
Almunawwir.com – “Saya berkali-kali bilang di mana-mana status orang tua dan mbah itu tergantung anak-cucunya, bukan terserah mbahnya,” terangnya. Pesan kiai yang juga merupakan santri kinasih KH Maimoen Zubair.
Dalam penyampainannya di Haul KH Ali Maksum, Gu Baha sangat menekankan pentingnya menjaga tradisi sanad keilmuan. Beliau menceritakan dan mengingatkan kepada hadirin betapa pentingnya sanad keilmuan gurunya, KH Maimoen Zubair ketika nyantri kepada sejumlah ulama semasanya.
Beliau juga mendasarkan argumen terkait pentingnya menjaga sanad pada pengalamannya ketika ziarah Nabi Ya’qub dan Nabi Dawud, dimana makam keduanya diselimuti bendera Bani Israel. Demikian pula makam Nabi Ibrahim yang diklaim oleh Israel sebagai Yahudi. Oleh karena itu, menurutnya sanad keilmuan itu harus diulang-ulang, sehingga tidak akan muncul penafsiran yang salah terhadap kedudukan sanad mulia ulama-ulama terdahulu baik secara genetik maupun asbab. “makanya sanad keilmuan yang diceritakan Gus Ghafur itu harus diulang-ulang, kalau nggak diulang-ulang maka kita akan berpikir sendiri untuk menafsirkan masyaikhanal kiram,” imbuhnya.
Baca Juga: Gus Baha: Tradisi Keilmuan itu Harus Dijaga dengan Hujjah dan Pembukuan
Selain menukil cerita yang disampaikan oleh KH Maimoen Zubair, beliau menceritakan perihal kecintaan KH Munawwir terhadap ilmu-ilmu yang berhubungan denga kitab kuning (kitab ulama’ salaf). Dimana KH Munawwir mendatangakan alumni Pesantren Lirboyo untuk mengaji Kitab Fathul Mu’in di Krapyak. Hal itu dimaksudkan untuk mengajari santri bahwa, ketika menghafal al-Qur’an tidak hanya menghafal saja, namun juga paham.
“Kalau ada alumni Lirboyo, alim, disuruh baca Mu’in di sini (Krapyak) itu Mbah Munawwir ikut, saking ingin tasyji’nya ingin ngajari santri bahwa mengahfal al-Qur’an itu jangan menghafal saja tapi juga paham,” ceritanya.
Puncak kecintaan KH Munawwir terhadap ilmu adalah ketika mempunyai menantu yang ‘alim dan ‘alamah, KH Ali Maksum Lasem. Sehingga Krapyak ma’ruf bil ilmi, terutama ilmu Sharaf. “Ketika Mbah Munawwir mempunyai menantu alim, allamah, namanya Mbah Ali Maksum, menikah dengan Nyai Hasyimah. Sehingga Pondok Krapyak ma’ruf bil ilmi, terutama ilmu Sharaf,” terangnya.
Atas dasar pentingya menjaga sanad, Kiai yang juga merupakan ketua Tim Lajnah Mushaf UII Yogyakarta ini mengutip penggalan ayat dalam surat Zukhruf ayat 28 tentang pentingnya menjaga sanad atau dzuriyyah. Menurutnya dzuriyyah nantinya yang akan menstatuskan leluhurnya.
“Dzuriyyah ini penting, sehingga para nabi selau berdoa dzuriyyatan thayyibah, wajalaha kalimatan baqiyatan fi ‘aqibih,” pungkasnya.