Sekilas tentang KH. R. Abdullah Affandi

Sekilas tentang KH. R. Abdullah Affandi


“Langkahnya tegap, penampilannya rapi, dan ucapannya tegas”.


Begitulah penilaian yang diucapkan oleh KH. Mabarrun Abdurrahman, ketika redaktur meminta beliau untuk bercerita seputar KH. R. Abdullah Affandi yang tidak lain adalah putra dari KH. Moenawwir (Pendiri PP Al Munawwir Krapyak).

Mbah Dullah sapaan akrab yang biasa keluarga dan para santri di Krapyak gunakan untuk menyebutnya, adalah penerus pertama estafet kepemimpinan Pondok Krapyak sepeninggal ayahnya KH. Moenawwir. Beliau dilahirkan di Krapyak Sore hari sekitar pukul 17.00 hari Sabtu Kliwon tanggal 28 tahun1336 H/1918 M, oleh istri pertama KH. Moenawwir yaitu R. A. Mursyidah. Beliau adalah putra keempat dari lima bersaudara. Tiga saudara beliau wafat sewaktu masih kecil, yaitu Abdullah Siradj, Khodijah, Ummatullah. Sedangkan saudara beliau satunya (adik) bernama Abdul Qadir yang nantinya mengawali kepemimpinan pertama di Madrasah Huffadh.

KH. R. Abdullah Affandi kecil tinggal bersama kedua orang tuanya. Beliau diasuh dan dibesarkan oleh ayah dan ibunya. Masa kecil beliau hidup dalam kesederhanaan. Sebagai putra Kiai, dalam hal pendidikan beliau ditangani langsung oleh ayahnya. Sepeninggal ayahnya, KH. Moenawwir, beliau meneruskan Sang Ayah mengasuh dan mendidik santri-santri yang menimba ilmu di Pondok Krapyak bersama dua saudaranya, KH. R. Abdul Qodir dan KH. Ali Maksum (Adik Ipar). Dalam pengelolaan pondok, beliau adalah sebagai pemimpin umum sekaligus menangani hubungan antar pondok dengan luar.

Pengabdian Kepada Umat

KH. R. Abdullah Affandi pernah menjadi anggota Konstituante waktu itu (MPR). Oleh karena itu, waktu beliau tidak sepenuhnya dihabiskan di Pondok, akan tetapi beberapa kali pergi melaksanakan tugas ke Ibu Kota Jakarta. Selain itu, beliau pernah menjabat sebagai Ketua Pengurus Wilayah NU Yogyakarta. Dengan tugas begitu besar seperti itu, beliau tidak melupakan tanggung jawab sebagai pengasuh pondok, beliau tidak lupa mengajar santri-santri. Dan yang beliau ajarkan adalah Al Qur’an. Bahkan beliau menganggarkan dana khusus untuk pembangunan salah satu gedung asrama santri.

Sang Guru Wafat

Beliau wafat pada tahun 1968 M beliau meninggalkan dua istri, yaitu istri pertama Ny. Syamsiah mempunyai putra KH. R. Wasil Abdul Muhaimin dan Ny. Semiati mempunyai putra Muhammad Arwani, Istiqomah dan Abdul Kholiq. Dari KH. R. Wasil Abdul Muhaimin, cucu beliau adalah; Ny. Jamilah, Ny. Hj. Muniroh Kusumaningsih, Ny. Hj. Mariatul Qibthiyah, Ny. Mursyidah, K. Muhammada Munawwir, KH. Haidar Muhaimin, Ny. Hj. Inas Tsuroyyah, Ny. Nur ‘Aliyah, H. Ijtabahu Rabbuhu, Gus Muhammad Muwafi. Dari Ny. Istiqomah cucu beliau adalah; Andi Hamzah, Su’ud Al Asyhari, Maulana Abdullah Rifqi, Mustajib Fasih, Nabiulah Khairunnisa.

Sumber :

  • Sejarah dan Perkembangan PP. Al Munawwir
  • Hasil wawancara dengan KH. Mabarrun Abdurrahman
  • Majalah Al Munawwir Pos
Redaksi

Redaksi

admin

502

Artikel