KH. M. Maftuh Basthul Birri, Sang Pendekar Al-Qur’an Lirboyo.

KH. M. Maftuh Basthul Birri, Sang Pendekar Al-Qur’an Lirboyo.

KH. Muhammad Maftuh Basthul Birri adalah pendiri sekaligus pengasuh Madrasah Murottilil Qur’an (MMQ) Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri Jawa Timur. Kiai Maftuh, biasa dipanggil Gus Maftuh atau Gus Tuh, adalah kiai kelahiran Purworejo Jawa Tengah, tepatnya di Desa Karangwuluh, Kecamatan Kutoarjo pada tahun 1948 M. Kedua orang tua Kiai Maftuh bernama Basthul Birri dan Muslimah. Beliau merupakan anak pertama dari lima bersaudara, semua adiknya laki-laki kecuali yang nomor empat

Seperti halnya anak-anak saat itu, pendidikan Kiai Maftuh dimulai dengan bersekolah di Sekolah Rakyat (SR) sebutan untuk SD ketika itu yang lama pendidikan nya enam tahun. Selepas maghrib dan terkadang subuh, Kiai Maftuh kecil belajar membaca al-Quran kepada kepada ayahnya sendiri. Cara belajarnya ialah dengan dibacakan beberapa ayat atau satu halaman terlebih dahulu oleh ayahnya kemudian dibaca ulang satu per satu oleh Kiai Maftuh, hingga kemudian Kiai Maftuh kecil berhasil mengkhatamkan al-Qur’an bin nadhor. Kemudian beliau melanjutkan belajar ilmu agama di madrasah diniyah asuhan KH. Nawawi Abdul Azis, kiai asal Kutoarjo yang kemudian menjadi pengasuh Pondok Pesantren Ngrukem Bantul. Dua tahun lamanya, Kiai Maftuh menimba ilmu di madrasah ini. Diantara kitab-kitab yang dipelajari seperti al-ajurumiyah, al-Imrithi, al-Amtsilah al-Tashrifiyah, Hidayah al-Shibyan, Tuhfah al-Athfal, khat, dan lain-lain. Berikutnya, ketika Kiai Nawawi, guru Kiai Maftuh ini pindah ke Pesantren Krapyak Yogyakarta , tak lama kemudian Kiai Maftuh mengikuti jejak gurunya. Usia Kiai Maftuh ketika itu 14 tahun.

Di Pesantren Krapyak, Kiai Maftuh belajar selama lima tahun. Setahun awal di pesantren ini, beliau mengikuti madrasah. Kemudian, Kiai Maftuh memilih untuk menghafal al-Quran kepada Kiai Ahmad Munawwir putra dari Kiai Munawwir Krapyak dari istrinya yang kelima, Nyai Khadijah. Dan memang, Pesantren Krapyak lebih dikenal sebagai tempat untuk menghafal kitab suci umat Islam. Kiai Maftuh berhasil mengkhatamkan al-Quran bil-ghaib saat berusia 17 tahun, dengan kurun waktu dua setengah tahun. Beliau juga belajar kepada KH. Ali Maksum, seorang kiai yang pernah dipercaya menjadi Rais ‘Aam Syuriyah PBNU 1981-1984.

Kemudian Kiai Ahmad Munawwir menganjurkan dan mengantarkan Kiai Maftuh untuk melanjutkan pengembaraan ilmunya ke Pesantren Lirboyo yang saat itu diasuh oleh KH. Marzuqi Dahlan dan KH. Mahrus Ali. Lima tahun lamanya (1966-1971) Kiai Maftuh nyantri di Pesantren Lirboyo. Beliau menamatkan madrasah di tingkat ibtidaiyah dan tsanawiyah. Berikutnya Kiai Maftuh meneruskan belajarnya ke Pesantren Sarang, Rembang. Tiga tahun lamanya beliau nyantri di Sarang (1971-1974). Dari petualangan ilmunya ini, beliau akhirnya berlabuh di Lirboyo menjadi menantu Kiai Marzuqi Dahlan. Dari pernikahannya ini, dengan Nyai Hj. Khotimatul Khoir dikarunia empat orang anak, Hunainiyah Maryam, Khotibul Umam, Labibus Sa’id dan Mu’tasim Billah.

Guru-guru Kiai Maftuh, selain para kiai yang pesantrennya menjadi tempat beliau belajar, juga ada nama-nama lainnya. Diantaranya, KH. Abdul Hamid Pasuruan dan KH. Hamim Thohari Djazuli (Gus Miek Ploso).

Kiai Maftuh juga dikenal sebagai qari’ dalam semaan al-Quran “Jantiko Mantab” untuk daerah Kediri dan sekitarnya. Beliau juga menjadi pengamal wirid Dzikrul Ghofilin-nya Gus Miek, sehingga tidak heran kalau beliau menulis biografi dan karomah singkat para wali yang disebutkan dalam wirid itu.

Kiai Maftuh memperdalam qira’at sab’ah justru setelah menetap di Lirboyo dan sudah mempunyai tiga orang anak dan murid. Akhirnya, beliau berguru lagi kepada Kiai Nawawi dengan pulang-pergi Lirboyo Kediri-Ngrukem Bantul, dua atau tiga kali tiap bulannya hingga khatam. Kiai Maftuh juga pernah tabarukan kepada KH Arwani Amin Kudus, namun hanya beberapa bulan. Sebelumnya, saat masih mondok di Krapyak, beliau diajak gurunya Kiai Ahmad Munawwir untuk sowan ke Kiai Arwani untuk mengaji Faidl al-Barakat, kitab karya Kiai Arwani.

Kiai Maftuh tampaknya menyadari bahwa Pesantren Lirboyo membutuhkan sosok seperti dirinya. Maka, menantu Kiai Marzuqi ini segera mengembangkan pengajaran al-Quran di Lirboyo. Awalnya Kiai Maftuh hanya mengadakan pengajian al-Quran dengan sistem sorogan, yakni setiap santri maju satu per satu untuk membaca al-Quran dihadapan beliau. Dan kegiatan ini mendapat sambutan antusiasme dari para santri. Hari demi hari, para muridnya terus bertambah. Maka, pada tahun 1979 / 1980, Kiai Maftuh berserta para santrinya mendirikan lembaga pendidikan Pondok Pesantren Lirboyo yang khusus membidangi al-Quran, yang diberi nama Madrasah Murottilil Quran (MMQ) yang artinya “tempat belajar orang-orang yang membaca al-Quran secara tartil”. Pada tahun itu pula , beliau menulis kitab tajwid dengan judul  Fath al-Mannan, yang ditulis dengan aksara pegon, yakni berhuruf arab tapi menggunakan bahasa Jawa. Kitab ini mengupas seluk beluk tajwid hingga makharijul huruf, termasuk sifat-sifat huruf yang sangat penting untuk mengucapkan suatu huruf secara tepat dan benar. Kepengurusan MMQ sendiri mulai dibentuk tahun 1990. Dan kuantitas siswa yang terus bertambah, perlu untuk memilah siswanya dibeberapa tingkatan. Maka dibentuklah tingkatan Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah. Kemudian sekitar tahun 1997, dibentuklah sebuah jam’iyyah sebagai media ta’aruf antar santri MMQ dan ajang pendidikan yang bersifat ekstrakurikuler.

Kedalaman ilmu dan pengalaman KH. Maftuh Basthul Birri dalam bidang al-Quran dan kitab kuning mengantarkan beliau menjadi penulis produktif dan kreatif . Diantara hasil karyanya adalah Fath al-Mannan, Standar Tajwid dan Bacaan al-Quran, Manaqib al-Auliya’ al-Khomsin, dan tulisan Kiai Maftuh yang dapat dikatakan sebagai masterpiece nya adalah Mari Memakai al-Quran Rosm ‘Utsmaniyy : Kajian Tulisan Quran dan Pembangkit Generasinya.

Kiai Maftuh menghembuskan nafas terakhir kalinya dalam usia 71 tahun, pada Rabu sore, 4 Desember 2019, innalillahi wa inna ilahi rajiun. Semoga beliau husnul khatimah dan segala dosanya diampuni oleh Allah SWT. Aamiin. (Hanif Rizal)

Hanif Rizal Hidayat

Hanif Rizal Hidayat

HanifHidayat

10

Artikel