Krapyak – “Dalam khotbahnya, Kiai Dalhar selalu mendoakan keamanan Indonesia”, ujar Dr H Tantowi dalam acara “Bedah Khotbah KH Dalhar Munawwir”. Perkara ini sungguh penting, mengingat maraknya ujaran kebencian dan usaha mempolitisir agama oleh pendakwah dalam khotbahnya. Khotbah lantas menjadi medium dalam itikad memobilisasi kepentingan politik tertentu.
“Sebenarnya, meminta kebaikan bagi bangsa dan negara di dalam khutbah itu merupakan pakem atau struktur khotbah yang ada sejak era Sahabat Rasulullah saw. Jadi kalau ada khotbah yang didoakan hanya umat Islam tanpa mendoakan bangsa dan negara yang dihuni, itu apologis.” lanjut alumni Nurussalam yang juga menjadi dosen di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tersebut.
Adapun ketika disinggung mengenai seberapa dominan nilai nasionalis yang ada dalam khotbah-khotbah Kiai Dalhar, KH Aliyyul Munif Qostolani menjelaskan bahwa Kiai itu menerjemahkan sebuah konsep dalam laku. “Jadi, jika mengingat pengamalan dan pengalaman ketika nyantri di Mbah Dalhar, laku Kiai Dalhar sudah sangat nasionalis”.
Perlu diketahui, menurut KH R Mahfudz Hamid, dalam proses penyusunan khotbah, teks yang dipakai Kiai Dalhar ditulis sendiri. “Khotbah Kiai Dalhar itu dibuat sendiri dan ditulis-tulis sendiri,” ungkap KH R Mahfudz Hamid yang kemudian dita’kidkan oleh K Fahmi Dalhar dengan sebuah anggukan.
Karena dibuat sendiri oleh Allahu Yarham KH Dalhar Munawwir, karakter khotbahnya pun sangat padat. Bahkan, kata Dr H Tantowi, “Orang belum ngantuk, Mbah Dalhar sudah barakallahu li wa lakum…”. Mendengar pernyataan tersebut tidak sedikit para hadirin yang menahan tawa.
Baca Juga : Beberapa Adab Uluk Salam yang Sering Kita Lupakan
Jika dikategorisasikan, menurut Dr H Tantowi terdapat empat segmentasi tema yang ajeg tertuang dalam khotbah Kiai Dalhar; pertama, tema mingguan. Tema mingguan ini cenderung tematik dan merupakan segmen khotbah yang bercorak akhlaqi, seperti khouf wa raja’, amar ma’ruf nahi munkar, birrul walidain, dan lain sebagainya. Kedua, temabulanan, lebih kepada tema-tema fadhoilul a’mal yang teragendakan di masing-masing bulan, seperti amaliah-amaliah di bulan Ramadan, Muharram, Sya’ban, dan seterusnya. Ketiga adalah temakebangsaandan, keempat, Kiai Dalhar mencoba menuangkan gagasannya dalam pembangunan atau pemecahan problematika sosial kemasyarakatan.
Adapun referensi khotbah yang dipakai oleh Kiai Dalhar terdiri dari Arbain Nawawi, Tafsir Jalalayn, Jawahirul Bukhori, Kutubussittah, Muhazab, dan masih banyak lagi.
Acara ini sekaligus melengkapi serangkaian acara Haflah Khotmil Quran dan Haul Nyai Hj Salimah Munawwir dan KH Dalhar Munawwir yang sebelumnya. Seperti Bakti Sosial dan Donor Darah. Sementara itu, acara kali ini bertajuk “Bedah Khotbah KH Dalhar Munawwir, Refleksi Atas Khotbah KH Dalhar Munawwir” diselenggarakan pada Sabtu siang, 20/10/2018 di halaman komplek Nurussalam Krapyak.
Hadir sebagai narasumber dalam acara ini adalah KH Aliyyul Munif Qostolani, KH R Mahfudz Hamid, K Fahmi Dalhar, S.Ag, S.S., Dr H Tantowi, M.Ag dan Dr Phil Sahiron Syamsuddin, M.A.
Acara yang dibuka secara umum itu diikuti oleh para alumni, santri maupun akademisi di seluruh Yogyakarta. Sebagai mukadimah ada lantunan salawat yang dibawakan oleh Grup Hadrah Rayyana dan ikhtitam berupa pemberian cindremata dari pihak keluarga kepada segenap narasumber Bedah Khotbah. (afqo)