Pembacaan Qashidah Burdah dalam rangka memperingati acara Haul KH. Muhammad Munawwir bin Abdullah Rosyad ke-86 bertepatan pada selasa malam rabu (Selasa, 10/12/2024) dimulai ba’da isya’ hingga selesai, yang bertempat di halaman masjid Al-Munawwir Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta. Para santri dari masing-masing komplek turut serta menghadiri acara tersebut dengan antusias dan mengharapkan keluberan barokah (keberlimpahan berkah) dari beliau sang alim Jawa pertama yang menguasai qiraat sab’ah. Nuansa malam hari beriringan dengan rintik hujan pembacaan qashidah burdah penuh dengan khidmat, wujud rasa syukur dan cinta kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW bersamaan pada bentuk ta’dzim para santri kepada guru dan masyayikh pendahulu.
Qashidah Burdah adalah Obat
Majelis Qashidah Burdah salah satu majelis yang dinanti-nantikan karena akan mengobati rasa rindu kepada sang kekasih Nabi Muhammad SAW. Selain itu, Qashidah Burdah juga sering menjadi bacaan rutin di kalangan pondok pesantren dan di tengah masyarakat. Sholawat Burdah ini dikarang pada abad ke-7 H oleh ulama yang sangat tersohor alim, sufi, dan sangat mencintai Rasulullah SAW, yaitu Imam Al-Bushiri. Nama “Burdah” sendiri merujuk pada sebuah jubah atau selendang yang diberikan oleh Nabi Muhammad kepada Imam Al-Bushiri setelah beliau sembuh dari penyakit yang di deritanya.
Kecintaan Imam Al-Bushiri kepada Baginda Rasullah SAW sangat tampak dalam syair-syair Qashidah Burdah. Di dalamnya tidak hanya menjelaskan bagaimana cara meningkatkan spiritual dan moral, namun juga mengajarkan hakikat cinta yang sebenarnya kepada Rasulullah SAW. Sekaligus sebagai bentuk pengakuan bagi umat Nabi Muhammad SAW dalam hal tidak punya amalan apapun yang dapat diandalkan tanpa mendapatkan syafaatnya kelak di hari kiamat nanti.
Dalam Muqaddimah Syarhul Burdah karya Imam Al-Baijuri diceritakan, penulisan Qashidah Burdah bermula ketika Imam Al-Bushiri menderita sakit lumpuh. Beliau tidak dapat melakukan apa-apa. Akhirnya Imam Al-Bushiri mengisi kekosongan waktunya dengan menulis pujian-pujian indah tentang Nabi Muhammad SAW dengan harapan agar mendapatkan syafaat darinya.
Suatu ketika, beliau bangun dari tidurnya dalam kondisi sehat dan banyak orang menghampiri. Ternyata orang-orang tersebut ingin dibacakan syair yang berbunyi “aminn tadzakkuri jiranin”. Setelah Imam Bushiri membacakan syair tersebut, banyak masyarakat yang mengambil berkah dari sholawat tersebut. Sholawat ini juga sebagai wasilah agar diberi kesembuhan dari penyakit. Hal ini ditegaskan kembali oleh beliau bahwasannya bait yang ada dalam Qashidah ini murni untuk bertawasul kepada Rasulullah SAW.
K.H. R. Chaidar Muhaimin Afandi mengawali pembukaan acara ini dengan pembacaan tawassul kemudian dilanjutkan pembacaan Qoshidah Burdah yang dipimpin oleh vocal hadroh Al-Munawwir. Acara berlangsung begitu khidmat. Setelah itu acara dilanjutkan dengan doa yang dipimpin oleh K.H. Muhtarom Busyro.
Baca Juga: Asal Usul Jl. KH. Ali Maksum: Kilas Balik Peran KH. Muhammad Munawwir dalam Sejarah Pesantren Krapyak
Pesan KH. Fairuzi Afiq kepada Santri Krapyak
Dilanjutkan dengan Mauidhoh Hasanah disampaikan oleh K.H. Fairuzi Afiq Dalhar. Beliau dawuh bahwa kita sebagai santri jangan sampai lupa dengan niat kita mondok disini, jangan sampai lupa niatnya apa, yaitu tholabul ‘ilmi. Terkadang niat kita itu berubah-ubah, oleh karena itu niat kita harus terus kita pegang, harus terus diingat-ingat kalau kita di Krapyak ini tiada lain kecuali mencari ilmu. Karena terkadang kita sampai berubah daripada niat untuk tholabul ilmi menjadi punya niat yang berwarna-warni, bermacam-macam, dan akhirnya niat tholabul ilminya jadi hilang. Jadi mari kita niatkan kembali, kalau lupa ya diingatkan lagi, kalau kita itu niatnya mencari ilmu.
Pesan beliau yang kedua yaitu kita itu pulang ke rumah ditunggu orangtua kita, ditunggu masyarakat daerah kita, yang ditunggu adalah ilmu kita, apa yang kita peroleh dari pesantren di Krapyak ini. Oleh sebab itu, harus kita pegang niat dengan serius. Dibarengi dengan belajar yang tekun, niat harus di masukkan didalam hati. Dikarenakan يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍ yang artinya: “Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (Q.S. Al-Mujadalah ayat 11) Bahwa iapa saja yang mempunyai ilmu akan di angkat derajatnya oleh Allah, jadi jangan pesimis.
Kalau kita mencari ilmu itu jangan berpikiran bahwa mencari ilmu itu hanya instan, hanya sebentar, tidak ada orang yang hasilnya instan atau sebentar yang hasilnya bisa sesempurna daripada orang yang tulu zaman dalam mencari ilmu. Jadi mencari ilmu itu yang lama jangan terburu-buru menikah. Khidmah dahulu dengan para guru.
Pesan KH. Muhammad Munawwir
Beliau juga menyampaikan beberapa amalan dari Al-Maghfurlah K.H. Muhammad Munawwir bin Abdullah Rosyad yakni manakala beliau berkeinginan sesuatu, dan sesuatu itu adalah hal yang besar, beliau mengamalkan membaca Surat Yasin 41x dalam keadaan suci, pantatnya tidak boleh pindah atau dalam satu dudukan. Dan ketika K.H. Munawwir ketika sedang menghadapi suatu masalah yang berat beliau juga membaca sholawat nariyah 4444x. Dan ada amalan yang lebih ringan jika punya suatu keinginan atau hajat membaca Surat Al-Fatihah 11x kalau bisa ya 41x pada lafadz iyyāka na’budu wa iyyāka nasta’īn (dimantapkan niatnya) dibaca sesuai jumlah Al-Fatihah yang kita baca, semisal 11x ya 11x, semisal 41x ya 41x pada lafadz tersebut. Yang mana pada lafdz tersebut memiliki arti: “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan”.
Semoga dari acara ini, kita semua mendapatkan syafa’at Nabi Muhammad SAW dan keluberan berkah Mbah Munawwir. Aamiin