KH. Fairuzi Afiq Dalhar: Jangan Berprasangka Buruk

KH. Fairuzi Afiq Dalhar: Jangan Berprasangka Buruk

Almunawwir.com – Setiap insan tidaklah terlepas dengan namanya kesalahan. Kesalahan merupakan anugerah dari Allah yang diciptakan kepada manusia sebagai fitrah yang melekat pada diri sendiri. Artinya kesalahan merupakan bukti bahwa kita adalah makhluk yang lemah dan perlu dibimbing.

Sebagaimana kita sering mendengar dengan istilah الاِنْسَانُ مَحَلُّ اْلخَطَأِ وَالنِّسْيَانِ (Manusia itu adalah tempat salah dan dosa). Namun dengan adanya maqolah ini bukan berarti kita justru memiliki alasan untuk berbuat salah/dosa, terlebih menganggap perbuatan dosa itu hal yang biasa.

Jangan Berprasangka Buruk

Akan tetapi, sebaiknya ini semua sebagai pengingat diri bilamana kita berbuat dosa dan sesegera mungkin untuk bertaubat kepada Allah.

كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ

Artinya : “Setiap anak Adam pasti berbuat salah dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat”. (HR Tirmidzi 2499, Shahih at-Targhib 3139).

Baca juga:

Termasuk perbuatan yang dosa adalah buruk sangka (su’u dzan). Perlu diketahui bahwa buruk sangka bukan hanya dilakukan melalui lisan saja, tetapi seseorang akan dicap berprasangka buruk bila dilakukan melalui hati.

Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw. yang berbunyi:

إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ

Artinya: “Jauhilah prasangka buruk, karena prasangka buruk adalah ucapan yang paling dusta.” (HR. Bukhari Nomor 5604).

Firman Allah dalam surat Al-Hujurat ayat 12:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.”

Pada ayat tersebut Allah menyebutkan lafal ijtanibu (jauhilah) yang mengarah untuk meninggalkan sifat berprasangka buruk atau su’u dzan. Maksud menjauhi sifat tersebut adalah jangan mendekatinya, apalagi melakukan perbuatan tersebut.

Baca juga:

Sebagai insan yang beriman, kita tidak boleh tergesa-gesa berprasangka buruk terhadap omongan yang disampaikan orang lain. Padahal sebenarnya kita masih sanggup menafsirkan omongan itu dengan penafsiran yang baik.

Apalagi isi dalam perkataan tersebut kita tidak tahu menahu bahkan tidak mengalaminya sendiri, sehingga lantas kenapa kita malah menafsirkan prasangka yang buruk?

Ini tentunya tidak lain karena syaitan telah membisikkan atau mendiktekkan kepada kita sehingga kita menafsirkan dengan penafsiran yang buruk.

Setelah kita menafsirkan dengan penafsiran yang buruk, lalu kita membangun hukum di atas penafsiran yang buruk tersebut. Kemudian kita menyangka bahwa itu adalah sebuah kenyataan ataupun kebenaran.

Oleh karena itu, Nabi telah memberikan warning kepada kita bahwa prasangka buruk adalah ucapan yang paling dusta. Terlebih dengan kondisi zaman yang serba teknologi, media sosial di dalamnya berpotensi untuk membangun prasangka-prasangka buruk kepada diri sendiri.

Bila kita tidak hati-hati mengambil sikap yang baik, maka kita akan membawa berita-berita yang negatif. Hal ini bisa terjadi di zaman sekarang dengan adanya alat elektronik, seperti hp, tv, atau lainnya.

Marilah kita semua jangan sampai mengikuti dan mempercayainya tanpa adanya filtering. Berarti kita sama saja telah menambahkan dusta kepada diri sendiri.

Maka dari itu, kita sebenarnya mampu untuk mendustakan bisikan-bisikan syaitan secara sadar, sebab manusia secara naluriyah bisa membedakan mana yang baik dan buruk.

Serta mengerti akibat dengan perbuatan buruk sangka, yaitu akan merusak hubungan pertemanan ataupun persaudaraan yang sudah terjalin secara harmonis.

* Oleh KH. Fairuzi Afiq Dalhar yang disarikan dari isi khutbah Jum’at pada 09 Desember 2022.

Baca juga:

Redaksi

Redaksi

admin

474

Artikel