Mengenal Urgensi “Niat” Dalam Berpuasa

Mengenal Urgensi “Niat” Dalam Berpuasa

Almunawwir.com – Kabar datangnya bulan suci Ramadhan sudah semakin terdengar, bahkan suasana–suasana yang dirindukan kini mulai tercipta.

Kesyahduan di Shubuh buta dan harmoni lantunan shalawat di sore hari benar-benar memberi isyarat bahwa hari yang ditunggu akan tiba. Bulan kesembilan dalam kalender hijriah, penuh pengampunan dan berkah yang melimpah ruah.

Niat
Sumber Gambar: pinterest

Di bulan Ramadhan setiap umat muslim akan menjalankan rukun Islam yang ke-3 yaitu berpuasa. Menahan lapar dan dahaga mulai dari waktu imsak hingga waktu berbuka tiba.

Jika ditelaah lebih dalam, bukan hanya lapar dan dahaga tapi setiap orang juga melaksanakan ibadah yang bersifat batin yaitu menahan hawa nafsu.

Menindaklanjuti seputar berpuasa, ada satu hal penting yang harus diingat dan sepatutnya tidak dilupakan. Sebab hal ini menentukan sah atau tidak, puasa yang sedang dijalankan oleh seseorang.

Hal penting itu sering disebut sebagai “niat”, adapun niat dalam berpuasa yaitu sebagai berikut :

Niat Puasa Ramadan

نـَوَيْتُ صَوْمَ غـَدٍ عَـنْ ا َدَاءِ فـَرْضِ شـَهْرِ رَمـَضَانَ هـَذِهِ السَّـنـَةِ لِلـّهِ تـَعَالىَ

Artinya: “ Aku berniat puasa esok hari untuk menunaikan kewajiban berpuasa pada bulan Ramadhan tahun ini, karena Allah ta’ala”.

Doa Buka Puasa

اَللّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ      

Artinya: “Ya Allah, untukMu aku berpuasa, dan kepadaMu aku beriman, dan dengan rezekiMu aku berbuka. Dengan rahmatMu wahai yang Maha Pengasih dan Penyayang.”

Lantas mengapa niat itu penting ?

Sebab segala sesuatu selalu diukur dari niat seseorang. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ

Artinya: “Sesungguhnya amal seseorang itu tergantung dengan niatnya, dan bagi setiap orang balasannya sesuai dengan apa yang diniatkannya.

Barang siapa berhijrah dengan niat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka ia mendapatkan balasan hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya.

Dan barang siapa berhijrah dengan niat kepada keuntungan dunia yang akan diperolehnya, atau wanita yang akan dinikahinya, maka (ia mendapatkan balasan) hijrahnya kepada apa yang ia niatkan tersebut,” (HR Bukhari dan Muslim).

Berikut alasan mengapa niat penting :

  • Sebagai Pembeda

Perlu digaris bawahi bahwa niat adalah pembeda, antara perbuatan yang bernilai ibadah dan bukan bernilai ibadah. Maka tidak ada satu pun amalan yang akan diterima oleh Allah SWT melainkan berdasarkan niat.

Selain itu, manusia juga akan mendapatkan balasan berdasarkan dengan apa yang diniatkannya. Ketika seseorang berpuasa hanya berniat untuk diet, pahala yang akan didapatkan hanya sebatas itu saja.

Sebab niat dan pahala selalu didapatkan sesuai dengan kadarnya masing–masing.

  • Termasuk Rukun Puasa

Terdapat tiga rukun puasa (sesuatu yang wajib pada saat ingin berpuasa). Diantaranya yaitu : Islam, niat, dan menahan diri dari makan, minum, bersetubuh serta hal lain yang dapat membatalkan puasa.

Dalam hal ini, niat termasuk dalam rukun puasa. Maka sebelum berpuasa perlu adanya niat yang disertai keikhlasan. Agar ibadah yang dijalankan sesuai dengan keridhoan-Nya sehingga dapat menjadi jembatan  untuk lebih mendekatkan diri yang dilakukan oleh seorang hamba terhadap Tuhannya.

Baca juga: Bekal Empat Sehat Lima Sempurna untuk Menyambut Ramadhan

  • Mendatangkan Pahala Bahkan Sebelum Melaksanakan

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Allâh Azza wa Jalla berfirman kepada para malaikat :

إِذَا أَرَادَ عَبْدِيْ أَنْ يَعْمَلَ سَيِّئَةً ؛ فَلَا تَكْتُبُوْهَا عَلَيْهِ حَتَّى يَعْمَلَهَـا ، فَإِذَا عَمِلَهَا فَاكْتُبُوْهَا بِمِثْلِهَا ، وَإِنْ تَرَكَهَا مِنْ أَجْلِـيْ فَاكْتُبُوْهَا لَهُ حَسَنَةً ، وَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَعْمَلَ حَسَنَةً فَلَمْ يَعْمَلْهَا فَاكْتُبُوْهَا لَهُ حَسَنَةً ؛ فَإِذَا عَمِلَهَا فَاكْتُبُوْهَا لَهُ بِعَشْرِ أَمْثَالِـهَا إِلَى سَبْعِمِائَةٍ

“Jika hamba-Ku berniat melakukan kesalahan, maka janganlah kalian menulis kesalahan itu sampai ia (benar-benar) mengerjakannya. Bila ia sudah mengerjakannya, maka tulislah sesuai dengan perbuatannya.

Jika ia meninggalkan kesalahan tersebut karena Aku, maka tulislah untuknya satu kebaikan. Bila ia ingin mengerjakan kebaikan namun tidak mengerjakannya, tulislah sebagai kebaikan untuknya.

Jika ia mengerjakan kebaikan tersebut, tulislah baginya sepuluh kali kebaikannya itu hingga tujuh ratus (kebaikan).”

Saat seseorang berniat untuk berpuasa maka sudah mendapatkan satu pahala, ketika benar–benar melaksanakan ibadah puasa sesuai yang diniatkan maka pahalanya akan berlipat ganda.

Baca juga: Puasa, Nafsu Konsumtif dan Perhiasan Ramadan

  • Termasuk ruh setiap amalan

Jasad yang sudah berpisah dengan ruhnya, tentu tidak lagi berguna. Seperti halnya puasa ketika tidak didasari oleh niat maka tidak akan terkandung sebuah nilai di dalamnya.

Tidak didapatkan balasan sesuai pahala yang dijanjikan. Niat kemudian menjadi penentu, sama seperti jasad yang menentukan bernilai atau tidaknya sesuatu.

Dengan demikian, dalam menyambut bulan Ramadhan dan melaksanakan kewajiban kita sebagai seorang umat Islam. Mari bersama–sama memperbaiki setiap hal yang perlu diperbaiki.

Salah satunya yaitu niat, dengan harapan dapat menjadikan kita manusia yang lebih bermakna dan mulia baik di mata dunia maupun akhirat.

Editor: Irfan Fauzi

Baca juga: Puasa dan Cara Kita Menjadikannya Bermakna

Narda Nasar

Narda Nasar

NardaNasar

6

Artikel