Salah satu shalawat yang populer dan fenomenal di Indonesia adalah shalawat atau Qasidah Burdah. Qasidah Burdah adalah qasidah yang berisi curahan sang pengarang, yakni Imam al-Bushiri –dengan asma lengkap Syarafuddin Abu ‘Abdillah ibn Said ibn Hammad ibn Muhsin ibn ‘Abdullah al-Shanhaji al-Bushiri al-Mishri– mengenai kerinduan, pujian, dan shalawat terhadap Nabi Muhammad saw. Pada hari Selasa (11/1/21) malam, pembacaan Qasidah Burdah dilaksanakan di halaman PP. Al-Munawwir sebagai salah satu dari rangkaian acara peringatan haul KH. Muhammad Munawwir yang ke-83.
Pada pra-acara, Asmaun Nabi dibacakan oleh Gus Makfi dan santri komplek K1. Mengenai hal ini, dituturkan oleh Imam Jazuli dalam kitab Dalailul Khairat bahwa Nabi Muhammad saw memiliki 201 nama. Nama-nama Nabi berjumlah 201 inilah yang kemudian masyhur dengan sebutan Asmaun Nabi.
Memasuki acara inti, rangkaian acara pertama adalah tawassul oleh KH. Chaidar Muhaimin Afandi yang kemudian disusul dengan pembacaan Qasidah Burdah oleh tim hadroh PP. Al-Munawwir Krapyak. Pembacaan Qashidah Burdah ini diikuti oleh seluruh pihak, baik dari dewan pengasuh, tamu undangan. maupun santri. Acara selanjutnya adalah pembacaan tahlil oleh KH. Muhtarom Busyro dan doa khotmil qur’an oleh KH. R. Abdul Hamid Abdul Qodir. Acara terakhir adalah mauidhah hasanah oleh KH. R. Abdul Hamid Abdul Qodir.
Dalam mauidhah hasanahnya, Kiai Hamid ngendikan bahwa yang esensial malam ini adalah peringatan haul Almaghfurlah KH. Muhammad Munawwir yang ke-83. Harapan dengan adanya peringatan haul ini adalah semoga semua yang hadir mendapatkan berkah dari al-Qur’an al-Karim. Kiai Hamid berharap dengan dimasukkannya pembacaan Qasidah Burdah dalam rangkaian acara peringatan haul, semua yang hadir nantinya mendapat syafaat al-udzmah (pertolongan yang agung) dari Baginda Rasulullah saw sebagai pemimpin, kekasih, nabi, dan juru selamat umat Islam.
Kiai Hamid juga mengisahkan bahwa Qasidah Burdah yang panjangnya 160 bait ini adalah semacam resep berbentuk lafadz atau bacaan-bacaan yang berisi sholawat dan doa. Konon, Syekh Imam al-Bushiri, sang pengarang Qasidah Burdah, mengalami sakit falij atau yang sekarang dikenal dengan sebutan sakit stroke. Syekh Imam al-Bushiri sudah berikhtiar untuk mengobati sakitnya dengan berobat kepada tabib di negerinya, namun belum juga diberi kesembuhan. Langkah terakhir yang bisa ia lakukan adalah dengan memohon pada Sang Pemberi Kesembuhan, Allah swt. Dalam doanya, Imam al-Bushiri mengungkapkan curhatan berisi kecintaannya pada Baginda Nabi saw berisi pujian, kemuliaan, perjuangan, dan semua yang menyangkut Rasulullah saw. Setelah melakukan hal tersebut, Imam al-Bushiri kemudian ditemui oleh Rasulullah dalam mimpinya dan diberi burdah (selimut lurik). Dengan ridha Allah, Syekh al-Bushiri dianugerahi kesehatan ketika bangun dari tidurnya.
Terakhir, Kiai Hamid mewanti-wanti agar kita semua senantiasa menyenangi bershalawat. Beliau menuturkan bahwa amal shalawat akan selalu diterima, baik dengan atau tanpa adanya keikhlasan. Namun ketika shalawat dilakukan dengan ikhlas, maka akan ditemukan banyak kegunaan di dalamnya. Harapan terbesar ketika membaca shalawat adalah agar nanti ketika menghadap Sang Rabb al-Jalil, yakni Allah swt, kita mendapat syafa’at (pertolongan) dari Kanjeng Nabi Muhammad saw.