Haji adalah ibadah yang telah disyariatkan sejak zaman Nabi Ibrahim as. dan terus dilestarikan oleh bangsa Arab dari generasi ke generasi. seiring berjalannya waktu, praktik haji mengalami banyak penyimpangan yang dipenuhi dengan bid‘ah dan kesesatan. Sebelum akhirnya dimurnikan kembali oleh Nabi Muhammad. Salah satu bentuk penyimpangan yang paling mencolok adalah dalam redaksi talbiyah yang diucapkan para jamaah haji.
Dalam tradisi Islam, talbiyah merupakan salah satu syiar penting dalam ibadah haji. Kalimat ini menggambarkan kesetiaan dan penghambaan murni kepada Allah semata. Lafal talbiyah yang diajarkan oleh Nabi Muhammad dan diikuti oleh seluruh umat Islam hingga kini adalah:
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ
“Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah. Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu. Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Sungguh, segala puji, nikmat, dan segala kekuasaan adalah milik-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu.” (HR. Bukhari Muslim)
Kalimat talbiyah tersebut dilafalkan oleh jamaah haji sejak berniat ihram atau haji di tanah halal hingga memasuki Masjidil Haram. Kalimat talbiyah dibaca lantang dan terus menerus oleh jamaah haji hingga melontar jumrah aqabah pada 10 Dzulhijjah.
Talbiyah di Masa Jahiliyah
Talbiyah sendiri merupakan salah satu syiar agama yang dimurnikan oleh ajaran Islam. Pada masa pra-Islam, talbiyah justru menjadi sarana untuk menyisipkan nilai-nilai syirik dan fanatisme kesukuan. Setiap kabilah memiliki versi talbiyahnya sendiri, sering kali disesuaikan dengan berhala atau kepercayaan lokal masing-masing. Al-Ya’qubi menyebutkan bahwa dahulu bangsa Arab, jika hendak menunaikan haji ke Baitul Haram, setiap kabilah berhenti di sisi berhalanya masing-masing dan beribadah di sana, kemudian mereka bertalbiyah hingga tiba di Makkah. Talbiyah mereka berbeda-beda. Jawwad Ali dalam Kitab al-Mufassal fi Tarikh al-Arab qabl al-Islam menyebutkan banyak sekali redaksi talbiyah dari berbagai kabilah, antara lain:
Talbiyahnya suku Quraisy:
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ لَبَّيْكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ إِلَّا شَرِيْكَ هُوَ لَكَ، تَمْلِكُهُ وَمَا مَلَكَ
“Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah, Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Aku datang memenuhi panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu kecuali sekutu yang memang milik-Mu, Engkau memilikinya dan yang lain tidak memiliki.”
Talbiyah para penyembah Hubal
لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، إِنَّنَا لِقَاح حَرَمَتُنَا عَلَى أَسِنَّةِ الرِّمَاح يَحْسُدُنَا النَّاسُ عَلَى النَّجَاح.
“Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah, Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya kami adalah unta-unta betina yang siap dibuahi (atau kabilah yang kuat/produktif). Kehormatan kami (dipertahankan) di atas mata tombak. Orang-orang iri kepada kami atas keberhasilan.”
Talbiyahnya penyembah berhala Jihar
لَبَّيْك، اَللَّهُمَّ لَبَّيْكَ لَبَّيْكَ اِجْعَلْ ذُنُوْبَنَا جَبَّار، وَاهْدِنَا لِأَوْضَحِ الْمَنَار، وَمَتِّعْنَا وَمَلِّنَا بِجِهَار
Aku datang memenuhi panggilan-Mu, ya Allah Aku datang memenuhi panggilan-Mu, Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Jadikanlah dosa-dosa kami terhapus, dan tunjukilah kami ke jalan yang paling terang, dan berilah kami kesenangan dan penuhilah kami (dengan berkah) melalui Jihar.
Talbiyah kabilah Azd:
لَبَّيْكَ رَبَّ الْأَرْبَابِ، تَعْلَمُ فَصْلَ الْخِطَابِ، لِمَلِكِ كُلِّ مَثَابٍ.
“Aku datang memenuhi panggilan-Mu, wahai Tuhan segala tuhan. Engkau mengetahui keputusan segala perkara, bagi Raja Pemilik segala tempat kembali (atau ganjaran).”
Talbiyah kabilah Bujailah:
لَبَّيْكَ عَنْ بُجَيْلَةَ الْفَخْمَةَ الرَّجِيْلَةَ وَنِعْمَتِ الْقَبِيْلَةُ جَاءَتْكَ بِالْوَسِيْلَةِ تُؤْمِلُ الْفَضِيْلَةَ
“Kupenuhi panggilan-Mu dari kabilah Bujailah yang agung dan suka mengembara. Kabilah terbaik ini telah mendatangi-Mu dengan membawa sarana dan harapan untuk mendapatkan anugerah.”
Jika diamati lebih dalam, talbiyah-talbiyah di atas mengandung unsur kemusyrikan, baik dalam bentuk pengakuan terhadap keberadaan sekutu bagi Allah maupun dalam glorifikasi fanatisme kabilah. Fenomena ini menunjukkan betapa jauhnya mereka dari ajaran tauhid yang dibawa Nabi Ibrahim as. Mereka memelihara ritual lahiriah haji, namun mengisinya dengan makna yang menyimpang.
Dari Kemusyrikan ke Tauhid Murni
Pembersihan talbiyah oleh Nabi Muhammad Saw. bukan sekadar koreksi verbal, melainkan revolusi spiritual. Seruan “La syarika laka” (Tiada sekutu bagi-Mu) bukan hanya bantahan terhadap kemusyrikan Quraisy, tetapi juga penegasan ulang terhadap nilai-nilai tauhid yang menjadi fondasi utama Islam.
Dengan memahami sejarah talbiyah masa Jahiliyah, kita menyadari bahwa kemurnian ibadah bukan hanya soal tata cara, tetapi juga soal makna. Talbiyah Islam bukan sekadar nyanyian ritual, melainkan pernyataan iman: bahwa kita datang memenuhi panggilan Allah, hanya kepada-Nya, dan tidak kepada siapa pun selain-Nya.
