Gus Kelik : “Pon..”
Pon : “Dalem Gus Kelik”
Gus Kelik : “Ayo melu aku neng Jakarta,aku pengen ketemu Gus Dur,numpak kereta yo..” (Ayo ikut aku ke Jakarta, aku pengin ketemu Gus Dur, naik kereta ya)
Pon : “Siap Gus”
Walhasil mereka sampai di Jakarta (Gedung PBNU),tapi ternyata sudah penuh orang antri yang pengen bertemu dengan Gus Dur.
Gus Kelik : “Sambil mengeluh, “Pon sana bilang sama ajudannya nek aku (kelik) teko.” (Pon, sana bilang sama ajudan Gus Dur, kalau aku (Gus Kelik) hadir).
Pon : “Siap Gus”
baca juga : Mbah Ali, Pesantren, dan Sepakbola
Akhirnya Ponidi bilang kepada ajudannya, kemudian diteruskan kepada Gus Gur. Mengetahui Gus Kelik yang datang, orang-orang yang sedang antri dari tadi langsung dibubarkan oleh Gus Dur demi bertemu dengan Gus Kelik.
Tibalah saatnya mereka bertemu, ngobrol, dsb. Entah apa yang dimaksud Gus Dur, beliau cerita tentang wayang kepada Gus Kelik, mungkin bosen dengan cerita Gus Dur, Gus Kelik tiba-tiba mengajak Ponidi pulang.
Gus Kelik : “Pon, ayo muleh wae”
Pon : “Nggeh Gus”, Ponidi mengiyakan dengan menghiraukan Gus Dur yang masih bercerita wayang.
Akhirnya mereka pulang tanpa pamit meninggalkan Gus Dur yang lagi asyik bercerita wayang dan tidak mengetahui kalau sudah ditinggal pulang oleh Gus Kelik. Merasa kasihan, setelah selang waktu yang agak lama ajudannya matur kepada Gus Dur.
Ajudan : “Gus, Gus Keliknya sudah pulang”
Gus Dur : “Loh pye toh kok gak bilang dari tadi. Aku belum kasih sangu (uang saku kepada Gus Kelik)”.
Ajudan : “hehehe,ngapunten Gus”.
Gus Dur : “e.. lahdalah, terus yang tak ceritain wayang tadi siapa ya?, padahal demi Gus Kelik tamu-tamu tadi tak suruh bubar. Gus kelik ki jan jan..hahahaha”.
baca juga : Mbah Dalhar, Lebih dari Sekadar Kiai
Begitulah pertemuan dua orang sahabat dekat yang banyak dianggap sebagai orang aneh. Kalau Gus Dur aneh dalam hal “bicaranya”,kalau Gus Kelik aneh dalam hal “perilaku” dan ke dua-duanya banyak yang menganggap sebagai seorang wali.
@cerita dari cak nashir
dari fesbuk Fattah Al Bukka
