Oleh: Fadholi K. Hamid
Gusti,
sajadah-sajadah wewangian kami bentangkan
menjadi makhluk suci di hadapMu
jidat basah, kami kawinkan dengan tanah
menjadi yang-paling-berhak
menghuni sorga-sorgaMu
shalat-shalat
kami tunaikan sepanjang jarum jam mengerling ke muka kami
menjadi yang-paling-layak
melewati yaumul hisab, bighairi hisab
berbagai shalat kami akbar-akbarkan
ke muka kawan lawan
menjadi “inilah aku yang paling suci”
sebab mabuk ibadah kepadaMu
kami jadi segan berkutat dengan manusia-manusia
: di tempat, masjid mushala, madzhab, kelompok,
agama, yang lain.
kami jadi senang saja kepadaMu
seolah, cukup bagiMu
cukup bagi kami
Gusti,
kebodohan menjadi alpa,
alpa menjelma lupa:
manusia yang hidup hidup di sekitar kami
Kau perintah kami untuk menjalin hubungan baik dengannya
kamilah, manusia kerdil serba jumawa
Bagi kami cukup shalat saja
sebagai jalan menuju kecintaanMu
kami melupa diri;
tak tahu diri ?
shalat kemanusiaan
kami alpa-alpakan, hirau-hiraukan
Gusti,
ajarkan kami shalat kemanusiaan
jalan menujuMu
shalat luhur yang Engkau seru
jaga mulut bicara
hormat beda-beda yang ada
seka tiap luka saudara
dan masih banyak
bab-bab lain dalam shalat kemanusiaan itu
Gusti,
sungguh, ajarkanlah kepada kami
shalat kemanusiaan
shalat yang menjadi jalan menuju kecintaanMu
shalat
dengan cara kemanusiaan
yang paling manusia
baca juga :
