~ Gus Dur Ceramah depan Pendeta dan Ajakan Doa Menteri Agama ~
Oleh : Ustadz M. Zaky Mubarok
Pernah suatu saat Gus Dur ceramah di hadapan 40 Pendeta Kristen di Surabaya. Masyarakat Indonesia gempar. Suasana menjadi ramai. Saya kemudian sowan ke Pak Ali. “Kados pundi Pak, niki tiang2 sami rame. Gus Dur kog dibahas teng pundi-pundi ceramah teng ngajenge pendeto Kristen.” (Bagaimana Pak, ini semua orang pada ramai. Gus Dur kok dibahas di mana-mana tatkala ceramah di depan Pendeta Kristen).
Pak Ali kemudian menjawab dengan begitu entengnya. “Lah nek Durraahman Wahid ora gelem ceramah ngarepe Pendeto, sok kapan maneh Pendeto ngerukno Quran”. (Lah kalau Durrahman Wahid tidak mau ceramah di depan Pendeta, kapan lagi Pendeta mendengarkan Al Qur’an).
Betul juga (batinku menyebut ).. hahaha.. Makanya ketika saya diundang di Geraja Keuskupan Jawa Tengah, di Gereja Randusari terbesar di Semarang, saya berkenan hadir. Kalau saya tak mau kapan lagi Suster-Suster Gereja itu bisa mendengarkan Al Quran. saya tersenyum geli.
Beliau itu (Pak Ali) meskipun wawasannya luas, beliau juga bijaksana. Kalau ada orang yang tidak benar, ya diingatkan. Diingatkan di hadapan orangnya langsung. Bukan kok di Podium terus diobral dan disalahkan di depan khalayak umum. Kalau Pak Harto yang tidak benar ya Pak Harto diingatkan, dikirimi surat. Bukan diumbar di depan umum. Kalau Menteri yang tidak benar ya Menteri yang diingatkan.
Pernah suatu saat yang tidak benar itu Menteri Agama saat itu, Pak Prof. Dr. Mukti Ali. Sebenanya saya dilarang bercerita. Tapi kali ini saya akan cerita. Saat itu Pak Menteri dalam suatu acara 17 Agustus-an mengatakan:
“Mari kita berdoa menurut Agama masing masing”.
Apik nggeh? Apik nggeh? Maksudnya yang Islam ikut agama Islam, yg Kristen ikut agama Kristen, berdoa pada Yesus Kristus, yang Hindu ya ikut agama Hindu, berdoa pada Sang Hyang Widhi, dst.
Lalu Menteri Agama dipanggil Pak Ali. “Ojo ngonoo.. rasakno tooh. Mari kita berdoa menurut Agama masing masing. Rasakno tooh. Berarti koe ngajak wong Kristen dungo?” (Jangan begitu, rasakan dulu. Mari kita berdoa menurut agama masing-masing. Rasakan dulu. Berarti kau mengajak orang Kristen berdo’a?) Tanya Pak Ali.
“Nggeh” jawab Menteri Agama.
“Lah nek dungo, wong Kristen ning ndi?”
“Yesus Kristus”
“Lah nek wong Hindu?”
“Sang Hyang Widhi”
“Berarti koe ngajak wong nindakke perkoro syirik, berarti koe ngajak wong berbuat syirik.” (Berarti kamu mengajak orang mengerjakan perkara syirik) tukas Pak Ali.
“Sing bener ngene: mari kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Looh Begituu. Dari segi Tauhid, ya Tauhid. Dari segi Pancasila, ya Pancasilais.”
Begitu itu kalo Pak Ali. Jangan dikira beliau itu wawasannya tidak luas.