Asal Usul Jl. KH. Ali Maksum: Kilas Balik Peran KH. Muhammad Munawwir dalam Sejarah Pesantren Krapyak
Permulaan Dakwah KH. Muhammad Munawwir
KH. Muhammad Munawwir merupakan sosok tokoh yang berperan penting dalam penyebaran ilmu Al Qur’an di Indonesia. Salah satu bukti perjuangan beliau adalah dengan berdirinya pesantren di Krapyak, Yogyakarta yaitu pondok Pesantren Al Munawwir Krapyak dan Pondok Pesantren Ali Maksum yang didirikan oleh menantu beliau, KH. Ali Maksum. Krapyak hari ini seakan menjadi sebuah magnet pengajaran Al Quran di Indonesia, magnet untuk siapapun ingin menjadi seorang hamilul quran seperti jejak para Ulama’ Al-Qur’an nusantara.
Pondok Pesantren Al-Munawwir telah melahirkan banyak ulama’ Al-Qur’an di nusantara yang menjadi bukti kesungguhan beliau dalam mengajarkan ilmu kepada murid-muridnya. Sejak dulu KH. Munawwir dikenal sebagai seorang yang kuat dalam riyadhohnya, kegigihan dan perjuangannya dalam mempelajari ilmu Al-Qur’an dan mengajarkan ilmu Al-Qur’an ke nusantara.
Setelah kurang lebih 21 tahun menimba ilmu di Mekah beliau kembali ke tanah air dan bermukim di Kauman, Yogyakarta. Singkat cerita beliau pindah ke Krapyak dengan beberapa sebab, salah satunya adalah saran dari KH. Sa’id (Pengasuh Pondok Pesantren Gedongan, Cirebon) agar mengembangkan Ilmu Al-Qur’an lebih lanjut di tempat yang luas dan memungkinkan. Juga berusaha menghindarkan diri dari kewajiban ‘sebo’ (sowan dengan jalan merangkak/ngesot) di hadapan raja.
KH. Muhammad Munawwir dan Keraton Yogyakarta
Diceritakan juga dari Ny. Hj. Salamah cucu dari jalur KH. Muhsin, santri KH. Munawwir angkatan pertama. Diceritakan bahwa dulu pernah ada salah satu pangeran keraton jatuh sakit dan telah banyak usaha untuk menyembuhkannya, bahkan sampai ke luar negeri tetapi hasilnya tetap nihil. Kemudian oleh keluarga keraton dibawa ke KH.Munawwir bermaksud untuk dido’akan oleh beliau. Beliau mengutus para santri untuk membacakan sholawat nariyah kemudian dengan kehendak Allah SWT pangeran tersebut diberi kesembuhan.
Tidak lama setelah kejadian tersebut, KH. Munawwir dipanggil untuk sowan ke Keraton dan sultan menawarkan apa saja sebagai imbalan. KH. Munawwir meminta agar wilayah Gading ke selatan yang saat itu masih berupa rawa-rawa untuk diubah dijadikan jalan yang sekarang diberi nama JL. KH Ali Maksum. Cerita tersebut tentu membuktikan peran besar KH. Muhammad Munawwir dalam ‘melahirkan’ sebuah pusat pendidikan Al Quran yang masyhur hingga saat ini.
Sangkan Paraning Dumadi
Selain menjadi pusat pendidikan Al Quran, Krapyak sendiri ternyata memiliki keistimewaan yang terletak pada sebuah bangunan yang dahulunya sebagai kandang menjangan (tempat dipeliharanya rusa). Dikatakan oleh Ajar Permono dalam jurnalnya yang membahas mengenai Sangkan Paraning Dumadi atau jika dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai ‘awal lahirnya kehidupan’, bahwa Panggung Krapyak merupakan bagian dari sumbu filosofis Yogyakarta selain Keraton Yogyakarta dan Tugu Golong Gilig (sekarang Tugu Yogyakarta/Tugu Pal Putih).
Baca Juga: SANGKAN PARANING DUMADI SUMBU FILOSOFI YOGYAKARTA: DALAM LENSA FENOMENOLOGI-HERMENEUTIKA
The Magic of Qur’an
Sumbu filosofis Yogyakarta merupakan warisan budaya yang pada September 2023 telah resmi menjadi Warisan Dunia oleh Unesco di Riyadh, Arab Saudi. Sumbu filosofis merupakan bangunan dan vegetasi sebagai warisan Pangeran Mangkubumi yang mengandung nilai spiritual dan budaya dengan akulturasi budaya jawa dan islam. Menurut Ajar, konsep Sangkan Paraning Dumadi merupakan manifestasi dari QS. Al Baqarah Ayat 156 yang mengandung kalimat Innalillahi Wa Inna Ilaihi Raji’un, yaitu segala sesuatu yang berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan.
Sumbu Filosofi terdiri atas dua penggal, pertama berupa sumbu Sangkaning Dumadi atau innalillahi yang melambangkan perjalanan manusia dari kelahiran hingga berumah tangga, membentang dari Panggung Krapyak menuju Kraton. Penggal kedua adalah sumbu Paraning Dumadi yang membentang dari Tugu Pal Putih menuju Kraton yang melambangkan perjalanan kembalinya manusia kepada Sang Khaliq atau inna ilaihi rojo’un. (Permono, Ajar: 2021).
Selain manifestasi dari QS. Al Baqarah Ayat, Sumbu Filosofis Yogyakarta yang juga mencakup Panggung Krapyak ini, juga merupakan manisfestasi Surah Al Ikhlas yaitu pada kalimat “Qul Huwallahu Ahad”.
Mungkin selama ini masyarakat awam mengira bangunan Sumbu Filosofis di Yogyakarta kaya akan makna budaya saja, namun ternyata bangunan-bangunan tersebut juga kaya akan makna spiritual (hubungan manusia dengan Tuhannya).
Di ngendikaaken oleh K. Henry Sutopo, salah satu tokoh agama di Krapyak, bahwa KH. Muhammad Munawwir mantap untuk ndherek perintah KH. Said Gedongan untuk membangun pondok pesantren di Krapyak, salah satunya adalah karena melihat Panggung Krapyak sebagai miniatur ka’bah. Bahkan, K. Henry Sutopo jugaa mengatakan bahwa senjata paling ampuh milik Keraton Yogyakarta-salah satu bangunan sumbu filosofis Yogyakarta- ternyata bukanlah Kiai Pleret tetapi adalah Kiai Tunggal Wulung yang wujudnya adalah bendera yang kainnya adalah berupa bekas kiswah (kain bekas penutup ka’bah). Mungkin atas hal itu KH. Muhammad Munawwir yakin atas berkembangnya pesantren yang beliau bangun.
Baca Juga: Transformasi Pendidikan Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak
Selain itu, beliau, K.Henry juga mengatakan bahwa manifestasi sumbu filosofis di Yogyakarta juga merupakan gambaran beberapa ayat al Quran lainnya. Dengan berjalan dari utara ke selatan, Tugu Yogyakarta sebagai gambaran dari Surah Al Ikhlas ayat 1 yang memiliki makna bertauhid dan Panggung Krapyak sebagai gambaran Surah Adz Dzariyat ayat 56 yang memiliki makna bahwa titah manusia diciptakan adalah untuk beribadah.
Krapyak dan Ribuan Keindahannya
Ternyata Krapyak tidak hanya menyuguhkan keindahan akan ayat Al-Quran, namun juga melekatkan keunikan akulturasi budaya di dalamnya. Yang kita hanya tahu hanyalah seonggok bangunan sisa sejarah, namun ternyata di dalamnya terdapat cerita yang bahkan langsung berhubungan dengan sosial antara manusia dan Allah SWT. Sebagai seorang santri krapyak yang diberi fadhol untuk bisa mengejar pendidikan pula, tentunya harus terus menjadi punggawa penerus perjuangan KH. Muhammad Munawwir, baik dalam dakwah keagamaan maupun berkontribusi dalam pelestarian budaya lokal.
Semoga kita semua diakui kelak sebagai santri dan murid KH. Muhammad Munawwir dan mendapatkan hujan dan limpahan barokah dari beliau. Aamiin.
Sumber : Buku biografi KH. Muhammad Munawwir, Cerita dari Ibu Nyai Salamah (ahlain Pondok Pesantren Al Muhsin Yogyakarta) kepada panitia humas haul KH. M. Munawwir ke-81 tahun 2020 (disamarkan sebagai Daastan Kao Mien), jurnal dan artikel terkait.
Penulis : Manazila Ruhma & Nafisa Putri Aulia