Konbes NU 2024: Gus Yahya Ucapkan Selamat Datang di Abad Kedua NU

Konbes NU 2024: Gus Yahya Ucapkan Selamat Datang di Abad Kedua NU

Almunawwir.com-Ketua umum PBNU, KH. Yahya Cholil Staquf atau akrab disapa Gus Yahya mengawali pidatonya pada pembukaan Konferensi Besar dan Halaqah Nasional Strategi Peradaban Nahdlatul Ulama 2024 di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta dengan mengucapkan, “Selamat datang di abad ke-2 Nahdlatul Ulama.

Konbes NU 2024 resmi dibuka oleh KH. Abdul Hamid Abdul Qodir, pengasuh Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak turut memberikan sambutan dan apresiasi kepada PBNU atas kepercayaannya kepada PP. Al-Munawwir Krapyak sebagai tuan rumah Konbes NU kali ini.

“Kami mewakili keluarga pondok Al-Munawwir manghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada PBNU atas kepercayaannya menunjuk kami sebagai tuan rumah Konbes NU 2024 yang telah manambah tahadduts ni’mat kami bahwa Al-Munawwir beberapa kali dipercaya menjadi tuan rumah dalam acara-acara NU,” tuturnya.

Beliau mengatakan bahwa pondok pesantren Krapyak dalam sejarahnya telah beberapa kali mendapatkan kehormatan untuk menyelenggarakan berbagai event NU baik level lokal, nasional, bahkan internasional. Salah satunya pada tahun 1989, PP. Al-Munawwir dipercaya menjadi tuan rumah Muktamar NU yang ke-28.

Pidato Pengarahan Ketua PBNU

Dalam acara tersebut, Gus Yahya menyatakan bahwa NU memasuki masa-masa krusial pada abad kedua ini, yang sangat menentukan peran NU dalam kancah global.

“Dalam konteks sejarah yang sangat krusial, di tengah dinamika menuju perubahan dalam skala peradaban, para muassis memikirkan hal-hal raksasa yang dibutuhkan oleh umat, bukan hanya di Nusantara saja, tetapi di seluruh dunia” tegasnya.

Gus Yahya juga mengungkapkan bahwa dalam menghadapi dinamika sejarah tersebut dibutuhkan koherensi antara para pemangku agama dalam menghadapi berbagai perbedaan dalam wacana keagamaan.

“Kita tahu bahwa thabi’ah dari wacana keagamaan kita ini memang dari sononya penuh dengan ikhtilafiyah. Wajar jika di antara para ulama sering kali berbeda pandangan” ujarnya.

Oleh karena itu, menurutnya dalam menyikapi berbagai tantangan tersebut sangat dibutuhkan konsolidasi secara keseluruhan. Diperlukan satu otoritas keagamaan yang dapat mempersatukan berbagai pandangan dan membawa seluruh kekuatan jamaah dalam satu strategi bersama yang koheren, dalam rangka memberikan bimbingan yang seharusnya diberikan kepada umat.

NU Sebagai Organisasi al-Hukumah ad-Diniyah

Gus Yahya melanjutkan pidatonya dengan mengungkapkan tujuan didirikan Nahdlatul Ulama.

“NU sebetulnya didirikan sebagai jami’iyah dengan visi sebagai hukumah diniyah, bukan hanya untuk menyediakan bimbingan keagamaan saja, karena hal tersebut sudah menjadi wazhifah para ulama jauh sebelum NU didirikan,” tuturnya

Beliau menyambungkan konsep hukumah diniyah tersebut dengan fungsi hakim, yang dapat menyatukan perbedaan-perbedaan di kalangan umat. Hal ini sejalan dengan  kaidah “hukmul hakim, yarfa’ al-khilaf”. Oleh karena itu, NU hadir untuk mewujudkan fungsi tersebut, dengan tujuan menyatukan perbedaan-perbedaan yang ada sehingga negara tetap berdaulat.

Gus Yahya dalam mengakhiri pidatonya tersebut, memberikan amanat kepada seluruh pengurus NU untuk disiplin berorganisasi secara tegas dan teguh, serta sam’an wa tha’atan kepada keputusan kepemimpinan yang dapat menyelesaikan perbedaan yang muncul.

Amanat tersebut menggarisbawahi pentingnya peran NU sebagai wadah hukumah diniyah yang dapat menangani dan merespons perbedaan dengan kebijakan dan ketegasan yang diperlukan.  

Editor: Redaksi

Baca Juga:

Linda Diningsih

Linda Diningsih

Linda Diningsih

4

Artikel