Santri dan Musik II: Inovasi Dangdut dalam Menghafal Nadham Alfiyah

Santri dan Musik II: Inovasi Dangdut dalam Menghafal Nadham Alfiyah
Eskpresif: Santri bersenandung bersama. Foto: Almunawwir
Eskpresif: Santri bersenandung bersama. Foto: Almunawwir

Oleh: Akhmad Munadi*

Jam menunjukkan pukul 21.00 istiwa’. Bel tanda takror atau jam belajar wajib di kelas sudah berbunyi. tandanya seluruh santri wajib meninggalkan asrama untuk bergegas ke kelas.

Sebenarnya waktu takror seperti ini sangat bermanfaat untuk mengulang dan mempelajari materi pelajaran yang sudah lalu. Tapi bagi santri seperti saya, jam ini adalah waktu yang tepat untuk nongkrong dan ngobrol ngalor-ngidul, bahkan kalau memang kondisi capek, jam ini adalah waktu yang tepat untuk bobok manis di kelas.

Sungguh Terlalu….

Biasanya setelah semua masuk kelas, teman-teman sengaja menggairahkan iklim belajar dengan lalaran nadhom Alfiyah. Nah di sinilah saya mencoba sedikit mengambil peran. Bagi saya, metode lalaran dengan lagu yang mainstream dan kuno hanya akan menambah bosan dan tidak akan memberi semangat belajar maupun menghafal.

Lagu lalaran tersebut harus diubah mengikuti lagu-lagu masa kini dan harus dengan musik dangdut. Mengapa? ya karena musik dangdut memberikan kesan semangat dan gembira, bahkan saya yakin, bait-bait Alfiyah akan mudah dihafal karena teman-teman pasti hafal lagu-lagu dangdut tersebut.

Baca Juga: Menilik Kedekatan Santri dengan Musik

Lantunan bait-bait Alfiyah pernah saya aransement dengan lagu “Sido Rondho”nya Cak Diqin. Suasana riuh-ramai dan heboh akhirnya mewarnai satu kelas. Semua bahagia melalar nadhom 1000 bait nahwu tersebut, sampai ada yang memukul-mukul meja, ada juga yang hanya teriak “OAOE… Woyo..woyo.. Jos”.

Ternyata, memang benar apa yang saya harapkan. Lalaran metode dangdutan tersebut membawa dampak terhadap hafalan nadzhom Alfiyah teman-teman santri. Ibarat lagu-lagu yang viral dan sering didengar lalu menjadi hafal dengan liriknya, nadzom Alfiyah yang kadang menjadi momok hafalan santri, dengan mudah dihafal dan diingat. Walaupun terkadang santri hanya setoran 10 bait saja, akan tetapi bait-bait Alfiyah dengan lagu “Sido Rondho” tersebut selalu terngiang-ngiang di benak teman-teman santri.

Nah, bagaimana dengan lalaran nadzom di pesantrenmu?

Apakah masih pakai lagu lawas..wkwkwk

 

*Pemerhati Sejarah dan Lurah Pondok Pesantren Al Munawwir Krapyak

Redaksi

Redaksi

admin

497

Artikel