Halal Bi Halal, Tradisi Lebaran yang Hanya Ada di Indonesia

Halal Bi Halal, Tradisi Lebaran yang Hanya Ada di Indonesia

Almunawwir.com – Halal bi halal dapat dimaknai sebagai kegiatan yang dilakukan pada saat perayaan Hari Raya Idul Fitri pada bulan Syawal dengan tujuan sebagai sarana umat muslim untuk saling bermaafan dengan sesama.

Tidak hanya dengan keluarga atau kerabat dekat saja, halal bi halal juga dilakukan dengan teman, rekan kerja, tetangga dan masyarakat setempat dimana kita merayakan hari raya Idul Fitri. Halal bi halal lazimnya dilaksanakan dengan mengunjungi satu sama lain kemudian bersalaman, bermaaf-maafan, dan mengucapkan “Minal Aidin Wal Faizin”.

Ucapan “Minal Aidin Wal Faizin” sangat lazim digunakan pada saat momentum lebaran. Tidak sedikit juga yang salah kaprah mengenai arti ucapan ini sebagai ucapan permohonan maaf lahir dan batin.

Padahal sebenarnya kalimat ini merupakan penggalan dari sebuah do’a yang memiliki makna yang luar biasa. Yaitu “Semoga termasuk orang-orang yang kembali ke fitrah (suci) dan termasuk orang-orang yang merasakan kemenangan”.

Baca juga:

Ucapan “Minal Aidin Wal Faizin” baiknya disandingkan dengan awalan do’a kalimat Taqaballalhu minna wa minkum taqabbal ya karim. Kalimat tersebut menjadi sebuah doa yang apabila disambungkan menjadi kalimat utuh sebagai berikut:

Taqabbalallahu minna wa minkum taqabbal ya karim, wa ja’alanallahu wa iyyakum minal Aidin wal faizin.

Sejarah ucapan “Minal Aidin Wal Faizin” berasal dari syiir yang diucapkan oleh penyair bernama Shafiyuddin Al Huli di Andalusia.

Saat itu Al Huli sedang menyairkan tentang kisah para wanita yang hendak menyambut hari kemenangan pada saat itu. Salah satu syairnya berbunyi “Jaalna Minal Aidina Wal Faizina”.

Kemudian ucapan ini menjadi populer dan lazim diucapkan ketika hari raya Idul Fitri hampir di berbagai negara dengan mayoritas penduduk Islam.

Berbeda dengan kalimat “Minal Aidin Wal Faizin” yang populer dan dilaksanakan di berbagai negara. Tradisi halal bi halal ternyata hanya ada di Indonesia saja.

Sejarah halal bi halal yaitu diciptakan oleh Kiai Abdul Wahab Chasbullah, salah seorang tokoh kiai Nahdlatul Ulama. Bermula pada tahun 1948 dimana Indonesia sedang mengalami banyak perseteruan di antara elit politik dan pemberontakan maupun serangan dari Partai Komunis Indonesia.

Baca juga:

Pada saat itu, Kiai Wahab mengusulkan diadakannya pertemuan untuk mengumpulkan seluruh tokoh politik dalam acara silaturahmi yang bertepatan dengan hari raya yang akan datang.

Kemudian, Soekarno menyangga usulan tersebut dengan anggapan pertemuan biasa tidak akan menggugah hati para tokoh politik untuk tergerak datang di acara tersebut. Adanya sanggahan dari Soekarno membuat Kiai Wahab membuat acara silaturahmi dengan desain berbeda, yaitu dengan acara halal bi halal.

Halal bi halal dilakukan untuk memberi pengertian kepada seluruh pihak bahwa adanya perseteruan adalah hal yang salah dan haram. Karena itu, hal tersebut perlu dibenahi dan perlu dihalalkan dengan cara dibuat duduk bersama, bersalaman dan saling bermaafan.

Acara halal bi halal pada saat itu berhasil dilaksanakan dan berjalan dengan lancar. Kemudian acara ini dilaksanakan secara turun temurun oleh instansi pemerintahan Soekarno pada masa itu.

Sementara itu, dalam versi lain tradisi halal bi halal berasal dari ide KGPAA Mangkunegara I atau biasa dikenal dengan Pangeran Sambernyawa.

Baca juga:

Pada saat itu, setelah pelaksanaan shalat Idul Fitri Pangeran Sambernyawa mengajak seluruh punggawa dan prajurit kerajaan untuk melaksanakan sungkem kepada raja dan permaisuri.

Budaya sungkem yang terkenal dalam adat jawa merupakan lambang penghormatan dan permohonan maaf. Lebih utamanya yakni kepada seseorang yang lebih tua. Inilah yang kemudian menjadi cikal bakal mengapa halal bi halal hanya ada di Indonesia.

Kegiatan halal bi halal dan ucapan Minal Aidin Wal Faizin merupakan sebuah budaya yang sangat baik untuk dilanjutkan hingga masa yang akan datang untuk mempersatukan umat bahkan bangsa.

Berdasarkan sebagaimana sejarah yang telah disebutkan sebelumnya, halal bi halal pada awalnya adalah alat pemersatu umat dan  bangsa.

Dengan demikian, semua orang bisa merasakan kembali pada kesucian hati tanpa kebencian pada siapapun dan sama-sama meraih kemenangan atas ego masing-masing demi kedamaian segalanya.

Baca juga:

Syarifah Zaidah

Syarifah Zaidah

SyarifahZaidah

2

Artikel