Refleksi Kemerdekaan; “Merah Putih Darah Santri”

Refleksi Kemerdekaan; “Merah Putih Darah Santri”

“Indonesia tidak hanya dibangun dengan senjata, darah dan air mata, tapi juga berdiri karena keikhlasan dan perjuangan para santri yang berdarah merah putih”


Oleh : Irfan Asyhari

Jiwa Semangat NKRI Santri yang masih menganga dalam api pesantren, semangatnya yang tiada henti mengkaji segala ilmu tuk bekal ukhrowi, meskipun terkadang realitas tak seakrab dengan hati, namun berkat cinta seorang santri, NKRI selalu dihati.

Public Figur Pesantren adalah Kiai, dimana ketika kiai memberikan Wejangan, maka petuah tersebut yang harus dilaksanakan oleh santri. Kiai merupakan figur yang berwibawa dan berkharismatik karena ilmu yang dimilikinya. Para santripun “manut, tunduk dan patuh dengan (ngendikanipun) wejangannya kiai”.

Mungkin kita pernah membaca sejarah kebangsaan dan ingat perjuangan santri dan kiai Gontor di masa kemerdekaan. Mereka berjuang mempertahankan kedaulatan negara. Lewat senjata seadanya dan kobaran api semangat yang tinggi membuktikan bahwa bagi mereka mempertahankan tanah air adalah sebuah keniscayaan.

Namun, isu yang berkembang di masyarakat belakangan ini membelot. Santri ibarat kelompok manusia yang identik dengan radikalisme dan terorisme. Pondok pesantren yang merupakan pendidikan Islam menjadi kambing hitam para pemangku kepentingan. Santri seolah dipersiapkan untuk mencetak manusia berwatak keras dan ekstrem.

Sudah masyhur bahwa kehidupan santri identik dengan etika kesopanan. Santri selalu dididik untuk selalu mengamalkan amar ma’ruf nahi mungkar (menyuruh kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran). Bahkan, nilai moral (adab) menjadi prioritas utama penentu kelulusan santri. Tidak hanya berbarometer angka-angka. Maka, sangat tidak masuk akal jika tindakan teror dan radikal disematkan di pundak santri.

Peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-72 bagi santri, merupakan bagian dari gerakan revolusi mental, agar pembangunan ini menyentuh mental, spiritual, dan keteladan kepemimpinan nasional, di tengah krisisnya moral dalam berbangsa dan bernegara. Hari kemerdekaan ini mengingatkan kita akan perjuangan para ulama dan kiai NU dalam keikutsertaanya mengusir para penjajah, sehingga merdekalah bangsa Indonesia ini.

Sejarah Indonesia yang genuine dan authentic yang tidak terpisahkan dari episteme bangsa, di mana Indonesia tidak hanya dibangun dengan senjata, darah dan air mata, tapi juga berdiri karena keikhlasan dan perjuangan para santri yang berdarah merah putih.

Santri yang memiliki peran penting dalam rangka menjaga Religiusitas-demokratis. Suatu upaya merawat dan mempertahankan religiusitas Indonesia yang demokratis di tengah kontestasi pengaruh ideologi agama global. Ideologi yang cenderung ekstrimisme, radikalisme, fundamentalisme, dan terorisme. Mereka junjung Islam Indonesia kontemporer yang demokratis, progresif, moderat, toleran, inklusif, apresiatif terhadap diversitas budaya dan agama, yang tidak bisa dilepaskan dari sumbangsih kaum santri.

Pesantren sebagai lembaga dakwah, lembaga pendidikan keagamaan (tafaqquh fiddin) harus terus berkontribusi dan mencetak ulama, agen perubahan sebagai garda terdepan dalam membela NKRI. Selian itu, pesantren harus aktif mempromosikan gerakan anti narkoba, anti radikalisme, gerakan santri amar ma’ruf nahi munkar.

Bersyukur menjadi santri, jangan menjadi kacang yang lupa sama kulitnya, sehingga menenggelamkan kontribusi santri dalam membela kemerdekaan lantaran sebagian kelompok Islamofobia (anti-Islam). Bangsa ini patut bangga memiliki pondok pesantren yang dapat melahirkan santri-santri bermoral, beretika, dan jiwa nasionalisme yang tinggi.

Hal ini akan lebih manis ketika sinergi itu bisa diwujudkan, maka santri akan menjadi komunitas penting yang akan mengusung dan memangku bumi pertiwi Indonesia yang sejahtera dimasa depan, kaum santri harus beperan dalam mengisi kemerdekaan bangsa ini, sehingga negeri ini benar-benar menjadi Baldatun Toyyibatun warobbun Ghofur.

baca juga : Lebih Baik Diam dan Sabar Ketika Dihadapkan dengan Berbagai Ujian Hidup

Redaksi

Redaksi

admin

502

Artikel