaikat bukanlah makhluk yang dicptakan dari api, melainkan dari cahaya.
Kelima, malaikat adalah utusan Allah, sebagaimana yang disebutkan dalam penggalan QS. Fathir: 1 “Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan).” Sementara itu utusan Allah harus bersifat ma’sum, hal ini yang tidak dimiliki oleh iblis atau jin.
Kesimpulan dari kelima argumen yang telah disebutkan di atas menunjukkan bahwa iblis dahulunya bukanlah bagian dari malaikat. Al-Razi pun menegaskan kembali penjelasannya pada QS. Al-A’raf: 12, bahwa secara lahir, memang ayat ini sekilas menunjukkan bahwa iblis dahulunya adalah malaikat, namun bukti-bukti yang sudah disampaikan sebelumnya menegaskan jika keadaannya bukanlah seperti itu.
Penulis: M. Zia Al-Ayyubi
Editor: Abdillah Amiril Adawy