Almunawwir.com – Membicarakan seorang tokoh yang diidolakan rasanya banyak sekali hal-hal yang ingin disampaikan. Apalagi, idolanya juga sesama perempuan, rasanya banyak sekali hal yang ingin disampaikan. Mengidolakan seseorang kerena kiprahnya yang luar biasa adalah motif yang penulis miliki.
Ibu Nyai Ida Fatimah Zainal atau akrab disapa Ibu oleh santri-santrinya adalah sosok perempuan hebat. Beliau adalah sosok Ibu, pemimpin, guru dan reformis bagi para santrinya.
Ibu Nyai Ida yang saat ini mengasuh beberapa komplek di Al Munawwir Krapyak adalah bukti melekatnya ruh kepemimpinan dalam diri beliau.
Pengalaman beliau dalam memimpin juga tidak diragukan lagi, dengan jabatan yang pernah beliau duduki sebagai ketua Muslimat NU DIY dan anggota DPRD. Sehingga tidak heran lagi jika beliau dapat menaungi sekitar tujuh komplek yang ada di Al Munawwir Krapyak. Di antaranya lima komplek putra dan dua komplek putri. Salah satunya adalah komplek R2
Komplek R2 adalah asrama putri yang santrinya juga menyandang status mahasiswa. Komplek R2 memang diinisiasi oleh beliau berkat kesadaran beliau terhadap pentingnya pendidikan pesantren bagi para mahasiswa yang belajar di perguruan tinggi di Yogyakarta. Status double yang dimiliki oleh santri R2 menuntut mereka harus lebih cakap dalam membagi waktu, pikiran dan tenaga. Demi terciptanya keseimbangan antara pembelajaran pesantren dan perguruan tinggi yang sedang mereka tempuh.
Baca Juga: Ibu Nyai Hj. Ida Fatimah Zainal: Halal Bihalal sebagai Penyempurna Ibadah
Hal tersebut selalu beliau sampaikan dan wanti-wanti pada santrinya. Tidak hanya wejangan, tetapi memang beliau telah memberi contoh pada santri-santrinya. Beliau memang sosok teladan yang pantas menjadi kiblat bagi para santri R2, karena kiprahnya yang menyeluruh dari pesantren hingga masyarakat luas
Berdirinya komplek R2 adalah buah pemikiran beliau yang sangat konstruktif. Sebuah upaya membebaskan perempuan dari jeratan-jeratan keterbatasan. Tentu hal tersebut perlu banyak disyukuri oleh santri komplek R2. Perubahan demi perubahan menuju perempuan yang potensial terus diupayakan oleh Ibu Nyai Ida melalui berbagai kegiatan untuk santri Komplek R2.
Jiwa-jiwa sebagai guru juga melekat kuat dalam diri Ibu Nyai Ida. Beliau tidak pernah capek dalam mendidik dan mengajarkan santrinya dalam berbagai hal. Jiwa ke Ibu-an beliau juga sering mewarnai hari-hari para santrinya. Potret sederhananya, beliau tidak pernah lelah mengingatkan kita rajin berjamaah, mengutamakan kerapian dan keindahan serta masih banyak hal yang lain.
Beliau adalah Ibu, guru, pemimpin dan reformis bagi santri-santrinya. Ketegasannya dalam memimpin, kesabarannya dalam mendidikan dan kiprahnya yang menyeluruh adalah hal-hal yang perlu diteladani oleh santri-santrinya. Tiga poin tersebut yang selanjutnya mampu menjadi penggerak hati bagi para santrinya untuk melakukan suatu perubahan pada berbagai hal.
Perubahan menjadi perempuan yang bisa lebih berpotensi, tetapi tidak meninggalkan kewajiban perempuan itu sendiri. Sehingga, teciptalah kesuksesan dalam berkiprah di rumah, pesantren, lingkungan sekitar, hingga masyarakat luas.
Baca Juga: Patuhi Protokol Pencegahan Covid-19 Sama Nilainya dengan Ibadah
Tentu masih banyak hal mengenai perjuangan Ibu Nyai Ida yang belum tertulis dalam tulisan ini. Semoga beliau dan keluarga selalu diberi kesehatan. Sehingga kita berkesempatan mendapatkan ilmu-ilmu dari beliau.
Semoga tulisan ini memicu lahirnya tulisan-tulisan serupa sebagai ungkapan kecintaan kepada sang guru. Sekian.
*Khoniq Nur Arifah, Santri Komplek R2
