Sekilas Hingar-Bingar Pemilu 2024
Pemilihan umum (pemilu) 2024 telah diselesaikan sejak minggu lalu. Beberapa hari terakhir kanal berita dipenuhi rekapitulasi hasil penghitungan suara dari beberapa daerah, yang rencananya akan diselesaikan tanggal 20 Februari 2024.
Dapat kita lihat bahwa tensi politik di negeri ini sudah agak mereda, pendukung masing-masing paslon telah menyudahi keriuhan adu argumen politik di berbagai platform. Beberapa saat lagi, kita akan disuguhi hasil pencoblosan kita di bilik suara yang akan menentukan arah negeri ini 5 tahun ke depan.
Sudah maklum bahwasanya politik – dengan segala hiruk pikuknya – selalu membawa keramaian dan perang gagasan. Musim pemilu berarti setiap orang akan ‘melawan’ orang lain yang membawa gagasan dan ide lain, berikut intrik-intriknya.
Baca Juga:
Baik itu sebagai caleg partai tertentu, tim sukses, pendukung penggembira dan presiden serta wakilnya sebagai pucuk pimpinan negeri ini. Kondisi semacam ini sangat berpotensi menggiring masyarakat menuju perpecahan apabila tidak disikapi dengan baik.
Dalam politik, terdapat term abadi yang amat popular. “Tidak ada kawan maupun lawan, yang ada hanyalah kepentingan”, merupakan ungkapan yang menurut penulis sangat cocok untuk mendeskripsikan dunia politik. Tak ayal kita kerap menyaksikan memanasnya tensi politik yang berujung kepada tindakan- tindakan kriminal dan merugikan, seperti kericuhan, suap-menyuap bahkan menyakiti sesama. Kejadian semacam ini bisa dicegah apabila kita memiliki kedewasaan dalam berpolitik.
Konsep Politik Pemerintahan dalam Islam
Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa Islam mengajarkan penganutnya untuk mengambil sikap taat dan patuh terhadap pemimpin yang sah. Seperti dalam ayat berikut :
…يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَأَطِيعُوا۟ ٱلرَّسُولَ وَأُو۟لِى ٱلْأَمْرِ مِنكُمْ
Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan ulil amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu.. (QS. An-Nisa’ 4: Ayat 59).
Dari ayat diatas dapat dipahami bahwa barangsiapa yang pemberontakan terhadap pemerintahan yang sah tidaklah dianjurkan, selama pemerintah terkait tidak memberlakukan kebijakan yang mengarah kepada perbuatan maksiyat. Perselisihan dalam politik hendaknya diselesaikan dengan kepala dingin agar tidak menimbulkan apalagi pertumpahan darah.
Secuil Sejarah Politik Islam
dengan sejarah politik islam yang panjang, terdapat pelajaran yang dapat diambil. Di antaranya adalah momen pengangkatan Abu Bakar RA sebagai khalifah pertama sesuai wafatnya Rasulullah Saw. Seperti yang jamak diketahui, Abu Bakar RA dipilih melalui jalur demokrasi karena Nabi Muhammad Saw tidak menunjukseorangpun sebagai penggantinya.
Prosesi ini berjalan lumayan alot, karena para sahabat memiliki waktu yang terbatas dalam menentukan pemimpin mereka pasca wafatnya Rasulullah Saw. Saking paniknya, Rasulullah Saw tak segera dimakamkan setelah wafat karena kondisi yang begitu carut marut.
Setelah proses diskusi yang panjang antara kaum muhajirin dan ansor, akhirnya mereka sepakat mengangkat Abu Bakar As-Shiddiq menjadi khalifah. Padahal sebelumnya, kaum muhajirin dan ansor sempat mengusulkan dualisme kepemimpinan dengan Sa’ad bin Ubadah sebagai perwakilan mereka.
Kaum muhajirin dan ansor pun dengan rela membaiat dan menaati Abu Bakar selaku pemerintahan yang sah, meskipun tidak sesuai dengan konsep yang merekaa usulkan di awal. Disamping itu, Abu Bakar berpidato di hari pembaiatannya di muka umum dengan bijak, alih-alih menyombongkan diri sebagai penguasa, beliau meminta kerjasama dan kritik dari segenap kaum muslimin dalam menjalankan pemerintahannya.
Nilai Penting dalam Sebuah Pemilu
Peristiwa ini menunjukkan kepada kita bahwa peralihan kepemimpinan dan hubungan dengan penguasa bisa berjalan dengan baik dan dewasa asal ada kerjasama dari berbagai pihak. Penguasa yang terpilih tidak menyombongkan diri dan berbuat semena-mena serta antikritik, sedangkan pihak yang kalah menerima dengan lapang dada dan turut bekerjasama dalam menjalankan berbagai keputusan pemerintahan yang sah.
Selain itu, kritik juga dibutuhkan dalam rangka menyeimbangkan neraca demokraasi dan mengawal kebijakan yang sudah dikampanyekan. Apalgi pemilu kali ini dilaksanakan di bulan sya’ban, bulan di mana umat islam diangkat dan ‘dilaporkan’ kepada Allah SWT.
editor: Manazila Ruhma