Cerdasnya Sang Penipu Ketika Menghadapi Kematian: Pentingnya Memuji Kebaikan Orang Yang Sudah Meninggal

Cerdasnya Sang Penipu Ketika Menghadapi Kematian:  Pentingnya Memuji Kebaikan Orang Yang Sudah Meninggal
Gus Yunan. ilustrasi by Najilul Barokah/Q
Gus Yunan. ilustrasi by Najilul Barokah/Q

Almunawwir.com – Dalam Islam, membicarakan kebaikan orang-orang yang sudah meninggal serta tidak membicarakan kejelekannya, termasuk diantara adab yang diajarkan oleh Rasulullah Muhammad SAW kepada umatnya.

Sebagai seorang Muslim yang baik, sudah sepatutnya bagi kita untuk teguh memegang dan melaksanakan ajaran tersebut. Banyak kutipan hadis yang menjelaskannya, antara lain:

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: ذُكِرَ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَالِكٌ بِسُوءٍ فَقَالَ: لَا تَذْكُرُوا هَلْكَاكُمْ إِلَّا بخير

Dari Aisyah bahwa ada seseorang yang telah meninggal yang disebut keburukannya. Nabi bersabda: “Jangan kalian sebut orang-orang yang telah wafat di antara kalian kecuali dengan kebaikan” (H.R. Nasa’i)

عَنْ ابْنِ عُمَرَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: اذْكُرُوا محاسن مَوْتَاكُمْ، وَكُفُّوا عَنْ مَسَاوِئِهِمْ

Dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda: “Sebutlah kebaikan orang-orang yang telah wafat di antara kalian dan cegahlah untuk menyebut keburukan mereka” (H.R. Tirmidzi)

عن مُجاهدٍ قال: قالت عائشةُ: ما فَعَلَ يَزِيدُ بنُ قيسٍ عليهِ لَعْنَةُ اللَّـهِ؟ قالُوا: قَدْ مَاتَ، قالت: فأَسْتَغْفِرُ اللَّـهَ، فقالوا لَهَا: ما لَكِ لعَنْتِيه، ثم قلتِ: أَسْتَغْفِرُ اللَّـهَ؟
قالتْ: إنَّ رسولَ اللَّـهِ قال: لا تَسُبُّوا الأمواتَ، فإنَّهم أَفْضَوْا إلى ما قَدَّمُوا

Dari Mujahid bahwa Aisyah berkata: “Apa yang dilakukan Yazid bin Qais -semoga Allah menjauhkan rahmat darinya- ?” Mereka berkata bahwa ia telah meninggal. Aisyah berkata: “Aku meminta ampunan kepada Allah”. Mereka bertanya: “Mengapa engkau melaknatnya kemudian meminta ampunan kepada Allah?” Aisyah berkata bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kalian mencaci maki orang yang telah meninggal. Sebab mereka sudah selesai dengan amal mereka” (H.R. Ibnu Hibban).

Baca Juga: Pelajaran di Balik Kisah Wafatnya Nabi Adam ‘Alaihi aS-Salam

Dalam kitab ushfuriyyah, Syekh Abu Bakar menceritakan kisah seorang penipu (si thorror) yang cerdas. Saking terkenalnya, ia dikenal dengan julukan “Fulan sang penipu”. Modus penipuannya adalah dengan mengaku dekat dan pernah akrab terhadap calon korbannya. Terkadang ia mengaku sebagai teman lama yang terlupakan, pernah pula ia mengaku sebagai anak dari teman orangtua mereka.

Suatu ketika ia masuk ke dalam pasar dan mencari target korban penipuannya. Tak lama kemudian ia bertemu dengan seorang laki-laki desa yang kelihatan lugu. Si penipu (thorror) pura-pura akrab dengan memberinya salam dan menjabat tangannya.

“Kamu adalah teman ayahku. Aku ingin mentraktirmu hari ini,” kata si penipu.

“Aku tidak mengenalmu dan juga tidak mengenal ayahmu, “ jawab si lelaki desa.

“Kamu itu sebenarnya teman ayahku. Barangkali kamu sudah lupa, tetapi aku tidak lupa. Oleh karena itu, aku ingin mentraktirmu hari ini, lillaahi Ta’ala, “ kata si penipu.

Dengan sok akrab ia mengajak korbannya makan di rumah makan, sembari memesan kepala kambing, roti, dan beberapa makanan lainnya. Kebiasaan di daerah itu adalah seorang pembeli akan membayar setelah selesai makan.

Setelah tinggal beberapa suapan, si penipu akan pergi dengan alasan buang air atau keperluan lainnya. Si penipu itu tak akan kembali lagi, dan bisa dipastikan sang korbanlah yang harus membayar makanan mereka berdua.

“Bayar dulu, jangan pergi!!,” kata pemilik warung makan.

“Saya ditraktir orang tadi, pak, “ jawab si lelaki desa.

“Aku tidak mau tahu siapa yang mentraktir dan siapa yang ditraktir. Pokoknya makanan yang kalian beli harus dibayar, “ kata pemilik warung makan.

Modus penipuan seperti ini sering ia lakukan berulang kali sepanjang hidup.

Baca Juga: Berharganya Nilai Sehelai “Uban” dan Adab kepada Orang yang Lebih Tua

Ketika si penipu jatuh sakit dan merasa ajalnya kian dekat, si penipu menyewa dua orang. Masing-masing diberi upah sebesar satu dinar. Kemudian ia berkata kepada mereka berdua, “Kalau nanti aku telah mati, kalian harus mengiringi jenazahku dan terus katakan kalau jenazah ini adalah orang yang sholih dan baik. Kalian harus terus-menerus katakan seperti itu sampai aku selesai dikuburkan.”

Ketika si penipu benar-benar telah meninggal, dua orang yang disewa itu mengiringi jenazahnya sambil terus berkata : “sebaik-baik orang adalah orang ini. Ia adalah orang yang shalih dan baik”. Kedua orang itu terus mengatakannya hingga orang-orang selesai mengubur jenazah si penipu.

Apa yang kemudian terjadi?

Tidak berselang lama, dua Malaikat (Munkar-Nakir) masuk ke dalam kuburan si penipu untuk memberi pertanyaan kubur.

Tiba-tiba terdengar seruan : “Hai dua Malaikat!! Tinggalkan hamba-Ku yang kalian datangi itu. Sesungguhnya hamba-Ku itu hidup dengan cara menipu dan matipun ia juga masih menipu!”

TERNYATA ALLAH MENGAMPUNI SI PENIPU KARENA KESAKSIAN DUA ORANG SEWAAN INI.

 

*Catatan :

  1. Dari sisi hadis memang hadisnya dlaif, namun hadis dlaif bisa diamalkan untuk amaliah non akidah.
  2. Kok enak banget ya? Jangan pernah sekali-kali mempertanyaan sifat “Maha Adil-Nya sang Khaliq”
  3. Pada akhirnya, memang surga dan neraka hanya milik Allah.
  4. Ayo temans, buka referensi, ada rahasia apa di balik kisah ini?
  5. Jangan lupa, tebarkan kisah kebaikan orang-orang yang sudah meninggal, tutup serapat mungkin kejelekannya.

 

Ust. Muhammad Yunan Roniardian, M.Sc

Ust. Muhammad Yunan Roniardian, M.Sc

Ust.M.Sc

23

Artikel