Tafsir Q.S. Al-An’am[6] ayat 99: Keagungan Ilahi dalam Penciptaan Tumbuhan
![Tafsir Q.S. Al-An’am[6] ayat 99: Keagungan Ilahi dalam Penciptaan Tumbuhan](https://cdn.almunawwir.com/2025/02/b.jpg.webp)
وَهُوَ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءًۚ فَاَخْرَجْنَا بِهٖ نَبَاتَ كُلِّ شَيْءٍ فَاَخْرَجْنَا مِنْهُ خَضِرًا نُّخْرِجُ مِنْهُ حَبًّا مُّتَرَاكِبًاۚ وَمِنَ النَّخْلِ مِنْ طَلْعِهَا قِنْوَانٌ دَانِيَةٌ وَّجَنّٰتٍ مِّنْ اَعْنَابٍ وَّالزَّيْتُوْنَ وَالرُّمَّانَ مُشْتَبِهًا وَّغَيْرَ مُتَشَابِهٍۗ اُنْظُرُوْٓا اِلٰى ثَمَرِهٖٓ اِذَٓا اَثْمَرَ وَيَنْعِهٖ ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكُمْ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَ
Dialah yang menurunkan air dari langit lalu dengannya Kami menumbuhkan segala macam tumbuhan. Maka, darinya Kami mengeluarkan tanaman yang menghijau. Darinya Kami mengeluarkan butir yang bertumpuk (banyak). Dari mayang kurma (mengurai) tangkai-tangkai yang menjuntai. (Kami menumbuhkan) kebun-kebun anggur. (Kami menumbuhkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya pada waktu berbuah dan menjadi masak. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang beriman. (Q.S. Al-An’am[6]:99)
Al-Qur’an, kitab suci yang penuh hikmah, menggambarkan hujan sebagai titisan rahmat dan kasih sayang Allah. Seperti air yang menyirami kekeringan, hujan membawa nikmat kehidupan ke setiap serpihan dunia. Abu Suud dalam Irsyad Aql as-Salim mengatakan bahwa hujan beserta efek setelahnya sebagai tanda kebesaran, menunjukkan keunikan Tuhan Yang Maha Tinggi dalam ketuhanan-Nya, karena melibatkan-Nya dengan keutamaan pengetahuan, kekuatan, dan kebijaksanaan yang sempurna.
Dalam tafsir Al-Muntakhab menjelaskan bahwa ayat Al-Qur’an tentang tumbuhan menggambarkan proses pertumbuhan buah secara detail, mulai dari tahap awal hingga matang. Buah yang matang mengandung berbagai nutrisi penting seperti gula, protein, dan lemak. Proses pembentukan nutrisi ini terjadi berkat bantuan sinar matahari yang diserap oleh klorofil pada daun. Daun berperan seperti pabrik yang mengolah nutrisi tersebut untuk kemudian didistribusikan ke seluruh bagian tumbuhan, termasuk buah dan biji. Selain itu, ayat ini juga menjelaskan pentingnya air hujan dan sinar matahari bagi kehidupan di bumi. Air hujan menyediakan air bersih bagi tanah, sedangkan sinar matahari merupakan sumber energi utama. Tumbuhan memiliki kemampuan unik untuk menyerap sinar matahari melalui klorofil dan mengubahnya menjadi makanan. Makanan inilah yang kemudian menjadi sumber energi bagi manusia dan hewan.
Ibn Asyur dalam tafsirnya, al-Tahrir wa al-Tanwir, menjelaskan kata ‘النبات’ (an-nabāt) adalah istilah untuk segala sesuatu yang tumbuh, berasal dari kata kerja ‘نبت’ (nabata) yang berarti “tumbuh.” Awalnya digunakan secara metaforis (majaz), kemudian menjadi istilah umum yang mencakup berbagai jenis tumbuhan. Dalam konteks ayat Al-Qur’an, kata ‘شيء’ (syai’) merujuk pada berbagai jenis tumbuhan, seperti زرع (tanaman pertanian) dengan batang lunak seperti tebu, شجر (pohon) dengan batang keras seperti kurma dan anggur, serta نجْم dan أبّ (tanaman merambat dan rumput) yang tumbuh di permukaan tanah. Semua jenis tumbuhan ini, meskipun berbeda sifat, buah, rasa, dan karakteristiknya, tumbuh dari sumber yang sama, yakni air hujan.
” فَاَخْرَجْنَا مِنْهُ خَضِرًا ” menjelaskan lebih rinci kalimat sebelumnya. Kata خضر (hijau) merujuk pada tumbuhan berwarna hijau atau yang basah seperti rumput dan batang tanaman. Hadis yang menyebut tumbuhan hijau di musim semi menegaskan relevansi konteks ini, di mana tumbuhan hijau memiliki manfaat besar namun juga berpotensi merusak tumbuhan lain. selanjutnya نُّخْرِجُ مِنْهُ حَبًّا مُّتَرَاكِبًا “Kami keluarkan daripadanya biji-bijian yang bertumpuk,” yang menggambarkan hasil tumbuhan seperti hab (biji) berupa gandum dan barley. Istilah mutaraakib (bertumpuk) menunjukkan keteraturan biji-bijian yang menempel dalam satu tangkai, seperti gandum, menonjolkan keindahan ciptaan Allah.
اُنْظُرُوْٓا اِلٰى ثَمَرِهٖٓ اِذَٓا اَثْمَرَ وَيَنْعِهٖ (Perhatikanlah buahnya pada waktu berbuah dan menjadi masak) bahwa kalimat ini menginspirasi perkembangan ilmu botani. Kalimat ini mendorong untuk melakukan pengamatan secara detail terhadap bentuk dan perubahan seluruh bagian tumbuhan pada setiap tahap pertumbuhannya. Demikian keterangan tafsir al-Misbah yang menukil tafsir Al-Muntakhab.
Menurut Abu Hayyan dalam tafsirnya, Al-Bahr Al-Muhith, isyarat dalam ayat ini merujuk kepada seluruh hal yang telah disebutkan sebelumnya, mulai dari pembelahan biji dan inti hingga akhir penciptaan Allah Ta’ala dan nikmat yang Dia karuniakan. Ayat-ayat tersebut merupakan tanda-tanda yang menunjukkan kesempurnaan kekuasaan-Nya, ketelitian ciptaan-Nya, dan keesaan-Nya dalam mencipta tanpa tandingan. Namun, kemunculan ayat-ayat ini tidak memberikan manfaat kecuali kepada orang yang telah Allah tetapkan keimanannya. Adapun orang yang telah ditetapkan dalam takdir-Nya untuk tetap kafir, tidak akan mengambil manfaat dari ayat-ayat ini.
Urutan penyebutan beberapa jenis tumbuhan dan buah, seperti kurma, anggur, zaitun, dan delima menurut ar-Razi dalam tafsir Mafatih al-Ghaib, sangat bermakna. Tumbuhan disebutkan dulu karena mereka adalah sumber makanan utama. Buah-buahan, sebagai hasil dari tumbuhan, disebutkan setelahnya. Kurma disebut pertama karena sangat penting bagi masyarakat Arab saat itu, bahkan bisa menjadi makanan pokok. Anggur, zaitun, dan delima juga disebutkan karena memiliki banyak manfaat dan keistimewaan.
اِنَّ فِيْ ذٰلِكُمْ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَ (Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang beriman). Menurut Al-Qadhi yang dinukil ar-Razi dalam Mafatih al-Ghaib, yang dimaksud adalah bagi orang yang mencari keimanan kepada Allah Ta’ala, karena ini merupakan tanda (ayat) bagi orang yang beriman maupun bagi orang yang tidak beriman. Namun, kemungkinan tujuan dari pengkhususan penyebutan kaum Mukmin adalah karena mereka pihak yang mengambil manfaat darinya, sementara yang lain tidak, dalam hal ini sesuai dengan penafsiran akhir Q.S. Al-Baqarah[2]:2 هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَ “(ia merupakan) petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa” oleh ar-Razi akhir ayat tersebut ditafsiri dengan “ini menunjukkan bahwa orang-orang yang bertakwa adalah seluruh manusia. Barang siapa yang tidak bertakwa, seakan-akan dia bukan manusia”.
Generalisasi ini menunjukkan bahwa masing-masing jenis memiliki sifat, buah, karakteristik, dan rasa yang berbeda, meskipun semuanya tumbuh dari sumber yang sama, yaitu air hujan. Hal ini merupakan tanda kebesaran Allah, sebagaimana firman-Nya dalam Ar-Ra’d ayat 4;
وَفِى الْاَرْضِ قِطَعٌ مُّتَجٰوِرٰتٌ وَّجَنّٰتٌ مِّنْ اَعْنَابٍ وَّزَرْعٌ وَّنَخِيْلٌ صِنْوَانٌ وَّغَيْرُ صِنْوَانٍ يُّسْقٰى بِمَاۤءٍ وَّاحِدٍۙ وَّنُفَضِّلُ بَعْضَهَا عَلٰى بَعْضٍ فِى الْاُكُلِۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّعْقِلُوْنَ
Di bumi terdapat bagian-bagian yang berdampingan, kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman, dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang. (Semua) disirami dengan air yang sama, tetapi Kami melebihkan tanaman yang satu atas yang lainnya dalam hal rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar (terdapat) tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang mengerti.
Betapa agung kekuasaan-Nya dan betapa menakjubkan ciptaan-Nya! Semoga Allah membuka hati kita untuk memahami tanda-tanda kekuasaan-Nya, menjadikan kita termasuk golongan yang beriman, dan memberikan keberkahan serta bisa mengambil manfaat dari ayat-ayat-Nya. wallahu a’lam
Penulis : Muhammad Nahjul Fikri (Penikmat kajian ayat-ayat Ilahi)
Baca Juga:
