Manifestasi Generasi Qur’ani Masa Kini Melalui Keteladanan Kiai Munawwir

Manifestasi Generasi Qur’ani Masa Kini Melalui Keteladanan Kiai Munawwir

Almunawwir.com – Krapyak merupakan salah satu tempat istimewa di Yogyakarta. Tempat yang terkenal erat akan dunia kepesantrenan Qur’ani. Salah satu Pondok Pesantren tertua di Krapyak ialah Pondok Pesantren Al-Munawwir yang didirikan pada 15 November 1911 M.

Keberadaan Ponpes berbasis pengkajian ilmu Al-Qur’an ini masih eksis dan terus berkembang hingga saat ini. Seiring berjalannya waktu, sistem pembelajaran di Pondok Pesantren Al-Munawwir kian berkembang. Kurikulumnya tidak hanya berfokus pada ilmu Al-Qur’an semata namun juga meluas ke berbagai bidang ilmu lainnya, khususnya kitab-kitab kuning (kutub al-salaf al-salih).

Metode pembelejarannya pun memakai sistem yang terstruktur hingga tercipta berbagai lembaga pendidikan, di antaranya:  (1) Madrasah Salafiyah (I, II, III, IV, V); (2) Ma’had al-‘Aly, Madrasah Diniyah; (3) Madrasah Huffadzh (I, II); (4) SMK Al-Munawwir; (5) Majelis Ta’lim; dan (6) Majelis Masyayikh.

Qur'ani
Sumber Gambar: wallpaperaccess.com

Baca juga: Komitmen Kiai Munawwir Belajar Qira’ah Sab’ah: Pembelajar Sejati

Pendiri sekaligus pengasuh pertama Pondok Pesantren Al-Munawwir ialah KH. Muhammad Munawwir bin Abdillah Rosyad (1870-1941). Beliau merupakan putra dari pasangan KH. Abdullah Rosyad bin KH. Hasan Bashri dengan Nyai Khadijah.

Kakek beliau, KH. Hasan Bashri merupakan ajudan Pangeran Diponegoro yang memiliki keinginan untuk menghafalkan Al-Qur’an. Namun Allah belum mengizinkannya, hingga keinginannya tersebut Allah kabulkan kepada keturunannya yang tidak lain ialah KH. Muhammad Munawwir bin Abdullah Rosyad.

Beliau tercatat sebagai ulama pertama Jawa yang berhasil mengkhatamkan Al-Qur’an sekaligus qira’ah sab’ah. Perjalanan mengkhataman Al-Qur’an dan qira’ah sab’ah tentu tidaklah mudah, ikhtiar, tirakat, serta riyadhah seakan mengiringi proses Mbah Munawwir dalam mendalami ilmu Al-Qur’an hingga mengkhatamkan Al-Qur’an beserta qiroah sab’ah-nya. 

Tekun Menimba Ilmu Sejak Kecil

Berdasarkan riwayat, masa kanak-kanak KH. Munawwir dititipkan oleh orang tuanya ke Pondok Pesantren di Bangkalan asuhan KH. Maksum. Disanalah potensi menguasai ilmu Al-Qur’an Mbah Munawwir diasah. Ketekunan dan keseriusan Mbah Munawwir tampak pada ikhtiar beliau selama tholabul ilmi diiringi dengan tirakat dan riyadhah secara teratur dan tertib. Hingga kemudian beliau mampu mengkhatamkan Al-Qur’an beserta qiroat sab’ah-nya

Hal ini merupakan manifestasi dari salah satu hadis Nabi Muhammad:

اُطْلُبُوْا اْلعِلْمَ مِنَ اْلمَهْدِ اِلَى الَّلحْدِ

“Tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahat”

Ketekunan Mbah Munawwir dalam menuntut ilmu sejak kecil seyogyanya dimanifestasikan oleh para santri khususnya generasi penerus qur’ani. Dengan demikian, para santri mampu mengamalkan hadis Nabi terkait anjuran menuntut ilmu sejak kecil.

Mengeksplor Ilmu dari Berbagai Guru

Semasa menimba ilmu, Mbah Munawwir tidak hanya berguru pada satu guru melainkan dari berbagai guru seperti KH. Abdullah dari Bantul, KH. Kholil dari Bangkalan Madura, KH. Sholeh dari Darat Semarang, dan KH. Abdur Rahman dari Watucongol Muntilan Magelang.

Mbah Munawwir juga belajar ilmu agama di Mekah selama 16 tahun. Kemudian dilanjutkan ke Madinah selama kurang lebih 5 tahun dan kembali ke tanah air pada tahun 1911 dengan mendapat ijazah sebagai pengajar tahfidz Al-Qur’an.

Selama belajar di dua kota suci  tersebut (selama 21 tahun) beliau menekuni dan mendalami  ilmu Al-Qur’an dan Tafsir. Serta ilmu qiraah sab’ah dari berbagai Syekh. Beberapa syekh yang telah mewariskan ilmunya kepada Mbah Munawwir di antaranya: Syekh Abdullah dari Singapura, Syekh Syarbini, Syekh Muqri, Syekh Ibrahim Huzaimi, Syekh Manshur, Syekh Abd. Syakur, serta Syekh Musthafa. 

Keberhasilan beliau tersebut mengantarkannya hingga mendapat julukan sebagai alim Jawa pertama yang berhasil menguasai qiraah sab’ah. Ilmu qiraah sab’ah diperoleh Mbah Munawwir ketika ia berguru kepada Syekh Yusuf Hajar. Salah satu qiraah Imam ‘Ashim riwayat Imam Hafsh yang sanadnya bersambung kepada Nabi Muhammad Saw.

Baca juga: Di Balik Amaliyah KH. M. Munawwir: Tafsir Qawlan Tsaqīlan

Spirit ini telah diikuti oleh generasi penerus para santri masa setelahnya hingga saat ini. Hal ini penting, karena fitrah seorang manusia diberikan keistimewaan atau keahlian masing-masing. Jarang sekali ditemukan seseorang memiliki banyak keahlian di berbagai bidang yang masing-masing bidang dikuasainya secara komprehensif.

Sebagaimana firman Allah dalam QS. An-Nur (24): 45 yang artinya:

“Allah menciptakan semua jenis hewan dari air. Sebagian berjalan dengan perutnya, sebagian berjalan dengan dua kaki, dan sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Ayat tersebut memberikan pemahaman tentang cara Allah menciptakan berbagai jenis hewan dan cara bertahan hidupnya yang dilengkapi dengan organ tubuh. Perbedaan organ dari berbagai hewan tersebut merupakan bukti kekuasaan Allah bahwa setiap hewan memiliki ciri khasnya masing-masing, begitupula manusia.

Baca juga: KH. M. Munawwir adalah Bukti Sebuah Riyadhoh

Setiap insan diberikan keistimewaan masing-masing, yang tentu berbeda dengan insan lainnya. Dan dari ayat ini bisa dijadikan landasan dalam usaha mencari ilmu dilakukan terhadap berbagai sumber atau guru.

Intelektual muda Nahdlatul Ulama, Abdul Wahab Ahmad mengatakan bahwa:

“Terdapat ratusan bahkan ribuan bidang ilmu pengetahuan dan keahlian di dunia ini. Namun kita hanya menguasai satu atau dua saja dan selebihnya tidak mengetahui, …”

Pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa setiap keahlian memiliki kapasitas tersendiri. Oleh karenanya berguru dari berbagai guru dalam perjalanan mencari ilmu merupakan hal yang penting dilakukan. Sebagaimana jejak Mbah Munawwir yang telah berguru kepada beberapa guru dan syekh terkemuka.

Sukses Mencetak Generasi Qur’ani Melalui Pengamalan Ilmunya

Pasca kembali ke tanah air, Mbah Munawwir membangun majelis pengajian hingga merintis berdirinya Pondok Pesantren Krapyak pada akhir tahun 1909 M. Selama kurun waktu 33 tahun menjadi pengasuh sekaligus pengajar di ponpes tersebut. Beliau mewariskan ilmu kepada muridnya hingga tidak sedikit dari muridnya yang berhasil menjadi ulama Al-Qur’an.

Di antara murid atau santri beliau yang berhasil meneruskan jejak beliau ialah, KH. Arwani Amin (Kudus), KH. Ahmad Umar Abdul Manan (Al-Muayyad Solo), KH. Muntaha (Al-Asy’ariyyah Wonosobo), KH. Ahmad Badhawi Abdur Rosyid Semarang, KH. Zuhdi (Nganjuk Kertosono), KH. Umar (Kempek Cirebon), KH. Murtadlo (Buntet Cirebon), KH. Anshor (Pepedang Bumiayu), serta ulama lainnya.

Pengamalan ilmu yang dilakukan oleh Mbah Munawwir sejatinya merupakan perwujudan salah satu dari empat sifat wajib bagi Nabi Muhammad yakni tabligh (menyampaikan). Serta manifestasi dari firman Allah QS. Al-Mujadalah: 11 yang artinya:

“Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman diantara kalian dan orangorang yang diberi ilmu”  

Baca juga: Cara Pandang KH. Ali Maksum terhadap Pendidikan Perempuan

Ayat tersebut  menyiratkan bahwa ketika seseorang mengamalkan ilmunya maka Allah akan mengangkat derajat orang tersebut. Sebagaimana pernyataan KH. Hasyim Asy’ari bahwa alasan Allah mengangkat derajat para ahli ilmu ialah karena mereka dapat megimplementasikan ilmu mereka dalam kehidupannya. 

Ketika Mbah Munawwir memperoleh banyak ilmu dan menyampaikan ilmunya dengan ikhlas hingga mendirikan sebuah Pondok Pesantren. Allah mengangikat derajatnya dengan berhasilnya para santri yang beliau didik menjadi ulama Al-Qur’an yang juga mendirikan Pondok Pesantren Al-Qur’an sebagai wadah pencetak generasi qur’ani.

Dalam momentum Haul KH. M. Munawwir ini, penulis mengingatkan kembali untuk berbenah hati terkhusus untuk kita sebagai santri Ponpes Al-Munawwir, menghayati kembali jejak Mbah Munawwir. Serta menjadikannya sebagai spirit dalam menimba ilmu dengan cara meneladani semangat beliau yang sarat dengan ikhtiar, tirakat serta riyadhah.

Semua itu beliau lakukan dengan keikhlasan sehingga mampu mengantarkannya pada derajat yang mulia. Yakni dapat mengkhatamkan Al-Qur’an beserta qiroat sab’ah-nya. Serta berhasil merintis Pondok Pesantren Al-Munawwir hingga mencetak ulama qur’ani.

Tekun dan terus mengeksplor ilmu dari berbagai guru, serta mengamalkan ilmu dalam kehidupan dapat kita jadikan parameter dalam mencetak generasi qur’ani di masa kini dan akan datang.

Referensi:

Abidin, Zainal. “Riyadhah KH. M. Munawwir Krapyak dari Wirid Al-Qur’an Hingga Bertemu Nabi Khidir. www. tafsiralquran.id.
https://tafsiralquran.id/riyadhah-kh-m-munawwir-krapyak-dari-wirid-al-quranhingga-bertemu-nabi-khidir/.
Anas, Fathul. “Ini Sanad Keilmuan Al-Qur’an KH. Muhammad MunawwirKrapyak” www.bangkitmedia.com.
https://bangkitmedia.com/ini-sanad-keilmuan-kh-muhammad-munawwirkrapyak/.
Anisah Indriati. “Ragam Tradisi Penjagaan Al-Qur’an di Pesantren (Studi Living Qur’an di Pesantren Al-Munawwir Krapyak, An-Nur Ngrukem, dan Al-Asy’ariyyah Kaliber)”. AL-ITQAN, Vol. 3, No. 1, Januari-Juni (2017).
Bahraen, Raehanul. “Belajar dengan Banyak Guru” www. muslim.or.id.
https://muslim.or.id/43306-belajar-dengan-banyak-guru.html.
Bih, M. Mubasysyarum. “Keutamaan Belajar dan Mengajarkan Ilmu Menurut KH. Hasyim Asy’ari (1)” www.islam.nu.or.id.
https://islam.nu.or.id/tasawuf-akhlak/keutamaan-belajar-dan-mengajarkanilmu-menurut-kh-hasyim-asy-ari-1-LJxdF.
Budi. “Biografi KH. M. Munawwir Krapyak Yogyakarta” www. laduni.id.
https://www.laduni.id/post/read/55997/biografi-kh-mmunawwir-krapyak-yogyakarta#Sanad.
Fadlly, Harits. “Biografi KH. M. Munawwir (1870-1941” www.lajnah.kemenag.go.id. https://lajnah.kemenag.go.id/artikel/biografikh-m-munawwir-1870-1941.  Istiqomah. “Ulama Nusantara Ahli Al-Qur’an: KH. M. Munawwir Krapyak” www. mahadalyjakarta.com.
https://www.mahadalyjakarta.com/ulama-nusantara-ahli-al-quran-kh-mmunawwir-krapyak/.
Manasikana, Arina. “Krapyak dan Sejuta Pesonanya”.
https://almunawwir.com/krapyak-dan-sejutapesonanya/. 
Yudi. “Status Hadits “Tuntutlah Ilmu dari Buaian Sampai Liang Lahat” dan “Menuntut Ilmu Itu Wajib bagi Setiap Muslim dan Muslimah” www. islampos.com.
https://www.islampos.com/status-haditstuntutlah-ilmu-dari-buaian-sampai-liang-lahat-dan-menuntut-ilmu-itu-wajibbagi-setiap-muslim-dan-muslimah-186767/. 
“Sejarah Pondok Pesantren Al Munawwir”. https://almunawwir.com/sejarah/

Penulis: Syarifah Rufaida Komplek Q, pemenang juara 3 dalam lomba esai haul KH. M. Munawwir ke-84

Baca juga: Ada yang Unik dan Khas dari Ngaji bersama Kiai Najib

Redaksi

Redaksi

admin

535

Artikel