Penjelajah Legendaris Muslim: Ibnu Battutah

Penjelajah Legendaris Muslim: Ibnu Battutah
Sumber Foto: kompas.com

Sebagaimana mafhum, bahwa Ibnu Battutah banyak mengisahkan mengenai histori negeri-negeri yang dijajakinya. Kisah kedermawanan penguasa Samudra Pasai merupakan satu dari sekian banyak kisah dari negeri-negeri yang pernah dikunjungi oleh Ibnu Battutah dalam perjalanannya.

Melansir histori, separuh hidup Ibnu Battutah dihabiskan dalam pengembaraan mengelilingi belahan timur bumi. Terkadang beliau mengikuti rombongan unta, di lain waktu dia menumpang kapal dan tak jarang Ibnu Battutah juga berjalan kaki untuk mencapai negeri tujuannya.

Ibnu Battutah lahir pada 24 Februari 1304 M di Tangier, Maroko dengan nama Abu Abdullah Muhammad ibn Abdullah al-Lawati al-Tangi bin Battutah. Ia dikenal sebagai penjelajah dunia paling andal dari Maroko. Hal ini disebabkan ia mengelilingi pelosok dunia meski teknologi pelayaran tidak sehebat zaman sekarang.

Semasa kecil, Ibnu Battutah dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang menerima pengajaran ilmu hukum (fiqh: ilmu hukum Islam) atau hakim (qadhi) dan pengetahuan-pengetahuan Islami lainnya. Pada 14 Juni 1325 M/ 2 Rajab 725 A. H, Ibnu Battutah mulai meninggalkan Tangier, kota dimana beliau dilahirkan. Ia berangkat menuju arah tenggara melalui daratan tinggi Rif Timur.

Pada usianya yang kurang lebih 20 tahun, Ibnu Battutah pergi dengan tujuan mengunjungi makam Nabi sekaligus melaksanakan ibadah haji. Seusai dari ibadah hajinya, ia kembali melanjutkan perjalanan sekitar 120 ribu km sepanjang dunia Muslim atau setara dengan 44 negara di masa sekarang (dilansir dari buku 99 Tokoh Muslim Dunia karya Salman Iskandar).

Perjalanan Ibnu Battutah menuju Makkah menggunakan jalur darat dengan menyusuri pantai Afrika Utara hingga tiba di Kairo dan masih berada di wilayah Mamluk yang relatif aman. Ibnu Battutah mengambil jalur yang jarang ditempuh pengembara, yaitu menuju Sungai Nil. Ia melanjutkan perjalanannya ke arah timur melalui jalur darat menuju Dermaga Laut Merah di ‘Aydhad. Namun, saat hampir mendekat ke kota tersebut, Ibnu Battutah dipaksa kembali karena ada pertikaian lokal.

Sekembalinya ke Kairo, ia menggunakan jalur kedua, yakni Damaskus (yang selanjutnya dikuasai Mamluk). Ia menggunakan jalur tersebut dengan alasan keterangan atau anjuran seseorang yang ditemuinya di perjalanan pertama, bahwa ia hanya akan sampai di Makkah jika melalui Suriah.

Dikutip dari buku Petualangan Ibnu Battuta: Seorang Musafir Muslim Abad ke-14, selama 24 hari di Damaskus, Ibnu Battuta tinggal di salah satu madrasah mazhab Maliki setempat dan memulai pendidikan formal pertamanya di luar negeri. Dalam buku Rihlah, yang berisi kisah perjalanan dan ditulis oleh Ibnu Battuta, disebutkan bahwa ia telah mengikuti kuliah dan menerima ijazah dengan lebih dari 14 guru yang berbeda-beda.

Kemudian, setelah menjalani Ramadhan di Damaskus, Ibnu Battutah bergabung dengan suatu rombongan yang menempuh jarak 800 mil dari Damaskus ke Madinah, makam Nabi Muhammad SAW. Selang 4 hari kemudian, Ibnu Battutah kembali melanjutkan perjalanannya ke Mekkah. Setelah menyelesaikan rangkaian ritual haji, sebagai hasil renungannya, dia kemudian memilih untuk melanjutkan menjelajah.

Penjelajahannya ini berhasil sampai pada beberapa negeri. Dalam catatan sejarah, Ibnu Battutah telah mengelilingi beberapa kawasan di antaranya, Afrika bagian Utara, Afrika bagian Selatan, Afrika Barat, Eropa Timur, Timur Tengah, Asia Selatan, Asia Tengah, Asia Tenggara, hingga China.

 

Annisahyumna Nurnabilah (Santri Komplek Q)

Editor: Arina Al-Ayya

Redaksi

Redaksi

admin

522

Artikel