Almunawwir.com-Bulan Sya’ban merupakan satu dari beberapa bulan yang memiliki keistimewaan dan begitu dimuliakan. Lebih-lebih dalam bulan ini tercatat berbagai macam sejarah yang berkaitan dengan fenomena besar bagi seluruh umat muslim di muka bumi ini. Tidak hanya umat muslim, bahkan Allah Swt. pun turut menganggap bulan Sya’ban memiliki kemuliaan yang di dalamnya terdapat keutamaan dan keistimewaan bagi setiap umat muslim yang mengharap ridho dan rahmat Allah Swt. dengan beribadah.
Salah satu kisah hikmah termaktub dalam kitab Durratun Nasihin yang menceritakan selamatnya seseorang dari siksa kubur sebab barokah bulan Sya’ban. Dikisahkan dari Syekh Muhammad bin Abddillah Az-Zahidi, beliau menceritakan bahwa teman beliau Syekh Abu Hafs Al Kabir meninggal dunia. Kemudian Syekh Muhammad bin Abdillah Az-Zahidi bertakziah serta mensalati hingga memakamkan jenazahnya.
Delapan bulan telah berlalu, tiba-tiba Syekh Muhammad berniat ingin menziarahi makam Syekh Abu Hafs Al Kabir hingga terlaksana. Beliau berkata,
“Pada suatu hari, saya bermaksud menziarahinya. Pada malam itu saya tidur dan bermimpi melihat mukanya pucat.”
Beliau mengungkapkan bahwa di tengah-tengah waktu berziarah, beliau tertidur hingga bermimpi. Dalam mimpi tersebut beliau mengucapkan salam kepada Syekh Abu Hafs. Namun tidak ada jawaban, temannya itu hanya diam tanpa menjawab salam beliau.
Pada akhirnya Syekh Muhammad bin Abdillah Az-Zahidi bertanya, “Subhanallah, mengapa engkau tidak menjawab salamku?”
Syekh Abu Hafs Al Kabir menjawab, “Menjawab salam adalah ibadah, sedangkan kami (orang-orang yang telah meninggal dunia) telah terputus dari ibadah.”
Karena rasa penasaran dalam mimpinya, Syekh Muhammad bin Abdillah Az-Zahidi bertanya lagi, “Mengapa saya melihat wajahmu berubah begitu pucat, padahal dahulu engkau memiliki wajah sangat tampan?”
Lalu Syekh Abu Hafs menjawab, “Ketika saya sudah diletakan di dalam kubur, malaikat datang lalu berdiri di atas kepalaku seraya berkata, ‘Wahai orang tua yang jahat’. Kemudian malaikat itu menyebutkan seluruh dosa dan keburukan perilaku saya, lantas saya dipukul dengan sebuah batang besi hingga jasad ini menyala menjadi api. Kemudian kubur saya berkata, “Tidak malukah engkau kepada Tuhanku?”
Lalu aku dihimpitnya dengan keras sampai hancur porak poranda tulang rusukku dan putuslah seluruh persemdianku. Demikianlah keadaanku terus tersiksa, sampai akhirnya tiba suatu malam di mana hilal bulan Sya’ban tampak terbit.
Baca Juga:
Tiba-tiba ada yang berseru dari arah atas, seraya berkata, “Hai malaikat, lepaskanlah dia, sesungguhnya dia pernah menghidupkan malam bulan Sya’ban semasa hidupnya dan dia berpuasa satu hari di antara hari-hari bulan itu,” Kemudian Allah SWT melepaskan siksaan itu dariku berkat kehormatan shalat pada malam bulan Sya’ban dan puasa sehari di dalamnya. Dan Dia (Allah SWT) memberi kabar gembira kepadaku dengan memperoleh surga dan rahmatNya.”
Hikmah yang dapat diambil dari hikayat di atas mengajarkan kita sebagai umat muslim untuk berupaya memuliakan Bulan Sya’ban.
Bulan Sya’ban merupakan salah satu bulan yang memiliki kemuliaan, jika dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya seperti keutamaan Nabi Muhammad Saw. yang dibandingkan dengan nabi dan rasul lainnya. Sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah Saw. dalam salah satu hadist beliau,
فَضْلُ شَعبَانَ على سَائِرِ الشُهورِ كَفَضلِى على سَائِرِ الْاَنبِيَاءِ، وَفَضْلُ رَمَضَانَ عَلى سَائِرِ الشُهورِ كَفَضلِ اللّه تَعالى عِبَادِهِ
“Keutamaan Bulan Sya’ban melebihi bulan-bulan lainnya, seperti keutamaanku melebihi para nabi lainnya. Sedangkan keutamaan Bulan Ramadhan melebihi bulan-bulan lainnya, seperti keutamaan Allah SWT melebihi semua hamba-hambanya.”
Siapapun umat muslim yang mau memuliakan bulan Sya’ban atau lebih tepatnya Malam Nifu Sya’ban dengan melakukan shalat, berpuasa sehari, dan memperbanyak dzikir atau doa dengan niat memperoleh ridho, rahmat dan ampunan dari Allah Swt. maka pastilah niat tersebut dibalas oleh Allah Swt. seperti yang termuat dalam salah satu hadits, Rasulallah SAW bersabda,
مَنْ اَحْيَا لَيْلَةَ الْعِيْدَيْنِ وَلَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، لَمْ يَمُتْ قَلْبُهُ حِيْنَ تَمُوْتُ الْقُلُوْبُ
“Barangsiapa menghidupkan malam dua hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha) dan malam pertengahan bulan Sya’ban/ Malam Nisfu Sya’ban (dengan ibadah), maka hatinya tidak akan mati pada saat hati orang-orang lain mati”. (Zahratur Riyadh)
Shalat sunnah dan memperbanyak shalawat dalam bulan Sya’ban merupakan amalan yang akan Allah catat dengan memerintahkan malaikat untuk menyelam di dalam ma’ul hayat (air kehidupan). Malaikat akan menyelam ke dalam ma’ul hayat kemudain keluar sembari mengepak-ngepakkan kedua sayapnya dan tetesan dari setiap air yang ada di bulunya, Allah Swt. jadikan malaikat yang akan memohonkan ampunan bagi hamba yang melaksanakan shalat sunnah sampai hari kiamat.
Seperti yang diriwayatkan oleh Shabat Anas bin Malik RA, Rasulullah Saw. mengisahkan, “Sesungguhnya Allah Swt. menciptakan lautan dari cahaya di bawah Arsy. Kemudian Dia ciptakan malaikat yang memiliki sepasang sayap. Salah satu di antara sayapnya ada di sebelah timur, sedang yang lainnya ada di barat. Apabila seorang hamba bershalawat untukku pada bulan Sya’ban, maka Allah SWT menyuruh malaikat supaya menyelam ke dalam ma’ul hayah (air kehidupan). Malaikat pun menyelam, kemudian keluar lagi sembari mengibaskan sayap-sayapnya, lantas menitiklah dari setiap bulunya banyak tetesan. Kemudian Allah menciptakan dari tiap-tiap tetesan memohonkan ampunan bagi hamba tersebut sampai hari kiamat.” (Zubadul Wa’izhin)
Semoga kita senantiasa dijadikan umat yang selalu beruntung dan diberikan keitiqomahan untuk melaksanakan amal-amal shaleh dengan ikhlas.
Baca Juga:
Referensi: Kitab Durratun Nasihin karya Syekh Usman bin Hasan Ahmad Asy-Syakiri Al-Khubawi
Editor: Manazila Ruhma