Napak Tilas Peringatan Haul Ke-4 KH. R. Muhammad Najib AQM: Mengenang Keteladanan, Keikhlasan, dan Warisan Ilmu Sang Guru

Napak Tilas Peringatan Haul Ke-4 KH. R. Muhammad Najib AQM: Mengenang Keteladanan, Keikhlasan, dan Warisan Ilmu Sang Guru

Pada Jum’at pagi, 22 November 2024, dalam rangka memperingati acara Peringatan Haul Ke-4 KH. R. Muhammad Najib AQM diadakan Sarasehan Alumni di Aula G Pondok Pesantren Al Munawir Krapyak Yogyakarta, yang bertajuk Meneladani Kisah KH. R. Muhammad Najib AQM. Acara dimulai dengan sambutan hangat dari Ust. H. Abdul Jalil Muhammad, M.A yang menjelaskan bahwa tujuan utama dari acara ini adalah untuk mengenang jasa, perjuangan, dan dedikasi Romo Yai dalam membimbing para santri.

Haul Ke-4 ini tidak hanya sebagai momen untuk mengenang, tetapi juga sebagai kesempatan untuk menggali lebih dalam ajaran-ajaran yang telah beliau wariskan, baik dalam hal ilmu agama, akhlak, maupun hubungan antara guru dan murid.

Romo Kyai adalah contoh ulama yang tidak hanya menghafal Al-Qur’an, tetapi juga mengamalkannya dalam setiap aspek kehidupan,” kenang Ust. Jalil, mengajak para santri untuk merenungkan teladan yang telah diberikan oleh sang guru, terutama dalam menghidupkan ajaran Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.

Gambar 1 Sarasehan Alumni dalam rangka memperingati Haul Ke-4 KH. R. Muhammad Najib AQM

Acara dibuka dengan sambutan hangat dari Ust. H. Abdul Jalil Muhammad, M.A, yang mengingatkan bahwa banyak santri yang belum sempat mengenal secara mendalam sosok Romo Yai, baik sebagai pengasuh pondok maupun sebagai pribadi yang sangat mendalami Al-Qur’an dan ilmu agama.

Ust. H. Abdul Jalil Muhammad, M.A menyampaikan bahwa peringatan ini adalah kesempatan emas bagi para santri untuk lebih mengenal dan meneladani nilai-nilai yang diajarkan oleh Romo Yai. Selain itu, beliau menekankan bahwa meskipun acara haul resmi baru akan dilaksanakan pada malam harinya, acara napak tilas ini memiliki makna yang sangat penting dalam menguatkan kembali semangat menuntut ilmu di tengah para santri.

Cerita-cerita para alumni pun mulai mengalir, dan salah satunya datang dari Ustadz Mahsun Ahmad, seorang alumni yang pertama kali bergabung dengan Pondok Pesantren Al Munawir pada tahun 1997. Ustadz Mahsun Ahmad, yang telah lebih dari dua dekade mengaji di bawah bimbingan Romo Kyai, mengenang tiga nilai penting yang ia pelajari dari gurunya. Salah satunya adalah tentang “hormat kepada tamu,” yang menjadi pelajaran berharga baginya.

Ustadz Mahsun menceritakan bagaimana Romo Kyai selalu menyambut tamu dengan penuh kehangatan, meskipun hanya dengan hidangan sederhana. “Romo Kyai tidak pernah membedakan tamu, dan selalu memastikan mereka makan bersama dengan penuh kasih,” ungkapnya, mengingat pelajaran berharga tentang memuliakan para tamu (ikramud dhuyuf).

Ustadz Mahsun juga mengungkapkan bahwa Romo Yai selalu menunjukkan perhatian yang sangat besar terhadap para santri. Beliau mengenal dengan baik setiap santri, dari asal daerah, nama orang tua, hingga kondisi kesehatan mereka. Salah satu kenangan yang tak terlupakan adalah saat Ustadz Mahsun mengalami sakit kesleo, Romo Yai langsung mengantar beliau ke tukang pijet, bahkan biaya pengobatannya pun ditanggung sendiri oleh Romo Yai. “Hal itu menunjukkan betapa besar perhatian beliau terhadap kami,” kenang Ustadz Mahsun dengan penuh haru.

Tak hanya itu, beliau juga mengingatkan tentang pentingnya ridho guru dalam kehidupan seorang santri. Ustadz Mahsun menceritakan tiga kali ia berniat untuk pindah pondok, namun tidak diperbolehkan oleh Romo Yai karena belum mendapat ridho beliau. “Itulah pelajaran berharga bagi saya, bahwa ridho guru sangat penting dalam perjalanan hidup,” tambah Ustadz Mahsun.

Ustadz Mahsun kemudian menceritakan pengalamannya ketika mendengar kabar wafatnya Romo Yai. Saat itu ia sedang berada di Tegal, dan begitu mendengar berita tersebut, ia segera bergegas naik motor menuju Jogja untuk memberikan penghormatan terakhir. Pengalaman ini menjadi momen yang sangat mengesankan, yang semakin menguatkan ikatan spiritual beliau dengan Romo Yai.

Di tengah kesedihannya, Ustadz Mahsun mengenang mimpi yang dialaminya, di mana Romo Yai menyarankan untuk menyelesaikan 3 juz setoran binnadhri sebagai kewajiban ngaji yang dahulu ditanggungnya. “Mimpi itu memberi saya pengajaran yang sangat mendalam tentang kesungguhan dalam menunaikan kewajiban ngaji, terlebih kepada seorang guru,” kata Ustadz Mahsun.

Penyampaian selanjutnya datang dari Ustadz Rahmatullah, yang juga mengenang pengalamannya sejak pertama kali bergabung dengan Pondok Pesantren Al Munawir pada tahun 1997. Ustadz Rahmatullah menceritakan bagaimana ketekunan dan istiqomah Romo Yai dalam mendidik santri menjadi inspirasi utama baginya.

Salah satu cerita yang sangat berkesan adalah ketika Romo Yai kembali dari umrah dan langsung melanjutkan ngaji pada keesokan harinya, meskipun dalam keadaan sangat lelah. “Ini menunjukkan bagaimana Romo Yai sangat serius dalam menuntut ilmu dan mengajarkan kami untuk selalu istiqomah dalam beribadah,” jelas Ustadz Rahmatullah.

Gambar 2 Penyampaian Ustadz Rahmatullah membuktikan kenangan bersama Romo Kyai begitu hidup dalam hati para alumni Pondok Pesantren Al Munawir

Selain itu, Ustadz Rahmatullah juga menceritakan betapa Romo Yai sangat memperhatikan kesejahteraan santri, baik fisik maupun emosional. Bahkan dalam hal yang sederhana seperti makan, Romo Yai selalu menunjukkan kebijaksanaan dan ketulusan hati. Ustadz Rahmatullah mengisahkan sebuah kejadian ketika ia memasak makanan yang gosong, namun Romo Yai dengan rendah hati tetap memakan masakan tersebut untuk menyenangkan hati santri. “Ini adalah contoh sikap rendah hati dan perhatian yang sangat mendalam,” ujarnya.

Pengalaman spiritual juga menjadi bagian yang tidak kalah penting dalam cerita Ustadz Rahmatullah. Ia mengenang sebuah mimpi di mana Romo Yai membimbingnya untuk lebih banyak berpuasa sebagai bagian dari latihan spiritual atau riyadhoh. Dalam mimpi tersebut, Romo Yai mengajarkan bahwa puasa merupakan salah satu cara untuk menguatkan hati dan jiwa. “Romo Yai tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga membimbing kami dalam hal spiritualitas yang mendalam,” jelas Ustadz Rahmatullah.

Seiring dengan berjalannya waktu, banyak alumni yang berbagi cerita tentang betapa besar perhatian Romo Yai terhadap mereka. Mereka mengenang bahwa hubungan antara guru dan murid bukan hanya terbatas pada transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga pada pembinaan akhlak dan keimanan. Seperti yang disampaikan oleh moderator, Ust. H. Abdul Jalil Muhammad, M.A, dalam kesimpulan acara, bahwa ridho guru adalah kunci utama dalam keberhasilan seorang santri.

Tanpa ridho dan doa dari guru, perjalanan seorang santri tidak akan mencapai keberkahan yang diinginkan. Selain itu, perhatian dan hubungan spiritual yang dijalin oleh Romo Yai dengan para santri sangatlah kuat, yang menjadikan mereka tidak hanya belajar ilmu agama, tetapi juga diajarkan cara hidup yang lebih baik.

Acara ditutup dengan doa bersama, memohon agar amal ibadah Romo Yai diterima di sisi Allah SWT. Doa juga dipanjatkan untuk para santri dan alumni agar senantiasa diberi kekuatan untuk menuntut ilmu dan mengamalkan ajaran-ajaran yang telah diwariskan oleh Romo Yai. Setelah doa, acara dilanjutkan dengan ramah tamah antar alumni dan santri untuk mempererat silaturahmi dan berbagi kenangan serta pengalaman yang berharga.

Acara ini menjadi kesempatan yang sangat berharga untuk merenungkan kembali nilai-nilai yang telah ditanamkan oleh KH. R. Muhammad Najib AQM dalam dunia pengajaran, kehidupan, dan hubungan manusia dengan Tuhannya. Sebuah perjalanan panjang yang tak hanya berfokus pada pencapaian ilmu, tetapi juga pada pembinaan akhlak, spiritualitas, dan keteladanan.

penulis: Kamal Ash-Shidqi

Baca Juga:

Redaksi

Redaksi

admin

536

Artikel