Spesial Hari Valentine: Memaknai Kasih Sayang Tak Terbatas

Spesial Hari Valentine: Memaknai Kasih Sayang Tak Terbatas

Esensi Valentine di Kalangan Anak Muda

Pada tanggal 14 Februari terdapat sebuah perayaan global yakni Valentine Day atau hari kasih sayang. Penamaan ini merujuk pada St. Valentine, seorang martir dari tradisi Kristen yang dianggap sebagai pelindung cinta dan kasih sayang.

Perayaan valentine identik dengan memberi kartu ucapan, bunga, coklat, atau boneka kepada pasangan, keluarga, atau teman. Berbagai bentuk ekspresi perayaan ini tujuannya sama yaitu mengungkapkan rasa kasih sayang.

Mari kita kesampingkan dulu mengenai hukum merayakan valentine dalam Islam, kita lihat dulu bagaimana dampak dari perayaan ini. Perayaan hari valentine biasanya didominasi oleh kaum muda-mudi yang sayangnya, memanfaatkan hari tersebut untuk berbuat maksiat bersama pasangannya yang belum sah dengan dalih mengekspresikan kasih sayang. Perbuatan semacam ini sudah tentu menurunkan marwah pemuda.

Dampak lainnya adalah meningkatnya budaya konsumerisme yang tidak sehat. Karena perayaan valentine biasanya dilakukan dengan memberi hadiah-hadiah, maka akan banyak orang yang membeli barang-barang yang kurang berfaedah untuk diberikan kepada pasangannya. Kita juga akrab dengan diskon-diskon hari valentine yang memancing konsumen untuk membelanjakan uangnya untuk hal yang kurang berguna padahal masih banyak hal lain yang lebih penting untuk dibeli.

Dua alasan di atas sepertinya sudah cukup menggambarkan kalau perayaan valentine semacam itu adalah hal yang merugikan. Oleh karena itu, mari ubah Valentinemu!

Esensi Valentine di Mata Islam

Nilai yang menjadi esensi dari Valentine adalah menebarkan kasih sayang. Tentu tidak diragukan lagi kalau kasih sayang adalah nilai yang sangat diperlukan dalam kehidupan. Bahkan asma Allah Swt

Yang paling terkenal adalah Ar-Rahman (Maha Pengasih) dan Ar-Rahim (Maha Penyayang). Allah Swt juga berfirman menginstruksikan untuk menebarkan kasih sayang sebagai jalan agar menjadi “golongan kanan” (Ashhabul Maimanah) yang akan mendapat balasan surga, firman Allah tersebut terdapat pada QS. Al-Balad ayat 17:

ثُمَّ كَانَ مِنَ ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ وَتَوَاصَوۡا۟ بِٱلصَّبۡرِ وَتَوَاصَوۡا۟ بِٱلۡمَرۡحَمَةِ

“Kemudian dia termasuk orang-orang yang beriman, dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang” (Surat Al Balad: 17)

Kasih sayang bukan hanya ditujukan kepada pasangan tetapi juga keluarga, teman, dan seluruh orang yang kita temui baik dia baik kepada kita atau memusuhi kita. Sikap mengasihi sesama manusia ini sudah dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw, dimana dikisahkan beliau rutin menyuapi seorang pengemis Yahudi buta padahal pengemis itu selalu mencaci-maki beliau.

Kasih Sayang itu Tak Ada Batasnya

Mengasihi sesama tidak mengenal waktu, tidak perlu menunggu Valentine untuk memberikan kasih sayang, sifat pengasih harus tertanam dalam diri dan menyertai setiap langkah. Hujjatul Islam Al-Ghazali dalam kitab Maqashid al-Asna fi Syarhi Ma’ani Asmaillah al-Husna, seseorang dapat dikatakan sebagai penebar kasih sayang jika memenuhi dua syarat:

Pertama, memiliki atensi atau perhatian terhadap orang yang butuh dan bermaksud menjalankan atensinya, sehingga jika kebutuhan seseorang terpenuhi tanpa adanya perhatian atau niat yang sungguh-sungguh, orang yang bertanggung jawab tidak bisa disebut penebar kasih sayang terhadap mereka.

Kedua, menyalurkan kasih sayang dalam bentuk sikap nyata. Atau bahasa gaulnya act of service. Maka, jika seseorang memiliki kemampuan tapi tidak menyalurkannya menjadi tindakan yang nyata, tentu dia tidak bisa dikatakan penebar kasih sayang. Berbeda dengan orang yang memang tidak memiliki kemampuan kendati dia mungkin memiliki perhatian yang tinggi maka orang seperti ini tetap bisa disebut penebar kasih sayang walaupun dalam keterbatasan (rahmah naqishah).

Baca Juga: Perayaan Imlek di Indonesia: Perjuangan Kemanusiaan Gus Dur

Berdasarkan hal tersebut maka untuk menjadi penebar kasih sayang yang sebenarnya harus memiliki perhatian terhadap orang lain dan mewujudkan perhatian itu menjadi tindakan yang nyata. Jika hal ini diterapkan oleh seluruh atau sebagian besar umat manusia tentu kehidupan di dunia akan menjadi harmonis dan penuh kasih sayang, dan inilah cara menyikapi esensi dari Valentine agar berdampak positif bagi masyarakat luas.

Mari kita ubah perayaan hari Valentine, dari memberi bunga, coklat, dan boneka kepada pasangan menjadi menebarkan kasih sayang kepada seluruh umat manusia dan tidak terbatas waktu.

editor: Manazila Ruhma

Muhammad Wahyudi Azzukhruf

Muhammad Wahyudi Azzukhruf

Muhammad Wahyudi Azzukhruf

4

Artikel